Dark/Light Mode

Pengembangan B100 (Biodiesel Murni) Menjadi Bumerang Terhadap Upaya Net Zero Emissions di Indonesia

Jumat, 6 Januari 2023 20:33 WIB
Pengembangan biodiesel dari B10 hingga B100 di Indonesia (Sumber: Alwepo)
Pengembangan biodiesel dari B10 hingga B100 di Indonesia (Sumber: Alwepo)

Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia dan terus bertambah setiap tahunnya. Secara bersamaan, hal itu juga membuat sektor transportasi kian meningkat dan berdampak pada peningkatan konsumsi energi bahan bakar minyak sehingga menjadikan transportasi sebagai penggerak utama kebutuhan minyak di Indonesia. 

Lebih dari 61% kebutuhan minyak Indonesia saat ini digunakan di dalam sektor transportasi dan kebanyakan minyak yang digunakan adalah bensin dan diesel (Indonesia Energy Outlook, 2013:56). Tingginya konsumsi bahan bakar fosil dapat menyebabkan terjadinya peningkatan emisi karbon di atmosfer dan bertanggung jawab atas pemanasan global. 

Bahkan pada tahun 2020, sektor transportasi merupakan kontributor terbesar kedua setelah sektor pembangkit listrik dengan menyumbang 24% emisi karbon ke atmosfer (Indonesia Energy Outlook, 2021:31). Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mengatasi tingginya emisi karbon dan mewujudkan net zero emissions di Indonesia. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emissions maksimal pada tahun 2060. Untuk itu, diperlukan transisi energi untuk beralih ke sumber energi bersih (tidak menghasilkan emisi karbon). 

Namun, langkah apa yang perlu kita ambil untuk menggantikan bahan bakar fosil menjadi bahan bakar bersih pada kendaraan tanpa memerlukan restrukturisasi yang besar untuk dapat menggunakannya?

Biofuel merupakan bahan bakar bersih yang populer karena dapat diubah langsung ke dalam bentuk cairan maupun gas, sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam mesin pembakaran internal (seperti pada kendaraan). 

Namun jenis biofuel masih terbatas pada biodiesel saja yang digunakan untuk transportasi jalan raya dan pembangkit listrik (Indonesia Energy Transition Outlook, 2022:71). Biodiesel mirip dengan diesel, namun diperlukan campuran minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu untuk dapat digunakan oleh mesin kendaraan saat ini tanpa diperlukan modifikasi sedikitpun. 

Baca juga : Menghayati Nasionalisme Indonesia

Di Indonesia, biodiesel diproduksi dengan menggunakan tanaman penghasil minyak terbesar yaitu kelapa sawit.

Sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk mengembangkan industri biodiesel nya sendiri tanpa khawatir kekurangan sumber energi ini. 

Pakar energi UGM, Prof. Drs. Karna Wijaya, M.Eng., Dr. rer.nat, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi biofuel jenis biodiesel sebanyak 2 juta ton/tahun dan bioetanol sebanyak 240 juta liter/tahun. Meskipun biodiesel mungkin tidak dapat sepenuhnya menggantikan energi fosil dalam waktu dekat, biodiesel masih akan menjadi sumber energi alternatif dengan potensi pengembangan yang besar di Indonesia (Karna Wijaya, 2022).

Indonesia sebagai produsen utama biodiesel tanpa henti mengembangkan biodiesel dengan melakukan uji coba setiap tahunnya berupa peningkatan konsentrasi biodiesel sebanyak 10% pada kendaraan. 

Melalui program mandatori biodiesel, Indonesia telah berhasil melakukan program biodiesel B20 dan B30, B40 yang masih dalam tahap pengujian sejak Juli 2022, serta B50 yang akan dilakukan pengujian pada 2023 mendatang. Selain menurunkan emisi karbon, pemanfaatan biodiesel juga berhasil menurunkan impor solar dan menghemat devisa negara. 

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa program ini harus berlanjut hingga B100. Namun, apakah penggunaan B100 sebagai bahan bakar kendaraan akan efektif dalam menurunkan emisi karbon di Indonesia? Apakah B100 dapat digunakan secara langsung oleh semua jenis kendaraan yang ada di Indonesia?

Berdasarkan namanya, biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan berbasis mesin diesel seperti mobil pribadi, bus, dan truk. Di sisi lain, biodiesel tidak cocok digunakan oleh kendaraan bermesin bensin seperti pada sebagian besar sepeda motor, dikarenakan kompresi mesin bensin yang cenderung kecil sehingga tidak mampu untuk menciptakan pembakaran. 

Baca juga : Ciptakan Harmoni Tata Ruang Rumah, LG Objet Collection Resmi Hadir di Indonesia

Padahal, hampir 85% jenis kendaraan yang digunakan masyarakat Indonesia adalah sepeda motor. Selain itu, penggunaan B100 pada mobil diesel memerlukan perubahan infrastruktur dikarenakan biodiesel murni akan menggumpal atau membentuk gel pada suhu yang terlalu rendah. 

Berbeda dengan biodiesel campuran seperti B10, B20, atau B30 yang dapat digunakan di semua jenis mesin diesel tanpa memerlukan modifikasi.

Untuk dapat menggunakan B100 pada alat transportasi, maka industri otomotif memerlukan restrukturisasi besar-besaran seperti perubahan sistem kerja mesin bensin pada sepeda motor bahkan menggantinya menjadi mesin diesel. 

Sedangkan untuk mobil diesel dapat menambahkan tangki biodiesel (B100) khusus dan memasang sistem penghangat tangki biodiesel menggunakan panas mesin atau sistem pemanas lainnya. Hal ini tentunya dapat menyebabkan kegiatan industri otomotif meningkat secara signifikan dan secara bersamaan juga meningkatkan emisi karbon di atmosfer. 

Pakar transportasi ITB Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, M.T, Ph.D, menyatakan bahwa industri otomotif adalah salah satu sektor yang hanya menyumbang emisi karbon sebesar 21%. 

Walaupun demikian, jika seluruh industri otomotif di Indonesia bahkan dunia beroperasi terus-menerus guna menciptakan kendaraan (sepeda motor dan mobil) dengan mesin yang dapat menggunakan B100, maka dapat dipastikan industri otomotif akan menyumbang emisi karbon hingga 3 kali lipat lebih besar melebihi sektor energi.

Di luar aspek teknologi, aspek sosial dan ekonomi juga harus menjadi fokus utama dalam menunjang keberhasilan B100. Dilansir oleh Indonesia Energy Transition Outlook 2022, subsidi biodiesel mencapai Rp 40 triliun karena selisih harga yang besar antara biodiesel dan diesel konvensional. Hal tersebut dikarenakan harga minyak bumi maupun CPO meningkat jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. 

Baca juga : Di Tangan Hendi Prio Santoso, MIND ID Siap Menuju Net Zero Emission

Alhasil, selisih harga antara biodiesel dan petrodiesel relatif masih tinggi sekitar Rp 3.500 – 5.000 sejak pertengahan 2020. Perbedaan harga yang relatif tinggi mengakibatkan masyarakat lebih memilih untuk tetap menggunakan petrodiesel, dikarenakan perekonomian masyarakat Indonesia yang masih belum stabil sejak pandemi melanda. 

Selain itu, kurangnya edukasi terhadap masyarakat terkait pentingnya menggunakan energi bersih, berdampak terhadap rendahnya minat masyarakat untuk beralih ke bahan bakar bersih dan tetap menggunakan bahan bakar fosil.

Dengan demikian, pengembangan biodiesel dari B10 hingga B100 (biodiesel murni) dapat bertolak belakang serta menjadi bumerang dalam mencapai net zero emissions di Indonesia. B100 yang diciptakan untuk mengatasi emisi karbon di atmosfer akibat kendaraan berbahan bakar fosil, ternyata juga berpeluang besar terhadap peningkatan emisi karbon itu sendiri akibat dari kegiatan industri otomotif dalam merestrukturisasi kendaraan untuk dapat menggunakan B100 secara optimal. 

Pengembangan biodiesel hingga B100 juga diprediksi akan berdampak pada naiknya harga minyak goreng akibat dari konsumsi CPO untuk biodiesel yang naik tajam. 

Hal tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi Indonesia mulai dari aspek lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia harus mempertimbangkan efek jangka panjang yang terjadi jika ingin tetap melanjutkan pengembangan biodiesel menjadi B100 (biodiesel murni). 

Tidak hanya negara dan pemerintah, kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus ikut serta dalam upaya net zero emissions guna menjaga kelestarian bumi kita dengan mengelola sampah rumah tangga, mengurangi menggunakan sepeda motor dengan berjalan kaki, bersepeda, serta memakai transportasi umum seperti bus kota dan Kereta Rel Listrik (KRL). 

Selain itu, kita juga dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait energi bersih dan berkelanjutan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam mencapai net zero emissions 2060 di Indonesia.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.