Dark/Light Mode

Metakognitif Tingkatkan Kemampuan Berpikir

Kamis, 11 Juli 2019 00:32 WIB
Muntazhimah (Foto: Dok. Pribadi)
Muntazhimah (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kecakapan berpikir sangat penting untuk perkembangan siswa maupun mahasiswa. Karena pentingnya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengamanatkan untuk siswa maupun mahasiswa agar dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. 

Demikian disampaikan praktisi pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta, Muntazhimah. Kandidat doktor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini menerangkan, dalam dunia pendidikan, ada banyak jenis berpikir. Ada berpikir logis, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berpikir reflektif. “Dari banyak literatur, disebutkan bahwa seseorang yang sudah sampai pada berpikir reflektif pasti juga sudah melewati tahap berpikir logis, kritis, dan kreatif. Karena berpikir akan sampai pada ujungnya, yakni memperoleh kesimpulan,” jelas Muntazhimah.

Baca juga : RPHU Berperan Penting untuk Tingkatkan Ketersediaan Protein Hewani ASUH

Salah satu pendekatan yang bisa mengakomodir kemampuan berpikir reflektif, sambungnya, adalah pembelajaran metakognitif. “Hal ini karena pendekatan metakognitif mampu merangsang seseorang melakukan refleksi terhadap hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya atau mungkin untuk memutuskan dan memprediksi kondisi mendatang yang mungkin dan memuat strategi belajar, perencanaan, monitoring, dan evaluasi selama proses belajar serta akan membantu siswa atau mahasiswa menyadari kapan mereka memahami dan kapan mereka tidak memahami,” terangnya.

Metakognitif merupakan kata sifat dari metakognisi. Kognisi dapat diartikan sebagai apa yang diketahui atau apa yang dipikirkan seseorang. “Gambaran klasik mengenai kognisi meliputi ‘Higher mental processes’ seperti pengetahuan, kesadaran, intelensi, pikiran, imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, penyimpulan, pemecahan masalah, pembuatan konsep, pembuatan klasifikasi-klasifikasi atau kaitan-kaitan, pembuatan simbol-simbol dan mungkin juga fantasi serta mimpi. Metakognsi mengacu pada kesadaran peserta didik terhadap kemampuan yang dimilikinya serta kemampuan untuk memahami, mengontrol, dan memanipulasi proses-proses kognitif yang mereka miliki,” tutur Muntazhimah.

Baca juga : Jakpro Tingkatkan Sistem Pengelolaan Perusahaan

Secara umum, tambahnya, berdasarkan pendapat-pendapat ahli, dapat dikatakan bahwa metakognitif lebih cenderung menekankan pada proses memonitor kesadaran mengenai pengetahuhuan, strategi, dan proses berpikir diri sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan. “Pertanyaan-pertanyaan ini pada dasarnya adalah pertanyaan yang dapat muncul dari diri sendiri dan mempertanyakan kepada dirinya,” jelasnya.

Dengan demikian, kata Muntazhimah, pendekatan metakognitif mendesain model pembelajaran yang mengintegrasikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat metakognitif berkaitan dengan topik yang dipelajari serta pengontrolan terhadap proses berpikir yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan metakognitif diintegrasikan ke dalam bahan ajar secara tertulis dan atau secara langsung melalui lisan dan tulisan untuk menumbuhkan keyakinan dan kesadaran terhadap konsep dan prinsip matematika yang dipelajari serta melakukan pengontrolan terhadap proses berpikir yang dilakukan. “Secara lisan pertanyaan guru dan dosen merangsang siswa dan mahasiswa untuk dapat bertanya pada diri sendiri berkaitan dengan topik yang dipelajari,” ungkapnya.

Baca juga : Modernisasi Tingkatkan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Muntazhimah menambahkan, pembelajaran metakognitif masih memiliki kelemahan. Misalnya mahasiswa akan kebingungan bahkan bisa jadi akan menghentikan pembelajaran ketika ia tidak memahami atau tidak dapat menemukan penyelesaian suatu masalah matematis yang sedang dihadapinya. Tentunya, mahasiswa tersebut memerlukan bantuan bisa bersumber dari dosen ataupun teman sejawatnya. 

“Bantuan yang diberikan melalui interaksi sosial akan turut mengembangkan perkembangan kognitif mahasiswa tersebut. Di sisi lain, disebutkan bahwa dalam pembelajaran metakognitif, mengelola hal yang sudah dipelajari sebelumnya atau prior knowledge sebagai bentuk penyadaran terhadap aktivitas kognitif yang terjadi pun tentunya akan lebih mudah dikontrol dan dimonitor melalui kelompok-kelompok yang lebih kecil,” tandasnya. [USU]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.