Dark/Light Mode

Jadi Bank BUMN Syariah, Sutan Emir: BSI Bisa Bergerak Lebih Cepat  

Senin, 4 April 2022 14:18 WIB
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Sutan Emir Hidayat/Ist
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah Sutan Emir Hidayat/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan, rencana pemerintah yang hendak menjadikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk alias BSI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), merupakan bentuk komitmen yang telah dirancang sejak 2018.

“Jadi, tahapan ketika sampai merger (Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRIsyariah) itu sebenarnya sudah sangat baik. Tapi belum memenuhi 100 persen masterplan,” kata Sutan dalam rilis yang diterima, Senin (4/4).

Sebagaimana diketahui, Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada akhir Februari 2022 mengatakan, pemerintah akan melakukan penyertaan modal negara melalui saham seri A Dwiwarna ke BSI.

Ma’ruf meminta, agar proses penyertaan saham Dwiwarna dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Hal itu disampaikan setelah mengadakan rapat dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan para Direksi Himpunan Bank Negara (Himbara).

Erick dalam kesempatan berbeda mengatakan, Kementerian BUMN akan melakukan percepatan transformasi BSI menjadi BUMN pada kuartal ketiga tahun ini.

Baca juga : Jokowi Optimis, Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Bisa Lebih Ngacir

Sutan melanjutkan, satu cita-cita dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019–2024 bukan hanya memiliki bank BUMN syariah, juga perusahaan tersebut harus memiliki skala bisnis yang besar.

Menurutnya, saat ini BSI telah berhasil mengamplifikasi dengan masuk sebagai 10 besar bank di Indonesia.

“Sebelumya tidak ada bank syariah masuk top 10 bank di Indonesia. Sejauh ini tahapan masih sesuai masterplan, tinggal menunggu perubahan status BSI dari anak usaha BUMN menjadi bank BUMN,” katanya.

Satu keunggulan BSI, lanjut Sutan, saat berada langsung di bawah pemerintah, yakni memiliki ruang gerak yang lebih luas. Artinya, pemerintah dapat memberikan arahan tanpa ada distorsi dari pemegang saham lain.

Hal tersebut akan memberikan dampak langsung terhadap upaya negara meningkatkan kekuatan ekonomi syariah Indonesia. Sebagai bank BUMN, BSI diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar dan mendorong kemampuan menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK), sehingga skala pembiayaan ikut naik.

“Jadi, bisa gerak lebih cepat dan bisa penggerak utama ekosistem dan keuangan syariah,” jelas Sutan.

Baca juga : Di Balik Menghilangnya Kentang Goreng Ukuran Besar Di Restoran Cepat Saji

Senada, pengamat ekonomi perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan, status BSI sebagai anak usaha tiga Bank BUMN membuat perusahaan sulit menentukan arah bisnis secara mandiri.

Padahal, menurutnya, bank syariah harus lepas dari bayang-bayang bank konvensional untuk berkembang lebih cepat.

Selain menjadi entitas sendiri, kata Doddy, BSI juga perlu memperkuat diri melalui kemitraan yang solid, dengan organisasi kemasyarakatan yang memiliki basis Islam kuat.

“Dengan begitu akan mempermudah bisnis pembiayaan BSI dan memperluas akses terhadap nasabah maupun debitur baru,” ujarnya.

Kinerja Positif

Sepanjang tahun lalu, BSI membukukan kinerja positif yang tercermin dari aset, DPK dan laba yang tumbuh dua digit. Hal tersebut berlanjut hingga awal tahun ini.

Baca juga : Mulai 12 Januari, Wisatawan Asing Bisa Berkunjung Ke Bali Dan Kepri

Mengutip laporan keuangan bulanan BSI, per Februari 2022, aset bank dan DPK tumbuh 14 persen secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang tahun lalu, di mana aset dan DPK, masing-masing naik 10,73 persen yoy dan 11,12 persen yoy.

Sementara, laba bank per Februari 2022 melesat signifikan. Bank mengantongi laba bersih setelah pajak Rp 625,14 miliar atau naik 30,36 persen yoy.

Hal ini utamanya didorong oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang tumbuh 5,6 persen yoy menjadi Rp 2,45 triliun.

Adapun dalam rencana bisnis bank 2022, BSI menargetkan pembiayaan tumbuh 11 persen–13 persen dan DPK naik 12 persen–15 persen secara tahunan.

Terkait laba, bank menaruh target pertumbuhan optimistis, yakni melesat 32,01 persen yoy dan pertumbuhan paling sedikit 15,51 persen yoy. [WHY]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.