Dark/Light Mode

Genjot Mutu Perikanan, Swiss Guyur RI Rp 24 Miliar

Kamis, 4 Juli 2019 20:13 WIB
Kerja sama Swiss-Kementerian Kelautan dan Perikanan. (Foto: Ist)
Kerja sama Swiss-Kementerian Kelautan dan Perikanan. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kedutaan Besar Swiss di Indonesia dan The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) memperpanjang program Smart Fish hingga 2022.

Program ini merupakan hibah dari pemerintah Swiss senilai 1,75 juta dolar AS atau setara Rp 24,7 miliar yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar produk perikanan Indonesia melalui peningkatan kepatuhan terhadap standard mutu internasional.

Plt. Direktur Jenderal Daya Saing Produk KKP Nilanto Perbowo mengungkapkan, program yang akan difokuskan pada Global Quality and Standards Program (GQSP) merupakan bentuk kemitraan strategis antara Swiss dan UNIDO untuk mempromosikan perdagangan dan daya saing.

Baca juga : Bisnis Remitansinya Naik 14 Persen, BRI Raup FBI Rp 41,6 Miliar

Nilanto menjelaskan, program ini sebenarnya hanya melanjutkan hasil program sebelumnya, yang memberikan dampak positif kepada sekitar 6 ribu pemangku kepentingan baik dari masyarakat, swasta dan pemerintah di 37 kabupaten/kota yang tersebar di 16 provinsi di seluruh Indonesia.

Nilanto mengungkapkan, kontribusi program ini cukup besar terhadap dampak ekonomi. Nilainya mencapai 22,6 juta dolar AS melalui peningkatan penjualan pada pasar domestik dan ekspor, keuntungan dan pendapatan. Smart Fish juga mendorong investasi oleh petani, pengolah dan pemerintah sebesar 11,8 juta dolar AS

Sesditjen Penguatan Daya Saing Produk KKP Berny A. Subki, program hibah dari pemerintah Swiss terbukti meningkatkan volume produksi perikanan, dan sebaliknya menekan ongkos produksi khususnya di tiga komoditas yakni ikan patin, rumput laut, dan tuna.

Baca juga : Pertamina EP Lakukan Pengeboran Sumur ST-194 Di Sangatta Kutai Timur

Untuk ikan patin misalnya, ongkos produksi di tingkat pembudidaya dalam lima tahun terakhir berhasil ditekan dari yang sebelumnya selalu di atas 60 persen.

Hal ini pun berdampak positif pada volume produksi, di mana ikan patin Indonesia sudah mampu menembus pasar Arab Saudi. Tahun ini, 200 ton patin beku diekspor perdana ke Saudi untuk keperluan jemaah haji, dengan nilai 472 ribu dolar AS.

“Hampir 60 persen secara umum costnya habis di pakan, karena impor. Dengan pakan mandiri dan dibantu Smart Fish, yang menggunakan material lokal, ternyata nutrisinya tidak kalah dari yang impor. Pembudidaya bisa untung, dan bisa meningkatkan volume produksi,” katanya. 

Baca juga : Komitmen Majukan Industri Perumahan, Ketum REI Raih Penghargaan Dunia

Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz mengatakan, dengan hasil yang memuaskan dari program sebelumnya, pemerintah Swiss berkomitmen melanjutkan dukungannya pada program lanjutan Smart Fish ini.

"Swiss adalah mitra strategis program Smart Fish. Kami sangat mengapresiasi dukungan kuat yang telah diberikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program Smart Fish telah memberikan hasil dan pencapaian yang memuaskan dan akan dilanjutkan untuk disebarluaskan ke seluruh Indonesia," katanya. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.