BREAKING NEWS
 

Anggota Dewan Pers, Tri Agung:

Media Perlu Banyak Kaki

Reporter : KHOIRUL UMAM
Editor : ADITYA NUGROHO
Sabtu, 18 Maret 2023 08:00 WIB
Aktivitas Wartawan mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Kantor Rakyat Merdeka, Gedung Graha Pena, Jakarta, Jumat (17/3/2023). Sebanyak 17 wartawan mengikuti UKW perdana untuk jenjang muda dan jenjang madya, yang dilaksanakan secara mandiri oleh Rakyat Merdeka yang telah terakreditasi sebagai lembaga uji sejak 2012. (Foto: Tedy Octariawan Kroen/RM).

RM.id  Rakyat Merdeka - Guna meningkatkan kompetensi insan pers tentang kerja-kerja jurnalistik dan irisan­nya, Harian Rakyat Merdeka menggelar Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Kegiatan ini diadakan selama dua hari, 17 dan 18 Maret 2023, di Kantor Rakyat Merdeka, Gedung Graha Pena, Kebayoran Lama, Jakarta.

Kegiatan perdana yang diadakan Rakyat Merdeka ini melibatkan 17 peserta yang keseluruhannya merupakan awak redaksi Rakyat Merdeka. Sebelum pelaksanaan yang dimulai pada Jumat (17/3), para peserta terlebih dulu dibekali motivasi oleh para pakar jurnalistik, termasuk dari calon penguji, dalam kegiatan Pra-UKW, Kamis (16/3). ­

Acara Pra-UKW diawali paparan dari Ketua Komisi Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesi Pers De­wan Pers, Paulus Tri Agung Kristanto. Wakil Pemimpin Redaksi Kompas itu mengingatkan mengenai persaingan media. Saat ini, banyak media yang bertransformasi menjadi lebih fleksibel dan mudah diakses pembaca.

"Nyaris hampir semua media tidak ada yang tidak mendigital. Termasuk Rakyat Merdeka dengan online-nya, rm.id," ucap Tri.

Baca juga : Partai Perindo Bakal Berantas Akun Medsos Penyebar Hoax

Bahkan, bukan cuma media konven­sional. Platform lain termasuk media sosial juga ikut merasakan kecepatan perubahan inovasi. Contohnya Google dan Meta. Keduanya terpaksa menata ulang manajemennya hingga harus melakukan efisiensi.

Awalnya, Google dan Meta merasa di atas angin. Namun, saat ini mun­cul inovator-inovator baru. Misalnya TikTok. Dari yang hanya platform kaleng-kaleng, kini menjadi yang sangat dipertimbangkan eksistensinya. "Ternyata (TikTok) lebih nyaman dan lebih diterima anak muda," ungkap dia.

Adsense

Tri melanjutkan, cara masyarakat bermedia juga sudah berubah. Dari yang awalnya hanya menunggu, kini menjadi jemput bola. Karena itu, media harus berbenah. "Harus ada kaki baru yang namanya teknologi informasi un­tuk mendistribusikan berita," sebut dia.

Syukur-syukur jika media itu bisa ekspansi ke usaha lain, yang tidak mengesampingkan substansi media. Misalnya membuat event dan lembaga penelitian serta pengembangan. "Jadi, akan terjadi penataan-penataan organisasi di dalam media itu sendiri, sehingga ter­jadi keseimbangan baru," jelasnya.

Baca juga : Golkar Tak Goyah Usung Airlangga

Mengenai distribusi, saat ini media konvensional juga bergantung pada me­dia sosial untuk menyebarkan informasi maupun membina relasi dengan pem­baca. Artinya, memang ada tuntutan un­tuk beradaptasi, inovasi, dan efisiensi. "Dulu prediksinya cukup dengan kaki digital, tapi ternyata muncul inovasi-inovasi lain yang mengharuskan adanya banyak kaki," beber dia.

Situasi sekarang, lanjut Tri, sangat berbeda dengan 10 sampai 15 tahun yang lalu. Saat itu, media cetak masih jadi primadona. Karena beritanya dinanti-nantikan masyarakat. Berita media cetak juga sering menjadi menjadi salah satuan acuan Pemerintah dalam memutuskan kebijakan. Sedangkan sekarang, oplah media cetak sudah sangat berkurang.

Namun, Tri meminta pengalaman tersebut tidak disesali. Justru harus dijadi­kan vitamin agar ke depannya lebih baik. "Mungkin keterbacaan Rakyat Merdeka akan lebih besar dibandingkan 10 ta­hun ketika punya kaki baru di podcast, streaming, maupun siaran publik ataupun lainnya yang saya tidak tahu," imbuh dia.

Dia teringat dengan pernyataan pendiri Kompas Group, Jakob Oeta­ma, 10 atau 15 tahun lalu. Dengan menirukan ucapan Jacob, Tri mengatakan, Kompas harus bersiap dengan era multimedia, multiplatform, dan multichannel. "Nyaris seluruh media di dunia menggunakan multimedia, multichannel dan multiplatform untuk terus berkembang demi menghidupi segalanya," tutur dia.

Baca juga : Jangan Biarkan Mimbar Agama Jadi Media Penggiringan Politik SARA

Karena itu, perlu keseimbangan baru. Sebab cara masyarakat bermedia sudah sangat berubah. Bukan lagi dengan koran, radio, ataupun televisi. "Hari ini orang sudah banyak sekali mendapatkan informasi dari media online dan dari media sosial. Terlebih juga media-media arus utama masuk ke ranah media sosial," cetus Tri. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense