Dark/Light Mode

Covid-19 Dan Tuna Peduli Politisi

Rabu, 18 Maret 2020 06:28 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah galaunya bangsa kita karena dihantam pandemi Covid-19 yang mematikan itu, suara pimpinan partai politik kita nyaris tidak ada. Bungkam mulut mereka. Yang berkicau dari mulut mereka, hampir semua, soal politik, tepatnya soal bagaimana meraih tambahan kekuasaan pada Pemilu 2024.

Maka, tepat sekali pendapat Aristoteles, filsof kuno yang kondang, bahwa politisi adalah homo politicus, insan yang haus akan kekuasaan, insan yang instink paling kuatnya adalah menumpuk kekuasaan.

Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh misalnya, secara khusus datang ke markas besar Partai Golkar, untuk menemui Airlangga Hartarto, Ketua Umum Golkar. Usai pertemuan, Surya Paloh dengan penuh senyum bertitah Nasdem mengusulkan supaya ambang batas parlemen ditingkatkan dari 4% jadi 7%. Mengenai ambang batas calon presiden, Nasdem usul supaya angka 20% tetap dipertahankan.

Hebatnya, Airlangga Hartarto langsung saja mengamini wacana Paloh itu. Menarik usulan Nasdem, kata Airlangga.

Baca juga : Papua Bergoyang Terus

Apa makna pernyataan bersama Paloh-Airlangga ini?

Mari kita rebut lebih banyak kursi (baca: power) DPR-RI pada pemilu 2024. Mari kita tetap batasi juga calon presiden pada Pilpres 2024. Maksimal 3 saja. Jangan kasih kesempatan banyak politisi yang bernafsu jadi presiden. Kalau cuma sedikit, peluang “orang kita” untuk duduk di kursi istana semakin besar. Iya kan??

Pertengahan Februai yang lalu Partai Amanat Nasional menggelar Kongres. Zulkifli Hasan kembali terpilih sebagai Ketua Umum, setelah melaui ribut-ribut sampai lempar kursi di tengah kerumunan para peserta. Pasca pemilihan Zulhas, terjadi ribut lagi. Kubu Amien Rais menuding kubu Zulhas main curang, sehingga calon Ketum dari Amien Rais terhempas. Semula, kubu Amien mengancam akan menggugat orang-orang Zulhas. Ancaman tersebut dengan cepat sirna. Tidak ada sepotong pun pernyataan dari para dedengkot PAN tentang Covid-19. Otak para petinggi PAN rupanya sudah diamuk oleh pertikaian intern partai selama dan pasca Kongres.

Hal yang sama terjadi juga pada Partai Demokrat. Tapi, berbeda dengan PAN, Kongres Demokrat berlangsung adem ayem, jauh dari hura-hura. Agenda utama Kongres memilih Ketua Umum baru. Ada calon: SBY selaku petahana, Ibas dan AHY. Beberapa waktu sebelum Kongres digelar, kita sudah dengar bahwa SBY hendak mundur alias tidak mau dipilih kembali. Maka, calon tunggal dua. AHY atau Ibas? Ya, pasti AHY-lah! Maka, AHY terpilih secara aklamasi.

Baca juga : Seret Penjahat Masker Ke Pengadilan!

Syahdan, SBY, AHY, apalagi Ibas, seingat kita, tidak pernah berkomentar tentang pandemi Covid-19 yang mencekam sebagian besar rakyat indonesia!

Anehnya, Ibu Megawati Soekarnoputri pun TiDAK pernah bersuara soal virus Corona, tidak pernah menanggapi, mendukung atau mengkritisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Jokowi tentang masalah nasional ini. Apa sebab?

Bukankah saat ini sebagian besar rakyat kita hidup dalam alam ketakutan karena jumlah rakyat yang terinfeksi Covid-19 terus bertambah dengan tingkat kematian yang tidak bisa dikatakan rendah? Bukankah serangan virus maut ini telah menghantam perekonomian kita, mencemaskan kalangan pengusaha, melesukan juga bisnis-bisnis informal termasuk para penjual makanan di pinggir jalan yang didominasi oleh rakyat kecil? Bukankah PDIP selalu mengaku partai pembela wong cilik alias rakyat kecil?

Menurut hemat kita, pimpinan partai-partai politik yang kini berkuasa memiliki kepedulian tinggi terhadap pandemi Covid-19, antara lain dengan membantu pemerintah mengatasi pandemi ini, memberikan kontribusi pemikiran, saran dan action konkret. Kenapa mereka membiarkan Jokowi pusing sendiri, hanya ditemani oleh beberapa pembantu terdekatnya seperti Dr. Terawan, Pratikno, Pramono Anung, Moeldoko dan Fajroel Rachman yang mungkin juga nyaris kehabisan akal dan daya!

Baca juga : Virus Corona, Jangan Paranoid !

Jujur saja, saya kasihan melihat ekspresi wajah presiden kita hari-hari ini. Dari berbagai penjuru, melaui beragam media, Pak Jokowi “dihantam” terus terkait penanganan pandemi Covid-19. Bangsa kita memang beda sekali dengan bangsa China. Di sana, Presiden Xi Jin-Ping berhasil menyatukan bangsanya untuk bekerja keras, bahu-membahu memerangi virus Corona. Dan Presiden Xi BERHASIL! Kunjungan momentum Xi ke Wuhan pekan lalu sambil bercakap-cakap dengan begitu banyak tenaga medis yang selama ini bekerja keras memerangi Corona merupakan landmark luar biasa bagi China memenangkan peperangannya terhadap virus Corona. Kapan para dedengkot politisi kita bisa belajar dari pemimpin China? Kapan mereka sungguh-sungguh bisa bekerja untuk rakyat, khususnya rakyat kecil, bukan hanya menonjolkan ego kekuasaannya yang kerdil dengan mengotak-atik siapa kadernya yang bakal dijadikan capres atau cawapres dalam Pemilu 2024? ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.