Dark/Light Mode

Eco-Enzyme: Pengolahan Food Waste sebagai Upaya Optimasi Program Green Energy dalam Menunjang Ekowisata yang Berkelanjutan

Rabu, 4 Januari 2023 06:52 WIB
Eco-Enzyme. Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/eco-enzyme
Eco-Enzyme. Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/eco-enzyme

Pengelolaan sampah masih menjadi masalah serius dan berkepanjangan di sebagian besar wilayah yang ada Asia. Kebijakan pengelolaan dan teknologi yang tersedia belum mampu mengatasi produksi sampah yang cenderung meningkat (MacRae, 2012). 

Permasalahan sampah juga dialami oleh Bali yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia. Sumber sampah tersebut berasal dari populasi penduduk  Bali sekitar 3,9 juta dan wisatawan yang berkunjung yang mencapai lebih dari dua juta orang setiap tahun (Zurbrügg et al., 2012). 

Produksi sampah per-hari dapat mencapai 1,46 liter/orang   atau 0,38 kg/orang, yang terdiri dari 47% sampah organik, 15 % kertas, 22% plastik, serta 16% logam dan sebagainya (Riswan et al., 2011). Volume sampah yang terus meningkat pada akhirnya akan dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan berujuk pada semakin pendeknya umur pemanfaatan TPA (Winahyu et al., 2013). 

Pemanfaatan sampah dapat menjadi salah satu jalan untuk memberi nilai tambah, salah satunya dengan mengolah menjadi produk bio. Pengolahan menjadi produk bio dapat mengurangi beban TPA, sekaligus mengurangi produksi gas rumah kaca (Sivashanmugam, 2015b). 

Produk bio yang dimaksud adalah eco enzyme atau enzim sampah yang telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir, karena adanya permintaan yang berkelanjutan (Kamaruddin et al., 2019). Eco-Enzyme adalah produk hasil fermentasi kombinasi bahan organik (berupa sisa buah dan sayur), air dan gula merah yang diklaim sebagai media multiguna untuk keperluan rumah tangga (Tang and Tong 2011). 

Bersih dari sampah menjadi salah satu poin dari 7 poin Sapta Pesona atau kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan ke suatu daerah atau wilayah di Negara Indonesia. 

Tujuh poin tersebut tertuang dalam Keputus Menteri Pariwisata Pos dan Telekomuniksi Nomor.5/UM.209/MPPT-89 tentang Pedoman Penyelenggara Pesona (Rahmawati et al., 2017). Ekowisata menjadi menjadi salah satu konsep pengembangan pariwisata yang sejalan dengan implementasi Sapta Pesona. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang tidak hanya bersifat rekreasi, tetapi juga pendidikan dan konservasi (Hayati, 2010). 

Tiga konsep umum dalam ekowisata adalah berbasis alam, pendidikan, dan berkelanjutan (yang mencakup kriteria ekonomi dan sosial (Diamantis, 1999).

Baca juga : Rahmat Okky Boy Jadi Inspirasi Program Bantuan Pendidikan Berkelanjutan

Pengimplementasian Ekowisata telah banyak diakukan di berbagai wilayah di Indonesia sebagai platform yang berkontribusi pada pengurangan emisi (Choi et al., 2020). Mengingat selama ini pariwisata menjadi industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan emisi karbon dioksida (Paramati and Alam, 2017). 

Konsep ekowisata menjadi jawaban terhadap pengelolaan yang yang mengedepankan keterlibatan masyarakat lokal dan tidak lagi bersifat sentralistik (Oktami et al., 2018). Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam kegiatan konservasi dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan (Hayati, 2010).

Pengelolaan sampah organik menjadi eco-enzyme di wilayah desa ekowisata menjadi langkah kecil dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Pemanfaatan sampah berupa sisa sayur dan buah secara langsung akan mengurangi tumpukan sampah dan pada akhirnya mengurangi produksi gas metan serta bau busuk. Produksi eco-enzyme secara langsung akan membantu penyediaan bahan biodesinfektan, pencuci piring, penyegar ruang dan pada akhirnya mendukung upaya pengembangan desa ekowisata. 

 Penguatan Pengelolaan Sampah Pada Tingkat Desa

Pengelolaan sampah yang salah menjadi sebuah ancaman dan akan menimbulkan masalah lingkungan, sosial maupun ekonomi (Tisnawati et al., 2017). Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan sampah yang salah masih menjadi tantangan global. Mekanisme pembuangan ke tempat pembuangan akhir dan  pembakaran sampah masih terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah (Ferronato and  Torretta, 2019). 

Umumnya masyarakat masih memandang sampah sebagai barang yang tidak berguna sehingga harus cepat dibuang. Pemahaman masyarakat mengenai sampah seperti ini yang menjadikan sampah hanya berpindah tempat dan menumpuk di tempat pembuangan akhir (Aryanto et al., 2020).

Mengelola sampah bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pembatasan jumlah, penggunaan kembali dan daur ulang sampah. Pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga paling sering dilakukan dengan pembatasan kuantitas (Prakoso et al., 2020).

Upaya pengomposan sampah organik dan daur ulang sampah non-organik akan mengurangi volume sampah yang terangkut ke TPA mencapai 67%. Penegakan aturan adat juga akan memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap masyarakat dibandingkan peraturan administrasi (Widyarsana and Salmaa, 2019). Pola pikir masyarakat yang sikap apatis dapat diubah dengan kampanye pembangunan kesadaran dan pendidikan (Agarwal et al., 2015).

Umumnya desa-desa di Indonesia tidak memiliki pengelolaan sampah yang baik, sehingga mempengaruhi kondisi lingkungan dan sosial di tempat tersebut (Adriyanti et al., 2017). Pengolahan sampah dengan memanfaatkan sampah sehingga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat pada dasarnya merupakan bagian dari upaya menjaga dan melestarikan lingkungan (Dai dan Pakaya, 2019). 

Baca juga : Manajemen Baru Jiwasraya Optimis, Program Penyelamatan Polis Mampu Selamatkan Pensiunan

Kegagalan pelaksanaan pengelolaan sampah desa di Indonesia biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: kondisi geografis desa, kondisi sosial, dan ketersediaan sarana dan prasarana di desa-desa tersebut (Adriyanti et al., 2017). 

Upaya mengajak warga desa untuk mengelola sampah mulai dari sampah rumah tangga dapat menjadi langkah awal mengolah sampah dari sumbernya. Mengolah sampah rumah tangga, khususnya sampah dapur berupa sisa sayur, buah dan kulit buah menjadi eco-enzyme adalah bentuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 

Menurut (Winarto et al., 2019), Pengelolaan terpadu berbasis masyarakat merupakan sebuah pengelolaan sampah yang perencanaan hingga pelaksanaanya memperhatikan kebutuhan dan pemintaan masyarakat. Posisi pemerintah dan lembaga lainnya bersifat sebagai motivator dan fasilitator.

Mengelola sampah desa memiliki arti melakukan penataan dan penguatan masyarakat dalam mengelola sampahnya sendiri. Apalagi dengan mengolah sampah masyarakat desa tidak saja berperan mengurangi produksi dan volume sampah, tetapi juga mendapatkan manfaat secara ekonomi. 

Ningrum et al. (2018) mengungkapkan kegiatan menata ruang desa pada dasarnya mengandung nilai seni. Bukan semata-mata seni menata dan membangun desa secara fisik, namun membangun hubungan antar manusia serta manusia dengan alam.

Terciptanya pengelolaan sampah desa yang optimal akan berdampak pada kebersihan dan kelestarian wilayah desa. Lingkungan desa yang asri akan memberikan rasa nyaman bagi warga desa dan pengunjung. Ningrum et al. (2018) menyatakan keterlibatan warga desa dalam mengembangkan, memelihara dan mengelola desa merupakan kunci keberhasilan sebuah desa wisata. 

Warga pedesaan adalah yang utama penggerak kegiatan pariwisata pedesaan, di mana masyarakat lokal adalah pemilik langsung sumber daya pariwisata yang dapat dinikmati pengunjung. 

Pengolahan sampah rumah tangga, khususnya sampah dapur (sisa sayuran, buah dan kulit buah) sebagai eco-enzyme menjadi langkah sederhana dalam pengelolaan sampah di tingkat keluarga. 

Baca juga : Penting, Pengarusutamaan Keanekaragaman Hayati untuk Pembangunan Berkelanjutan

Penanganan langsung di sumber sampah akan membantu upaya mewujudkan lingkungan desa bersih dan lestari, sehingga desa layak dikembangkan sebagai tujuan wisata dan menjadi desa ekowisata. 

Keterlibatan warga desa dalam mengolah sampahnya sendiri merupakan bentuk dukungan dan keterlibatan warga lokal dalam mewujudkan desa ekowisata. Langkah ini juga merupakan bentuk penguatan desa dalam pengelolaan sampah secara mandiri.




Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.