RM.id Rakyat Merdeka - Meski dilanda cuaca panas terik dalam beberapa hari terakhir, Indonesia dipastikan tidak terkena gelombang panas seperti sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Namun, suhu panas masih akan terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan memastikan fenomena gelombang panas yang terjadi di kawasan Asia Selatan, Asia Tengah dan sebagian Asia Tenggara, tidak menciptakan efek serupa bagi Indonesia.
“Secara geografis, Indonesia aman dari fenomena gelombang panas,” ujarnya di Jakarta, Jum’at (3/5/2024).
Dijelaskan Eddy, negara-negara yang saat ini mengalami gelombang panas mayoritas daratan dan masuk di belahan bumi utara, seperti India dan Vietnam. Gelombang panas di negara-negara tersebut merupakan fenomena yang lumrah terjadi ketika matahari bergerak ke arah utara.
Baca juga : Bulog Baiknya Pakai APBN
Sementara Indonesia, lanjut dia, sebagian besar wilayahnya laut dan secara astronomis terletak berada pada posisi 6 derajat lintang utara dan 11 derajat lintang selatan. Posisi tersebut membuat Indonesia dominan di wilayah selatan.
Selain itu, tambah Eddy, sifat laut yang lambat menerima panas dan lambat mengeluarkan panas berfungsi melindungi Indonesia dari efek gelombang panas yang saat ini melanda negara-negara di belahan bumi utara.
“Matahari sedang meninggalkan ekuator menuju belahan bumi utara. Wilayah Gujarat dan Hyderabad di India, tandus dan tidak ada air, sehingga daratannya menjadi sasaran panas matahari,” imbuhnya.
Eddy mengatakan, daratan bersifat cepat menerima panas dan cepat melepaskan panas. Jadi, saat posisi matahari berada di utara, penyerapan panas matahari lebih optimal.
Baca juga : Saham BRI Makin Kinclong
“Distribusi panas ke seluruh dunia sama, karena bersumber dari matahari. Namun, responsnya tidak sama bagi negara dominan laut dan negara dominan darat,” cetusnya.
Secara historis, lanjut Eddy, Indonesia tidak pernah tercatat mengalami fenomena gelombang panas. Menurut dia, mesk ada kawasan yang mengalami suhu 40 sampai 42 derajat Celcius, itu hanya bersifat sementara, tidak permanen.
“Apakah gelombang panas membahayakan? Iya pasti berbahaya bagi negara daratan. Tapi, itu tidak berbahaya untuk Indonesia,” tandasnya.
Terpisah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan gelombang panas atau heatwave.
Baca juga : Buruh Jadi Pahlawan Penggerak Ekonomi
“Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave. Itu tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.