Dark/Light Mode

Belum Paham Hingga Terbebani Target Produksi

Duh, Minat IKM Masuk Bisnis Digital Kok Rendah

Jumat, 21 Juni 2019 07:39 WIB
Ilustrasi IKM Masuk Bisnis Digital. Ist
Ilustrasi IKM Masuk Bisnis Digital. Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Mendorong usaha kecil menengah (UKM) masuk ke sektor digital bukan perkara mudah. Pasalnya, seringkali pelaku industri kecil dan menengah (IKM) tak dapat menjalankan usaha di platform digital secara berkelanjutan, terutama persoalan produksi.

Hal ini diakui Sekretaris Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eddy Siswanto.

“Soal manajemen mutu itu penting untuk bisa masuk ke online. Sebab, hanya dengan manajemen yang bagus kualitas produk yang dijual itu bisa berkelanjutan. Tanpa itu tidak bisa,” ujar Eddy di Jakarta, kemarin.

Ia memaparkan, sejak 2017 program e-Smart IKM dimulai hingga tahun ini lebih dari 8.500 IKM yang berada di bawah pembinaan Kemenperin telah masuk ke berbagai platform e-commerce. Terdiri atas sektor industri makanan dan minuman (mamin), logam, furniture, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, dan industri kreatif.

Adapun total nilai transaksi e-commerce dari tujuh ribu IKM itu tercatat telah mencapai Rp 2,3 miliar. Dari jumlah ini, 63,87 persen di antaranya atau sekitar Rp 725 miliar berasal dari sektor industri makanan dan minuman.

“Kebanyakan IKM yang masuk ke marketplace memang sektor makanan dan minuman,” ungkapnya.

Eddy menjelaskan, menjaga kualitas dan standar produk secara terus-menerus serta kemampuan memproduksi massal menjadi masalah yang sering dihadapi IKM untuk bisa bersaing di platform digital.

Baca juga : Terkait Terobosan Ekonomi, Presiden Minta Masukan Dari Apindo dan Hippindo

“Kerap kali IKM yang telah menjajaki pasar daring kembali menutup akun dan berjualan secara konvensional,” tukasnya.

Dirjen IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, potensi besar dari ecommerce terhadap pelaku IKM juga dibarengi dengan tantangan yang tidak mudah.

Menurutnya, tantangan eksternal adalah dengan e-commerce produk-produk dari luar negeri dapat dengan mudah masuk ke Indonesia.

“Bagi para pelaku IKM, hal ini berarti produk-produk pesaing dari luar negeri semakin banyak,” ujar Gati.

Sedangkan tantangan internal yang dihadapi adalah pelaku IKM mau tidak mau harus mempelajari teknologi dan mengembangkan cara kerja baru dalam menjalankan usahanya.

Gati menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada Blibli. com yang telah bahu membahu bersama Ditjen IKMA untuk mendorong perkembangan usaha rekan-rekan pelaku IKM.

“Kolaborasi kita merupakan kekuatan bersama untuk memperkuat daya saing industri menuju era revolusi industri ke-4,” ungkap Gati.

Baca juga : Pelabuhan Tanjuk Perak Terapkan Sistem E-Ticketing

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Marolop Nainggolan mengatakan, pelaku bisnis UKM tidak bisa dibebani untuk masuk ke dunia digital.

“Mungkin karena belum paham atau merasa nyaman dengan kondisi saat ini, atau mereka masih ragu-ragu untuk masuk e-commerce,” ujarnya.

Berdasarkan fenomena tersebut, Kemendag mengajak pelaku UKM untuk memahami e-commerce dari dasar. Di tahap awal, pelaku UKM akan mendapatkan penjelasan ihwal foto produk yang menarik untuk bisnis. Lalu dikenalkan alat yang harus dipergunakan.

Hal ini termasuk ihwal kalimat promosi supaya orang tertarik dan mengerti produk yang dijual. Di sisi lain, Kemendag tengah menyiapkan pilot project untuk membimbing pelaku usaha yang terpilih.

Kemendag akan mengarahkan mereka supaya bisa berbisnis sampai ke luar negeri. Proses bimbingan ini direncanakan berlangsung kurang lebih satu tahun. Di program tersebut, Kemendag bakal memilih 10 pelaku usaha.

Mereka kelak mendapatkan pendampingan seperti perihal administrasi, penjelasan produk, pembiayaan sampai masuk ke pasar internasional.

“Kami akan memilih nanti, kemungkinan besar makanan dan minuman. Kami akan kerja sama dengan kabupaten kota untuk memilih 10 pelaku usaha ini, karena kami sadar pemda sudah ada yang mulai e-commerce,” jelasnya.

Baca juga : Ini Jurus Telkomsel Percepat Pembangunan Masyarakat Digital

Meski telah tersedia, platform di daerah belum sesuai dengan yang diperlukan oleh dunia e-commerce. Kebanyakan dari mereka masih bercampur aduk produknya.

“Ada satu toko isinya macam-macam, yang dipromosikan toko di platform tersebut, bukan barang secara spesifik,” kata Marolop.

Menurut Marolop, barang yang dijual pada dunia e-commerce harus spesifik. Sebab, bukan perusahan tapi barang yang perlu dipromosikan. Karena itu, Kemendag menggandeng penyedia platform sekaligus pelaku usaha untuk memberikan bimbingan.

“Jika nanti pilot project ini berhasil, silakan diadopsi oleh pemda dan pelaku usaha lain di Indonesia,” tambah Marolop.

Deputy Chief Marketing Officer (CMO) Blibli Andy Adrian menyebutkan, perusahaan mencoba merangkul IKM dan para wirausaha baru, salah satunya melalui The Big Start Indonesia. Program pembinaan startup ini sudah berlangsung sejak 2016 lalu.

Andy mengatakan, pembinaan yang Blibli lakukan terutama untuk mempelajari tantangan dan masalah hukum. “Pendekatan kami melalui dua cara, inisiasi untuk mulai serta penguatan usaha. Produk yang bagus harus sesuai aturan,” katanya.

Blibli telah mengeluarkan dana Rp 1,3 miliar untuk program itu. Empat sektor yang paling banyak mengikuti The Big Start Indonesia adalah produk fesyen, kecantikan dan kesehatan, kuliner, serta kriya. Salah satu pemenang dalam The Big Start Indonesia tahun ketiga adalah Kingsmith, produsen tas pintar multifungsi. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.