RM.id Rakyat Merdeka - Tidak semua orang yang terinfeksi Covid-19 bisa sembuh total dalam waktu singkat. Ada sebagian yang mengalami keluhan lebih dari sebulan pasca-sembuh dari Covid-19, atau dikenal sebagai long Covid.
Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia Prof Iris Rengganis mengungkapkan, meski varian Omicron yang saat ini mendominasi jumlah kasus di Tanah Air disebut lebih ringan ketimbang Delta, tapi jumlah orang yang long Covid masih ada.
“Jumlahnya sampai 30 persen dari orang yang terinfeksi, terlepas dari derajat beratnya covid akut,” tutur Iris dalam diskusi virtual, kemarin.
Dia menerangkan, ada beraneka ragam long Covid. Mulai dari kelelahan fisik, sesak napas, merasakan nyeri sendi, hingga nyeri otot. Malah, ada juga yang sampai mengalami gangguan memori dan konsentrasi. “Jangan dianggap enteng,” ingatnya.
Baca juga : Teken Kerja Sama, AdMedika Perluas Layanan Kesehatan Ke Surabaya
Dia menjelaskan, long Covid terjadi karena adanya aktivasi sistem imun yang berlebihan pada jangka panjang. Tapi, secara umum gejala long Covid dapat disembuhkan. Namun, secara bertahap.
Pasien yang mengalaminya, disarankan segera melakukan konsultasi dengan ahli di bidang masing-masing, sesuai dengan keluhannya.
“Dengan bantuan fisioterapi, sebagian besar pasien bisa mengalami pemulihan,” tutur Iris.
Dia juga mengungkapkan, proteksi terhadap penyakit lain jadi menurun pasca Covid-19. Selain itu, gangguan sistem imunitas alias Covid-19 bisa membangkitkan banyak penyakit kronis pada penyintas.
Baca juga : Erick Thohir Positif Covid-19, Tapi Kerja Jalan Terus
Di antaranya, diabetes, hipertensi dan gangguan kekentalan darah. Bisa juga terjadi gangguan fungsi ginjal.
“Itu terlihat jelas sekali adanya penurunan dari organ tubuh, walaupun sebetulnya dia tidak ada komorbid,” ungkapnya.
Terpisah, Dokter Spesialis Saraf RSUP dr Kariadi Semarang dr Rahmi Ardhini menerangkan, pasien long Covid perlu mendapat perhatian lebih. Sebab, mereka juga berpotensi mengalami disfungsi kinerja otak.
Pada otak, gangguan tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain, terganggunya sistem paru-paru yang menyebabkan tubuh, termasuk otak, mengalami kekurangan oksigen.
Baca juga : Cegah Penyebaran Covid-19, Kapolri: Vaksinasi, Disiplin Prokes, Dan Kurangi Mobilitas
“Kalau otak kekurangan oksigen maka fungsi dari sel-sel otak juga akan terganggu,” jelas Rahmi. [JAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.