Dark/Light Mode

Muluskan Proyek Hilirisasi Tambang

Pemerintah Disarankan Tambah Benefit Investasi

Minggu, 29 Mei 2022 07:30 WIB
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi. (Foto: Istimewa).
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
“Kalau proyek ini jalan akan jadi pertama yang end to end. Ini juga akan jadi battery cells sampai recycle,” katanya.

Namun hingga kini kerja sama tersebut statusnya baru pada tahap penandatanganan framework agreement yang dilakukan pada April 2022, terkait inisiatif pengembangan proyek baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV Battery) terintegrasi.

“Targetnya, di September tahun ini JV tersebut sudah terbentuk,” harapnya.

Baca juga : Peduli Pendidikan, Pegadaian Beri Beasiswa Anak-anak Pengurus Bank Sampah Binaan

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Usaha Antam Dolok Robert Silabaan menjelaskan, bila kerja sama dengan dua perusahaan tersebut bisa terealisasi, maka nilai investasi yang akan masuk ke Indonesia sangat besar.

Khususnya dari pengembangan hilirisasi nikel untuk baterai kendaraan listrik, yakni berkisar antara 15-16 milar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 220 triliun hingga Rp 235 triliun.

“Makanya saat ini kami lagi susun dan lakukan join FS (Feasibility Study),” katanya.

Baca juga : Dari Prambanan, Menkominfo Tunjukkan Semangat Presidensi G20 Indonesia

Ia menilai, dengan adanya proyek battery cell dan cycle battery yang menjadi fokus utama wilayah usaha JV tersebut, maka akan mendongkrak produksi Nikel Pick Iron (NPI) Antam.

“Satu tahun, kita bisa tambah produksi sampai 350 ribu nikel konten. Artinya, ini juga akan mendongkrak profit perusahaan ke depannya,” kata dia.

Karena itu, pihaknya siap menanamkan investasi, baik secara minoritas maupun mayoritas agar turut serta dalam pengembangan bisnis nikel ke depan.

Baca juga : Toyota Luncurkan Fasilitas Pengembangan Dan Pembelajaran Mobil Listrik

Selain itu, upaya pengembangan hilirisasi nikel dilakukan melalui pembangunan proyek smelter di Morowali Utara, Sulawesi Tenggara.

“Kami juga akan memasukkan ekuiti di sana (Morowali), di bawah 1 miliar dolar AS (Rp 14,6 triliun). Ini juga akan meningkatkan produksi kami per tahunnya sebanyak 200-235 ribu ton nikel,” jelasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.