Dark/Light Mode

Studi Bank Dunia Apresiasi Inovasi Kartu Prakerja Adalah Terobosan Transformasi Digital Indonesia

Rabu, 15 Juni 2022 19:38 WIB
Kika : I Gede Putra Arsana (Senior Financial Sector Specialist Bank Dunia); Raden Muhamad Purnagunawan  (Kepala Tim Kebijakan Ekonomi Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), Denni Puspa Purbasari 
(Executive Director, PMO of Kartu Prakerja Program); dan Host Frida Lidwina. (Foto: Istimewa)
Kika : I Gede Putra Arsana (Senior Financial Sector Specialist Bank Dunia); Raden Muhamad Purnagunawan (Kepala Tim Kebijakan Ekonomi Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), Denni Puspa Purbasari (Executive Director, PMO of Kartu Prakerja Program); dan Host Frida Lidwina. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
“Pak Jokowi mencanangkan ‘tol langit’. Penggunaan telepon seluler jadi makin luas, dan industri berbasis teknologi informasi tumbuh pesat. Prakerja memanfatkan semua ini. Ekosistem belajar berbasis kemitraan dengan ratusan pelaku pun dibangun,” ujar Airlangga.

Airlangga menegaskan bahwa, Kartu Prakerja adalah pioneer dari pembayaran G2P melalui financial technology dan ini adalah satu peranan yang diterapkan oleh Kartu Prakerja untuk mengakselerasi inklusi keuangan di tanah air.

“Program Kartu Prakerja betul-betul sebuah terobosan atau breakthrough transformasi digital dan inklusi keuangan Indonesia,” kata Airlangga, yang juga Ketua Komite Cipta Kerja, komite yang bertugas merumuskan kebijakan dan mengendalikan program Kartu Prakerja.

Sepanjang triwulan terakhir tahun 2021, Bank Dunia dan Sekretariat TNP2K yang didukung oleh G2Px Initiative Fund dan Indonesia Human Capital Acceleration Multi Donor Trust Fund (IHCA-MDTF), melakukan sebuah kajian untuk mempelajari implementasi bantuan sosial tanggap darurat Covid-19, memahami kecukupan bantuan sosial dalam memenuhi kebutuhan penerima manfaat, dan mendukung reformasi lebih lanjut sistem pembayaran G2P.

Penelitian tentang Kartu Prakerja ini menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Survei telepon dilakukan oleh SurveyMETER pada 6-25 Oktober 2021 kepada 1.000 penerima Kartu Prakerja di 50 kecamatan yang tersebar di 50 kabupaten dan 25 provinsi.

Penerima manfaat ini terdaftar ke dalam program Prakerja untuk Gelombang 7-11 (atau terdaftar pada bulan September-November 2020).

Dalam periode yang sama, wawancara mendalam dilakukan dengan pengelola program (MPPKP atau Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja) dan lembaga PJP (Penyedia Jasa Pembayaran) di tingkat pusat untuk mengkaji pengalaman mereka menerapkan sistem pembayaran G2P Kartu Prakerja saat ini, termasuk terobosan dan tantangan yang dihadapi.

Baca juga : Gandeng Microsoft, Pemerintah Kebut Tranformasi Digital

Untuk melakukan konfirmasi dan mendalami lebih lanjut hasil studi kuantitatif tersebut, tim peneliti juga melakukan Focus Group Discussions dan wawancara mendalam (In-depth Interviews) dengan beberapa kelompok penerima manfaat Kartu Prakerja.

Hampir 90 persen penerima manfaat menganggap bahwa Kartu Prakerja telah menyediakan cukup pilihan PJP. Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan, sebagai seorang ekonom, ia menggarisbawahi prinsip “makin banyak pilihan makin bagus”.

Hal itulah yang menjadi nafas program Prakerja, termasuk dalam memberikan kebebasan pesertanya memilih rekening yang digunakan untuk pencairan insentif. Ada pilihan bank, ada pula uang elektronik.

“Dengan demikian, masyarakat bisa memilih sesuai preferensi masing-masing,” ungkapnya.

Selain itu, merujuk berbagai literatur terkait inklusi keuangan, ternyata untuk menjadi nasabah bank memiliki tantangan tersendiri. Antara lain banyaknya regulasi yang diperlukan serta dibutuhkannya kehadiran fisik dalam proses pembukaan rekening.

“Namun, dengan fakta begitu banyaknya masyarakat Indonesia memiliki telepon seluler, membuat kita bisa mengembangkan inklusi keuangan, berkolaborasi dengan lembaga-lembaga keuangan digital yang makin banyak tumbuh. Ini juga terkait banyak bank dan kantor pelayanan publik tidak beroperasi saat puncak pandemi lalu,” urai Denni.

Pujian terhadap Prakerja juga datang dari Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.

Baca juga : Akademisi Minta Pemerintah Tegas Keluarkan Kebijakan Bebas Intervensi

“Kartu Prakerja merupakan kebijakan pasar tenaga kerja aktif dan program bantuan sosial di Indonesia yang pertama kali mengimplementasikan mekanisme pembayaran G2P yang berorientasi pada penerima. Ini merupakan hal yang sangat inovatif,” ungkapnya.

Ada tiga hal yang mendapat perhatian dari Bank Dunia. Pertama, penting untuk menawarkan berbagai pilihan bank dan uang elektronik demi kemudahan akses oleh penerima..

Kedua, sebagian besar penerima dengan segera mencairkan bantuan sosial menjadi uang tunai setelah mereka terima. Hal ini menandakan kebutuhan untuk menyediakan lebih banyak pilihan dan mendorong penggunaan platform pembayaran digital.

Ketiga, adanya ruang untuk meningkatkan inklusi finansial dengan menyediakan program literasi keuangan untuk para peserta program G2P.

Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi, memaparkan bahwa Inovasi program Kartu Prakerja yang menggunakan ekosistem terintegrasi dengan implementasi end-to-end digital dan multi-channel Government-to-Person (G2P) payment, memberikan bukti nyata bagaimana teknologi digital dan finansial mempengaruhi efisiensi dan efektivitas program, serta meningkatkan pengalaman dan inklusi finansial para penerima.

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Fitria Irmi Triswati mengungkapkan bahwa selain mendorong inklusi keuangan, Program Kartu Prakerja juga mendorong perluasan dan percepatan keuangan digital serta transparansi penyaluran bantuan sosial.

Sementara itu Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Yose Rizal Damuri menunjuk fakta menarik dari kajian ini adalah bagaimana mayoritas penerima Kartu Prakerja awalnya tidak memiliki akun uang elektronik atau dompet digital.

Baca juga : Dubes Inggris Buat Program Akses Digital Di Indonesia Timur

Hampir 50 persen baru kali pertama menggunakan rekening uang elektronik dan juga hampir 9 persen dari mereka kali pertama memiliki rekening bank.

Wakil Ketua II Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Aldi Haryopratomo menyoroti bahwa apa yang dilakukan sistem Prakerja sebenarnya memungkinkan untuk menjadi sarana kolaborasi dari seluruh industri membidik target inklusi keuangan yang sulit yaitu rumah tangga yang berpendapatan rendah.

“Menurut hasil studi Bank Dunia, 44 persen dari jumlah penerima Prakerja termasuk dalam 40 persen rumah tangga termiskin. Ini memberikan landasan nyata bagi pemain uang elektronik dan perusahaan teknologi keuangan lain untuk tumbuh, dan mengadopsi serta menargetkan pengguna berpendapatan rendah ini.” terangnya.

Di akhir diskusi, Director of Information and Communications Technology and Disaster Risk Reduction Division, UN ESCAP Tiziana Bonapace, mengucapkan selamat atas terobosan yang telah dicapai oleh program ini.

“Dengan menjangkau lebih dari 11 juta penerima, program ini merupakan bukti konkrit pemerataan ‘on the ground’ yang ditawarkan oleh digitalisasi,” pungkasnya. â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.