Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Meroket

Jumat, 25 Februari 2022 13:11 WIB
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan. (Foto: ist)
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, perang Rusia-Ukraina akan menyebabkan kenaikan harga minyak dan komoditas energi serta pangan yang cukup signifikan. 

“Untuk harga minyak dunia, banyak yang meramalkan kenaikan harga tahun ini akan mencapai di 120-130 dolar AS per barrel. Estimasi saya juga demikian,” ujarnya kepada RM.id, Jumat (25/2).

Menurut dia, Rusia sebagai anggota OPEC+ mempunyai produksi minyak dan gas yang cukup signifikan. Belum lagi, 60 persen gas yang digunakan oleh negara-negara Uni Eropa berasal dari Rusia. Ketika pasokan terganggu dan demand meningkat, maka bisa dipastikan akan mengalami kenaikan. 

Begitu juga sumber energi batu bara akan mengalami kenaikan harga karena permintaan akan meningkat. Eropa sudah banyak menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang di-backup oleh gas sebagai peaker. “Nah, saat pasokan berkurang, karena EBT bersifat intermitten dan gas terganggu maka digunakan kembali batu bara. Ini akan mengerek harga batu bara,” ujarnya.

Baca juga : Rusia-Ukraina Perang, Rupiah Masih Aman

Untuk migas, konflik tersebut akan menjadi buah simalakama. Dengan kenaikan harga minyak akan membuat Indonesia Crude Price (ICP) Indonesia akan mengalami kenaikan di atas dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022. Hal ini akan meningkatan pendapatan negara dari hulu migas baik dari PNBP maupun dari pajak lainnya.

Selain itu, lanjut Mamit, kenaikan harga ini juga harus bisa memacu kegiatan hulu migas untuk mengejar target lifting yang ditetapkan di APBN. Jika bisa melebihinya, mengingat harga keekonomian sedang dalam posisi yang bagus. 

Dengan demikian, kegiatan pengeboran dan Work Over Well Services (WOWS) akan semakin banyak. Tenaga kerja hulu migas juga akan makin terserap. Industri penunjang hulu migas juga bisa tumbuh. 

“Kegiatan eksplorasi dan EOR (Enhanced Oil Recovery) bisa jadi momentum untuk di mulai secara optimal,” ujarnya.

Baca juga : Pemerintah Diminta Serius Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok

Untuk hilir, kata Mamit, pastinya ini akan semakin memberatkan. Apalagi Indonesia adalah net importir untuk minyak mentah maupun produk. Kenaikan harga ini akan semakin memperlebar defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) Indoneaia dan bisa membuat rupiah tertekan serta bisa menyebabkan terjadinya inflasi. 

Kenaikan harga minyak yang diimbangi dengan kenaikan ICP maka akan menambah beban subsidi bagi sektor energi. Harga listrik dan BBM akan meningkatkan beban subsidi. Selain itu, harga BBM umum non subsidi juga akan mengalami kenaikan. 

Perusahaan seperti Pertamina yang sampai saat ini harga Pertamax belum bisa dinaikan akan semakin tertekan keuangan mereka. Begitu juga kompensasi untuk Pertalite yang hanya 50 persen sesuai dengan Perpres 117/2021 tetap kurang membantu. 

Menurut dia, pemerintah agak sulit mengantisipasinya karena harga merupakan urusan pasar global. Meski begitu, pemerintah bisa mengurangi impor untuk produk energi seperti BBM dan LPG dengan melakukan diversifikasi energi. Seperti BBM dengan program Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) yang saat ini sedang dijalankan akan mengurangi impor. 

Baca juga : Jepang Kutuk Serangan Rusia Di Ukraina

Selain itu, populasi mobil listrik (Electric Vehicle/EV) juga harus di kembangkan agak semakin banyak. Perlu kebijakan agar EV bisa lebih murah lagi dan ada kemudahan investasi juga dalam pengembangan EV kedepannya. Pemerintah juga bisa menghidupkan kembali program konversi bbm ke BBG untuk mengurangi impor.

Untuk LPG, program diversifikasi dengan yang lain harus dilakukan. Penggunaan Dimetil Eter (DME) dan Jargas bisa menjadi solusi juga. Program kompor listrik harus di genjot juga. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.