Dark/Light Mode

Gawat, Indonesia Alami Darurat Matematika

Kamis, 15 November 2018 13:47 WIB
Presidium Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka), Ahmad Rizali. (Foto: FB @Ahmad Rizali)
Presidium Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka), Ahmad Rizali. (Foto: FB @Ahmad Rizali)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hasil penelitian terbaru dari Research on Improvement of System Education (RISE) menunjukkan, Indonesia mengalami darurat matematika. Ini terungkap dari kemampuan siswa memecahkan soal sederhana, tidak berbeda secara signifikan antara siswa baru masuk sekolah dasar, dan yang sudah tamat SMU. Hal ini diungkap Presidium Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka), Ahmad Rizali.

Menurutnya, kondisi kegawatdaruratan ini belum juga beranjak sejak tahun 2000. Data Indonesia Family Life Survey (IFLS) pada 2000, 2007 dan 2014 yang mewakili 83 persen populasi Indonesia, juga menunjukkan kedaruratan bermatematika. Kedaruratan terjadi karena jumlah responden yang memiliki kompetensi kurang sangat tinggi. Lebih dari 85 persen lulusan SD, 75 persen lulusan SMP dan 55 persen lulusan SMU hanya mencapai tingkat kompetensi siswa kelas 2 ke bawah. Hanya sedikit saja yang memiliki tingkat kompetensi kelas 4 dan 5.

“Survey IFLS ini, menunjukkan kemunduran kompetensi siswa secara akut. Kita tidak boleh mengabaikan temuan-temuan ini jika bangsa Indonesia ingin lebih baik, tidak bangkrut atau bubar. Karena kualitas SDM bangsa ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan signifikan,” katanya.

Baca juga : Seniman Indonesia Tampil Dalam Pameran Seni Australia

Menurut Rizali, selama hampir 20 tahun reformasi, bangsa ini mengabaikan kompetensi generasi emas Indonesia. Akibatnya, Hasil penelitian terbaru dari Research on Improvement of System Education (RISE) menunjukkan, Indonesia mengalami darurat matematika.kondisi sosial politik dan ekonomi Indonesia selalu tertinggal dari negara-negara maju.

Pihaknya mengajak seluruh komponen masyarakat bersinergi dan saling gotong royong melakukan usaha pemberantasan buta matematika ini. “Tidak hanya pemerintah. Tapi juga masyarakat luas. Bukan hanya praktisi pendidikan. Ttapi juga mahasiswa, profesional, swasta, bahkan ibu rumah tangga,” imbuhnya.

Peneliti dari RISE, Niken Rarasati menerangkan, kondisi gawat darurat matematika pada siswa SD hingga SMU, dikhawatirkan berdampak pada kemampuan anak-anak dalam berpikir dan bernalar, serta menyelesaikan permasalahan sehari-hari. “Yang disebut gawat darurat adalah, kemampuan matematika tidak berkembang seiring bertambahnya tingkat sekolah yang diikuti anak-anak. Penurunan ini terjadi dari tahun ke tahun,” paparnya.

Baca juga : Gawat, Bali Diserang Virus Radang Otak?

Rendahnya kemampuan numerasi siswa di Indonesia bukan lagi hal baru. Hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) dari tahun 2000 hingga 2015, secara konsisten menempatkan siswa-siswa Indonesia yang berusia 15 tahun pada peringkat bawah dibandingkan negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lainnya.

Jika ditelaah lebih dalam ditemukan, anak-anak Indonesia ternyata belum mampu menerapkan pengetahuan prosedural matematika ke dalam permasalahan yang dihadapinya sehari-hari. Hasil ini juga dikonfirmasi oleh hasil-hasil tes internasional lain seperti Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).

Niken juga menyebutkan, gawatdarurat matematika ini juga ditunjukkan dalam studi pemerintah yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui program Indonesia National Assessment Program (INAP). Yang kemudian berubah nama menjadi Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI).

Baca juga : Diaspora Indonesia Di AS Dukung Jokowi

“Studi INAP yang dilakukan Kemdikbud juga menjelaskan hal yang tak jauh berbeda. Pada 2016, kompetensi matematika siswa SD merah total. Sekitar 77,13 persen siswa SD di seluruh Indonesia memiliki kompetensi matematika yang sangat rendah (kurang), 20,58 persen cukup dan hanya 2,29 persen yang masuk kategori baik,” sebutnya. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.