Dark/Light Mode

Alhamdulillah, Cadangan Devisa Naik 3,5 Miliar Dolar AS

Sabtu, 6 Juli 2019 07:34 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (kanan).
Gubernur BI Perry Warjiyo (kanan).

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah perang dagang antara Amerika dan China, cadangan devisa Indonesia bertambah 3,5 miliar dolar AS pada akhir Juni 2019 menjadi 123,8 miliar dolar AS. Kenaikan devisa dikarenakan adanya penarikan utang luar negeri pemerintah. 

Direktur Eksekutif Direktorat Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, selain penarikan utang luar negeri, kenaikan cadangan devisa juga disebabkan penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi dan penerimaan valas lainnya.“Cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas ekonomi yang positif," ujar Onny dalam keterangan resminya kemarin.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan cadangan devisa ini turut mendorong surplus pada neraca pembayaran."Alhamdulillah, Juni tercatat 123,8 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya maupun akhir Maret 2018," kata Perry.

Baca juga : Gara-gara Utang, Devisa Kita Anjlok 4 Miliar Dolar AS

Dia mengungkapkan, secara umum balance of payment pada kuartal kedua ini secara keseluruhan mengalami surplus 3 miliar dolar AS."Kenaikan cadangan devisa akhir Maret ke akhir Juni itu merupakan kenaikan surplus neraca pembayaran,"ujarnya.

Meskipun pada kuartal II terjadi deficit berjalan (current account deficit), BI memperkirakan itu bisa lebih rendah dari 3 persen.Menurut Perry, surplus dari neraca modal dan neraca finansial lebih tinggi dan bisa menutupi defisit. "Kami perkirakan defisit tidak akan lebih dari 3 persen dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah," jelas dia.

Sebelumnya, pada akhir Mei 2019 cadangan devisa RI hanya sebesar 120,3 miliar dolar AS. Posisi ini turun 4 miliar dolar AS dibandingkan cadangan devisa akhir April 2019 yang sebesar 124,3 miliar dolar AS.

Baca juga : HNW: Idul Fitri dan Open House Bisa Jadi Modal Sosial

Menurutnya, penurunan cadangan devisa pada Mei 2019 tersebut, terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di BI sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas terkait siklus pembayaran dividen beberapa perusahaan asing dan menjelang libur panjang lebaran.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah menilai, untuk memperkuat cadangan devisa, pemerintah bisa menerbitkan global bond. Namun, hal itu tidaklah mudah, karena akan terkendala seiring tekanan yang masih membayangi neraca dagang dan perbaikan defisit transaksi berjalan.

"Volatilitas rupiah yang tinggi akan mendorong BI menggunakan cadev untuk intervensi. Dengan demikian pemupukan cadev bisa dipastikan akan terkendala," kata Piter.

Baca juga : Alhamdulillah, 1 Jalur Kebun Kopi Sudah Bisa Dilalui

Jika rupiah mengalami tekanan yang sangat kuat, seperti tahun lalu misalnya, Piter memastikan BI akan menggunakan cadev untuk intervensi stabilitas rupiah. Alhasil, cadev bakal kembali tergerus. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.