Dark/Light Mode

BPS Akui Data Pertanian Tak Akurat, Pengamat: SYL Jangan Paksakan Pakai Data Lama

Senin, 28 Oktober 2019 21:22 WIB
Hendri Satrio (Foto: Istimewa)
Hendri Satrio (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Analis komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menegaskan, bila Badan Pusat Statistik (BPS) memang ingin memperbaiki metode olah data pertanian yang selama ini digunakan, sebaiknya Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), menunggu hasil tersebut. Sehingga data akan lebih akurat. Hendri mengatakan, bila dipaksakan, akan lucu nanti hasilnya. Karena Mentan menggunakan data yang kurang tepat.  

Pendapat Hendri hampir sama dengan pernyataan mantan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, yang menduga bahwa BPS menggunakan data yang kurang akurat. Sebelumnya, Amran menegaskan, data lahan sawah yang dikeluarkan BPS tidak akurat. Ia juga menuding skema Kerangka Sampel Area (KSA) yang digunakan BPS dalam meramal luas panen merupakan data mafia.  

Amran baru menyampaikan masalah tersebut usai purnatugas lantaran khawatir membuat gaduh.  “Selalu ada data pertanian dan data mafia. Saya sampaikan apa adanya," kata Amran, saat serah terima jabatan di Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (25/10).

Baca juga : Jokowi Senang Meresmikan Jembatan Youtefa Tepat di Hari Sumpah Pemuda

Menurut Hendri, penyataan kekurang akuratan yang dilontarkan Amran justru diakui BPS dengan  pernyataan bakal memperbaiki metodologi perhitungan data-data pertanian, termasuk produksi padi. Pernyataan ini dikeluarkan tak lama setelah Amran menyebut data BPS tak akurat. Bila benar BPS ingin memperbaiki metodologi, maka sangat mungkin data yang dikeluarkan menggunakan metodologi lama tidak akurat hasilnya.

“Kalau tidak salah, BPS mengatakan, ketidakakuratan data produksi padi di Indonesia diduga telah terjadi sejak lama. Bahkan, studi yang dilakukan instansi tersebut bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) pada 1998 telah mengisyaratkan kelebihan perkiraan luas panen sekitar 17,07 persen,” kata Hendri, Senin (28/10/2019)

Hendri mengatakan, justru karena pernyataan Amran ini, BPS kemudian berjanji akan terus berupaya memperbaiki metodologinya dengan cara menggandeng beberapa kementerian dan lembaga (K/L). Seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),  Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). 

Baca juga : Pertamina Fokus Penanganan Pipa di Tol Padalarang

“Instansi itu mengatakan, penyempurnaan dalam berbagai tahapan perhitungan jumlah produksi beras telah dilakukan secara komprehensif. Mulai dari perhitungan luas lahan baku sawah hingga perbaikan perhitungan konversi gabah kering menjadi beras,” tandas Hendri.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan akan fokus menyelesaikan masalah data pertanian dalam 100 hari pertama. Menurut dia, data pertanian jelas diperlukan untuk mengetahui kondisi sektor tersebut pada setiap daerah. 

Menurut Hendri, akan lucu kalau Mentan SYL justru masih akan memaksakan menggunakan data dari BPS yang jelas-jelas BPS sendiri telah mengakui kekurang akuratannya. “Kalau Mentan SYL masih memakai data pangan BPS. Ini bukan hanya mempertegas kalau Mentan SYL belum paham situasi lapangan terkait pangan. Ingat persoalan pertanian itu sangat rumit dan dibutuhkan bukan hanya terobosan kebijakan tapi keberanian besar melawan tentakel mafia pangan yang sayangnya telah banyak menyusup dalam lingkar kekuasaan,” pungkas Hendri. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.