Dark/Light Mode

Gelar Halal Bihalal Bareng

BI & OJK Pede Stabilitas Ekonomi Tetap Terjaga

Selasa, 11 Juni 2019 07:52 WIB
PUKUL BEDUG: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) 
bersama Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memukul bedug saat acara halal bihalal dengan sejumlah pegawai Bank Indonesia dan OJK di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, kemarin. Putu Wahyu Nugroho/RM
PUKUL BEDUG: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) bersama Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memukul bedug saat acara halal bihalal dengan sejumlah pegawai Bank Indonesia dan OJK di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, kemarin. Putu Wahyu Nugroho/RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Untuk menunjukkan koordinasi yang solid, dua regulator sektor keuangan, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar halal bihalal bersama di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta.

Selain pejabat dan pegawai BI dan OJK, ramah tamah yang dimulai pukul 09.00 WIB ini juga dihadiri pejabat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Kementerian Keuangan, pentolan bank pelat merah dan swasta.

Dalam sambutannya, Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, silaturahmi yang digelar bersamaan dengan OJK ini menunjukkan eratnya koordinasi dan sinergi yang terjalin di antara keduanya dalam menjaga stabilitas sistem ekonomi dan moneter selama ini.

"Ini merupakan tahun ke dua penyelenggaraan halal bihalal bersama BI dan OJK. Artinya, silaturahmi itu intinya dari satu rahim yang sama. Yakni, sama-sama menjaga stabilitas sistem keuangan dan moneter bersama," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, dengan terus terjalinnya sinergi dan koordinasi yang kuat antara BI dan OJK, LPS serta lembaga terkait lainnya, maka akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang saat ini semakin membaik, termasuk nilai tukar rupiah juga kembali menguat.

Baca juga : Sampaikan Salam Idul Fitri, Pegawai Pertamina di Perbatasan Tetap Bekerja

"Kami meyakini, nilai tukar rupiah akan tetap stabil dan cenderung menguat. Apalagi, dengan adanya peningkatan rating S&P (Standard & Poors Ratings Services), kami lihat inflow akan semakin besar dan membawa rupiah cenderung menguat," katanya.

Di sisi lain, dia mengakui, sepanjang Ramadan lalu, terjadi inflasi yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan.

"Kalau (inflasi) di Ramadan itu biasa. Memang sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan. Ada beberapa harga komoditas (naik), tapi itu kan musiman saja," akunya.

Dia lalu menyebutkan beberapa faktor yang membuatnya optimis inflasi rendah, di antaranya karena ekspektasi inflasi terjaga dengan baik, pasokan barang dan jasa mencukupi, serta koordinasi yang erat antara BI dan pemerintah.

"Kami meyakini, ke depan inflasi akan rendah dan terkendali, perkiraan sekitar 3,2 persen di akhir tahun," tegasnya.

Baca juga : JK: Pemilu Aman, Ekonomi Tetap Jalan

Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Wimboh Santoso mengamini terjalinnya silaturahmi akan semakin meningkatkan sinergi.

"Silaturahmi dengan BI jalan terus, baik formal maupun non formal. Untuk terus menjaga stabilitas sistem keuangan, tidak cukup hanya BI dan OJK yang sinergi, tapi juga harus melibatkan semua pihak, termasuk praktisi jasa keuangan, lembaga pemerintah dan lainnya," tandasnya.

Rupiah Perkasa Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, rupiah, kemarin, mengalami penguatan cukup baik ke kisaran Rp 14.200 sampai Rp 14.225 per dolar Amerika Serikat.

Menurutnya, peningkatan tersebut salah satunya dikarenakan efek konfirmasi perbaikan rating S&P pada minggu lalu, disertai angka makroekonomi di Mei yang relatif stabil serta tidak ada isu-isu negatif.

"Pelaku pasar sudah cukup kebal dengan story terkait trade war US versus China dan Brexit. Sehingga perhatian ke isu-isu domestik lebih dominan," katanya kepada Rakyat Merdeka.

Baca juga : Mei, Inflasi Jakarta 0,59 Persen

Selain itu, Badan Pusat Statistik juga baru saja merilis inflasi pada Mei 2019 sebesar 0,68 persen month to month (mtm) atau 3,32 persen year on year (yoy), atau 1,48 persen year to date (ytd).

"Artinya, besaran inflasi sepanjang Mei lalu masih on the track pada anchor inflasi yang sebesar 3,5 persen (year on year/ yoy)," imbuhnya.

Untuk diketahui, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, kemarin pagi, bergerak menguat 56 poin menjadi Rp 14.213 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 14.269 per dolar AS.

Sebelumnya, rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (31/5) menguat tajam pada akhir pekan menjelang libur panjang Lebaran, yakni menguat 141 poin atau 0,98 persen menjadi Rp 14.269 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.410 per dolar AS.

Penguatan rupiah salah satunya dipicu harga minyak yang jatuh karena persepsi melimpahnya pasokan dan juga sentimen perang dagang. (IMA)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.