BREAKING NEWS
 

Perilaku Stafsus Mencoreng Integritas Presiden

Senin, 27 April 2020 07:34 WIB
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Mengartikan istilah “integritas” memang tidak mudah. Secara sederhana, mungkin bisa dikatakan seseorang yang mempunyai integritas adalah orang yang bijak (virtue). Bijak atau kebajikan itu apa? Sebuah kamus Bahasa Inggris menulis “virtue is behavior showing moral standards”. Orang yang memiliki dan senantiasa menjalankan standard moral tinggi, itulah kebajikan, itu pula yang kita sebut integritas.

Ciri-ciri orang berintegritas, antara lain: jujur, tidak suka berbohong dengan siapa pun, sederhana penampilan dan tutur katanya, setia, memegang/menepati janji, punya sifat menolong sesama, apalagi teman, tidak pernah mengkhianati teman, kalau salah ia takkan ragu-ragu minta maaf secara terbuka, tidak suka menyebarluaskan gossip, tidak akan menusuk teman dari belakang. Jika menemukan uang di pasar swalayan, ia akan beritahukan dan mengembalikannya kepada kasir.

Baca juga : Selamatkanlah Garuda Kita!

Orang yang berintegritas, dengan sendirinya, tidak akan melakukan tindak korupsi, apalagi merampok uang rakyat secara penuh kesengajaan. Jika bersaksi di pengadilan, ia tidak akan plintatpintut memberikan keterangan.

Dengan pemahaman yang sederhana, apakah Presiden Joko Widodo punya integritas? Tanpa bermaksud menebar prinsip “Asal Bapak Senang”, kita bisa jawab tegas: Jelas, Jokowi pemimpin yang berintegritas. tapi, sebagai manusia, Jokowi bukan segala-galanya; artinya tidak pernah berbuat salah atau tidak pernah keliru/meleset tindakannya.

Baca juga : Rame-rame Realokasi Anggaran

Perilaku 2 (dua) Staf Khusus yang jelas-jelas tidak punya integritas menunjukkan seleksi 9 (sembilan) Staf Khusus yang semuanya masuk dalam kelompok “milenial” tidak tepat, kalau tidak dikatakan “kebablasan”. Jokowi terlalu memanjakan, bahkan mendewakan kaum milenial. Tapi, boleh jadi, Presiden tidak memiliki waktu cukup untuk menyeleksi semua Staf Khususnya secara hati-hati, memperhatikan betul-betul integritas mereka. Maklum, Presiden pemimpin yang super sibuk. Boleh jadi, proses seleksi Staf Khusus Presiden, pada tahap pertama hingga tahap ketiga dilakukan oleh pembantu dekat Presiden sehingga Presiden menerima saja nama-nama itu setelah disodorkan oleh pembantunya di Ring I.

Bukankah rekruting menteri juga begitu? Proses memilih dan menetapkan menteri dalam kabinet Jokowi tahun 2019, tampaknya, tidak banyak berbeda dengan yang terjadi pada 2014. Nama-nama calon menteri, sebagian besar disodorkan oleh pimpinan partai-partai politik pendukung Jokowi. Presiden percaya begitu saja dengan pilihan bos-bos parpol. Tahap akhir hanya menetapkan calon menteri A di posisi mana, calon menteri B di mana...... Alhasil, kabinet pertama Presiden Jokowi TIDAK BAGUS. Belum sampai satu tahun, Presiden harus melakukan reshuffle. Empat atau lima menteri ketika itu terpaksa dicopot.

Baca juga : Virus Korupsi Sama Jahatnya Dengan Covid-19

Bayangkan, ada satu menteri yang baru duduk satu tahun secara diam-diam sudah “main duit”. Topengnya kini sedang dipertontonkan di pengadilan tipikor. Ada juga menteri Jokowi yang baru menjabat beberapa bulan sudah diciduk KPK, melalui sidang-sidang tipikor, ia kemudian dijebloskan dalam tahanan karena terbukti menerima suap.

Rupanya pemimpin yang terlalu baik, dan terlalu jujur terlalu tinggi tingkat integritas nya, tidak jarang “ditilep” atau dikibuli oleh kawannya sendiri. Sebagai pemimpin yang terlalu baik dan lugu, Jokowi tampaknya juga punya kecenderungan untuk membalas jasa politisi atau pengusaha yang pernah berkontribusi besar kepadanya ketika ia bertarung dalam pemilihan presiden.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense