Dark/Light Mode

Seruan Bahlil Lahadalia

Sesama Anak Bangsa, Kita Harus Saling Menyayangi

Selasa, 20 Agustus 2019 00:54 WIB
Bahlil Lahadalia (Foto: Istimewa)
Bahlil Lahadalia (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagai putra Papua, Ketum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia sangat menyayangkan insiden penyerbuan di Asrama Mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, serta kerusuhan yang terjadi di Papua, kemarin. Pria kelahiran 43 tahun silam ini, tidak ingin tragedi tersebut terus berlanjut. Dia meminta seluruh pihak menahan diri. Dia juga meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus ini.
Berikut kutipan wawancara Rakyat Merdeka dengan Bahlil.

Apa penyebab kerusuhan di Papua?
Saya melihat, kemarin itu puncaknya. Pertama, ini rangkaian dari sebuah gerakan ade-ade kami di Malang. Sejumlah mahasiswa menuntut peninjauan Perjanjian New York yang bermuara pada Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Sebenarnya, aksi itu biasa. Namun kemudian, diindikasikan ada oknum massa aksi yang melanggar hukum. 

Kedua, kejadian di Surabaya. Kalau kita melihat kronologis yang ditayangkan media, dan sumber terpercaya yang saya dapat, kejadian itu bermula dari satu orang. Entah tukang ojek atau salah satu anggota organisasi. Konon, orang itu melihat bendera jatuh dan berada di selokan. Dengan alasan itu, mereka mengepung asrama dengan dipimpin salah satu organisasi di sana.

Baca juga : Ketua KPK Ngaku Banyak Salahnya

Apa hanya karena itu saja pemicunya?
Ada yang lain lagi. Pernyataan Wakil Walikota Malang yang mengatakan mahasiswa Papua yang ada di Malang harus pulang, itu sangat disesalkan. Kami memahami, mungkin karena kondisi beliau lagi kesal. Sehingga menyampaikan kalimat tersebut. Tapi, sebagai pejabat daerah, itu sangat tidak elegan. Karena kalau anak Papua sudah berdomisili di Malang, harusnya wakil walikota menganggap mereka itu adalah rakyatnya.

Bagaimana dengan kalimat (maaf) monyet yang viral itu?
Ya, itu juga yang jadi pemicu masalah. Apakah serendah itu kami orang Papua di bangsa ini? Sebagai negara demokrasi terbesar dan majemuk, terdiri dari suku, agama, dan budaya yang berbeda-beda, seharusnya anak-anak Papua itu dijadikan aset terbesar bangsa. Di Papua itu ada Jawa-Marauke, Jawa-Sentani, ada Jawa-Sorong. Kami juga nggak pernah ngusir orang dari Papua. Kita harus saling menyayangi sesama anak bangsa. Bahwa ada yang keriting rambutnya, ada yang lurus, ada yang hitam warna kulitnya, ada juga yang putih, kami anak Papua tidak pernah mempersoalkan itu. Kami orang Papua lebih menghormati kemajemukan. Karena kami berpikir dari Aceh sampai Papua adalah saudara. 

Jadi, kerusuhan di Papua buntut dari kejadian di Malang dan Surabaya itu?
Iya. Massa turun secara spontan, tanpa direkayasa. Bagian dari keprihatinan teman-teman mahasiswa. Gerakan di Papua dilokomotifi mahasiswa. Tetapi, saya juga menyayangkan. Kenapa ade-ade dan teman-teman di sana melakukan gerakan hingga membakar fasilitas umum. Padahal yang rugi kan orang Papua juga. Karena untuk bangunnya lagi pake APBD. Yang seharusnya anggaran itu dipake buat pendidikan atau kesehatan.
 
Apakah kejadian ini akan berimbas pada perekonomian Papua?
Saya memandang, masa depan Indonesia ada di timur. Bukan rahasia umum juga kalau Papua berkontribusi besar terhadap pembangunan Indonesia. Khususnya dari pengelolaan sumber daya alam. Misalnya, Freeport, Bintuni, atau juga dari hasil hutan maupun hasil lautnya. Itu kan banyak sekali. Karena itu, saya berharap tidak ada imbasnya ke perekonomian. Harapan lainnya adalah sumber daya alam dimaksimalkan untuk negara. Agar terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Lebih khusus kepada pembangunan dan keadilan masyarakat Papua.
 
Bagaimana perhatian pemerintah selama ini terhadap Papua?
Ingat, provinsi terakhir yang masuk ke pangkuan Ibu Pertiwi adalah Papua. Secara de jure itu setelah Pepera tahun 1969. Jadi, kalau diumpamakan seperti keluarga, kami ini anak bontot. Yang namanya anak bontot, biasanya perlakuannya kan beda dengan yang lain. Sehingga kalau salah, kakak-kakaknya dan orang tuanya harus bertanggung jawab. Namun, dari semua presiden, hanya Pak Jokowi yang sering mengunjungi Papua. Beliau punya perhatian khusus kepada pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan Papua. Yang diawali pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan ekonomi. Dalam membangun personal touch, Pak Jokowi nggak pernah membedakan Papua dengan suku lainnya. Buktinya, beliau dan Ibu Negara bisa kumpul dengan masyarakat, baik di pegunungan maupun di pantai. Bahkan, beliau dan Ibu Negara dengan penuh kasih sayang menggendong anak-anak Papua. Harusnya, apa yang dilakukan Presiden ini bisa dicontoh dalam menghargai sesama anak bangsa. Bukannya saling ngejek. Nggak benar itu.
 
Pemprov Papua akan bentuk tim khusus utuk menyelidiki kerusuhan, menurut Anda?
Bagus dong, biar lebih transparan. Karena kalau nggak cepat diselesaikan, saya khawatir melebar, bukan hanya di Papua dan Jawa Timur. Negara ini butuh kesatuan dan persatuan. Jangan membuat benih perpecahan yang akhirnya membuat curiga dan mencurigai. 

Baca juga : Ada Kemajuan dalam Penyelidikan Kasus Suap Kemenpora

Apakah kejadian ini akan segera mereda?
Saya berharap cukup sampai di sini. Mari kita ambil hikmah dari kejadian ini untuk memperbaiki, dan menata ke depan. Banyak hal besar yang harus dilakukan. Sebut saja persoalan lapangan pekerjaan, infrastruktur, investasi, peningkatan kesejahteraan, dan kualitas SDM. Itu pekerjaan yang jauh lebih besar dari pada persoalan ini.
 
Apa saran anda agar masalah ini tidak berlanjut?
Kepada mahasiswa, dengarkan abangmu ini. Saya juga pernah jadi mahasiswa. Sekalipun menyampaikan pendapat dilindungi undang-undang, tapi kalian juga harus ingat berada di daerah lain. Jadi harus menghargai masyarakat sekitar. Tentunya dengan mengedepankan intelektual, gerakan yang terukur, dan cara yang bisa menimbulkan simpati orang.

Untuk masyarakat Papua. Saya harap sudah selesai kemarin. Karena Papua itu tanah yang damai. Tanah beradab. Tanah yang menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia. Kita di Papua beratus tahun menganut azas kekeluargaan. Apa yang terjadi kemarin, harus diakhiri. Kalau kaya gini terus, akan rugi. Yang untung, ya mereka yang ingin memecah belah bangsa. Mereka tidak senang melihat bangsa ini besar dan maju. 
 
Saran kepada pemerintah?
Kami meminta pemerintah memberi perhatian khusus terhadap pembangunan Papua. Kalau Pak Jokowi sudah memberi perhatian khusus, itu harus ditingkatkan. Supaya percepatan ketertinggalan pembangunan bisa dilakukan.

Kami juga meminta, penegak hukum memproses secara hukum. Baik pelaku pembakaran maupun oknum salah satu organisasi di Surabaya yang melakukan penghinaan rasisme. Saya mencurigai, ada oknum yang menumpang hal ini.

Baca juga : Harta Karun Bangsa, Diaspora Harus Dioptimalkan Jadi Agen Pembangunan

Kepada pemerintah daerah (pemda), saya ingin mengutip pernyataan Gubernur Papua bahwa setiap Pemda Kabupaten/Kota di mana warga Papua ada, sebenarnya itu juga warga mereka. Mohon juga dibina, dilindungi seperti rakyatnya sendiri. Karena pemerintah Papua juga melindungi suku lain yang ada di Papua. MEN

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.