BREAKING NEWS
 

Soal Sawit, Banteng Nanduk Luhut

Reporter : M ADE AL KAUTSAR
Editor : ADITYA NUGROHO
Sabtu, 9 Juli 2022 07:30 WIB
Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. (ANTARA FOTO/Akbar Tado/rwa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit terus melorot. Harganya kini sudah di bawah Rp 1.000 per kilogram (kg). Petani sawit pun kena imbasnya. Mengetahui hal itu, politisi PDIP Deddy Yevri Sitorus nanduk Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia meminta, Luhut tidak lepas tangan soal turunnya harga sawit.

Dalam beberapa pekan terakhir, para petani sawit menjerit dengan nyungsepnya harga TBS sawit. Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), per 6 Juli 2022, harga TBS dibanderol Rp 811 di petani swadaya dan Rp 1.200 di petani mitra/plasma. Padahal, Dinas Perkebunan menetapkan harga TBS Rp 2.392 per kg.

Baca juga : Batal Pailit, Ayo Garuda Bangkit Dan Terbang Tinggi Lagi

Anjloknya harga sawit bermula dari larangan ekspor untuk memenuhi kebutuhan migor dalam negeri. Sebelum adanya larangan, harga TBS sangat cerah Rp 4.250 per kg. Akibatnya banyak petani yang menjual sawit ke perbatasan Malaysia.

Tidak hanya harga TBS, harga Crude Palm Oil (CPO) juga terus turun. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Per 6 Juli harga CPO dibanderol Rp 6.599 per kg. Padahal, per 1 Juli masih Rp 7.957 per kg.

Baca juga : Formula 1, Banteng Merah Waspada Mercedes

Terkait nyungsepnya harga TBS dan CPO yang berlarut-larut, Luhut menyalahkan, Ukraina. Menurutnya, tingginya ekspor minyak bunga matahari atau sunflower oil dari Ukraina berpengaruh terhadap anjoknya harga sawit dalam negeri di pasar global.

Ditanya kapan harga sawit naik lagi? Luhut mengatakan, pemerintah tidak bisa memprediksi kapan harga sawit naik. Pemerintah akan melihat perkembangan ekspor minyak sunflower yang mempengaruhi gejolak harga komoditas sawit.

Baca juga : Banteng Senayan Mulai Berani Nyebut Ganjar

Mendengar alasan luhut itu, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Deddy Yevri Sitorus meminta luhut bertanggung jawab dan tidak buang badan.

“Kalau Pak Luhut bilang itu karena Ukraina buka keran ekspor bunga matahari dan memangkas pajak ekspor, itu namanya buang badan dan tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense