Dewan Pers

Dark/Light Mode

Cegah Monopoli Penerbangan

Garuda Diharapkan Bisa Jadi Penyeimbang Pasar

Senin, 31 Januari 2022 08:44 WIB
Garuda Indonesia (Foto: Instagram/Garuda.Indonesia).
Garuda Indonesia (Foto: Instagram/Garuda.Indonesia).

 Sebelumnya 
Hal senada disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir. Menurutnya, Garuda Indonesia seharusnya bisa menjadi penyeimbang pasar. Sayangnya, tata kelola yang dijalankan manajemen Garuda sebelumnya buruk sehingga berdampak pada tingginya beban operasional perusahaan.

“Jadi ini (masalahnya) bukan sekadar (sewa) pesawat, tapi juga menyangkut ekosistem,” ujarnya, saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bertema “Efektivitas Penanganan Hukum & Ekonomi Dalam Kasus Mega Korupsi”, di Jakarta, Rabu (26/1).

Berita Terkait : Sinergi Jaga Keamanan, Kapolri Harap Bankamda Bali Jadi Percontohan Daerah Lain

Karena itu, mantan bos Inter Milan ini, mendorong kasus atau permasalahan yang ada di Garuda Indonesia bisa dituntaskan.

Sebagai gambaran, burung besi itu memiliki terlalu banyak jenis pesawat hingga 13 jenis. Berbeda dengan maskapai lainnya yang hanya 3-4 jenis saja untuk operasional.

Berita Terkait : Cegah Spekulan Tanah Di IKN, Pemerintah Siapkan PP Pertanahan

Bahkan, beberapa pesawat di antaranya disewa dari 35 lessor (perusahaan penyewa pesawat). Jumlah ini pun lebih banyak dibanding maskapai lain, yang hanya mengandalkan 4-5 lessor. Belum lagi, porsi biaya sewa yang ditanggung perseroan merupakan yang termahal di dunia, yakni mencapai 28 persen dari pendapatan perusahaan. Sementara maskapai lainnya hanya 8 persen, atau 3,5 kali lipat lebih murah dari yang dibayar Garuda.

”Kasus Garuda adalah kasus lama. Permasalahannya, kita rela nggak kalau Garuda ini tidak diselesaikan? (Nanti) akhirnya ada monopoli penerbangan nasional,” cemasnya.

Berita Terkait : Cegah Penipuan Online, Pegadaian Gelar Lelang Bazaar Emas

Menurutnya, jika terjadi monopoli pasar penerbangan, maka akan berdampak simultan terhadap sejumlah sektor bisnis lainnya. Seperti mahalnya tiket pesawat, hingga berdampak pada pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Kalau tiket mahal, banyak orang memilih tidak bepergian. Akhirnya industri pariwisata tidak berkembang. (Akhirnya) UMKM juga tidak punya sumber penghasilan,” tuturnya.
 Selanjutnya