BREAKING NEWS
 

Prof. Tjandra Yoga Aditama

Antara Covid-19 Dan Hepatitis Akut Berat, Sebulan Setelah Terdeteksi

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Kamis, 12 Mei 2022 10:34 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti penyakit hepatitis akut berat, yang muncul di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir. 

Menurutnya, satu penyakit tidak dapat dibandingkan begitu saja dengan penyakit lainnya. Banyak faktor berbeda yang dapat mempengaruhi.

Namun, mengingat banyaknya pertanyaan rentang kemungkinan hepatitis akut berat menjadi pandemi, Prof. Tjandra mengajak kita untuk menengok kembali proses yang terjadi pada Covid-19.

"Pertama kali, Covid-19 terdeteksi oleh WHO pada 31 Desember 2019. Waktu itu, namanya tentu belum Covid-19. Masih disebut pneumonia of unknown cause, pneumonia/radang paru yang belum diketahui penyebabnya," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Baca juga : Prokes Sekolah Harus Ketat Nih

Selang sebulan, tepatnya pada 30 Januari 2020, WHO menyatakan penyakit ini sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. Sesuai aturan International Health Regulation (IHR).

Pada tanggal tersebut, sudah ada hampir 20 ribu kasus konfirmasi dan suspek. Persisnya berjumlah 19.961.

Selain itu, juga sudah ditemukan bukti adanya penularan antar manusia.

Adsense

"Berhubung kasus terus berkembang dengan berbagai dimensinya, maka pada 11 Maret 2020, Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO," kata Prof. Tjandra.

Baca juga : Cegah Penyebaran Hepatitis Akut Misterius, Pemerintah Lakukan 4 Hal Ini

Sementara accute hepatitis of unknown aetiology (istilah ini senada dengan pneumonia of unknwon cause di awal Januari 2020, untuk Covid-19) atau hepatitis/radang hati akut yang belum jelas penyebabnya ini mulai terdeteksi oleh WHO pada 5 April 2022.

Setelah lebih dari sebulan berjalan, jumlah kasus probable hepatitis akut berat di dunia mencapai 300-an.

Hingga 10 Mei 2022, tercatat 348 kasus probable dari 21 negara. Sebanyak 26 di antaranya, memerlukan transplantasi hati.

Di sisi lain, belum ada informasi yang jelas tentang ada tidaknya penularan antar manusia.

Baca juga : Ini 7 Fakta Soal Hepatitis Akut Misterius, Salah Satunya Tak Terkait Vaksin Covid

"Tentu saja, sampai sekarang hepatitis akut berat ini belum dinyatakan sebagai PHEIC. Karena masih membutuhkan data ilmiah yang lebih jelas lagi," ujar Prof. Tjandra.

"Jadi, walaupun memang tidak bisa dibandingkan secara langsung, situasi sebulan setelah ditemukannya hepatitis akut berat, berbeda dengan Covid-19," imbuh mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan ini. 

Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra meminta kita semua untuk waspada penuh dan melakukan antisipasi memadai.

"Jangan abai. Tetapi juga jangan panik. Lakukan penanggulangan sejalan perkembangan ilmu yang ada, dan beri penjelasan menyeluruh pada masyarakat luas," pungkasnya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense