Dark/Light Mode

Prospek Ekonomi RI Cerah Sampai 2028

Minggu, 9 Oktober 2022 07:30 WIB
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Istimewa).
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
“Pemahaman masyarakat yang terbatas atas produk keuangan menyebabkan timbulnya berbagai risiko, seperti penipuan yang berdampak buruk kepada masyarakat,” ungkapnya.

Selanjutnya tantangan ketiga yaitu digitalisasi. Diakui Purbaya, perkembangan digital meningkat begitu pesat. Sehingga memunculkan segmen-segmen di dalam ekonomi dan keuangan, yang dapat menimbulkan berbagai kejahatan siber bila literasi keuangan digital tidak dioptimalkan.

Sektor perbankan harus terus memperkuat sistem informasi, agar infrastruktur perbankan mumpuni untuk mencegah terjadinya kejahatan siber. Terutama kasus-­kasus digital seperti scamming, phising, ransomware dan kejahatan-kejahatan keuangan lain melalui cyber.

Baca juga : Krisis Ekonomi Global, Pemerintah Kudu Jaga Daya Beli Masyarakat

Tantangan keempat atau terakhir, sebut Purbaya, pendalaman pasar keuangan di Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara tetangga.

Di tahun 2020, kapitalisasi pasar modal Indonesia di angka 46,9 persen terhadap PDB. Sementara Thailand di level 108,7 persen dan Malaysia 129,5 persen. Kemudian, rasio finansial sistem deposit Indonesia per 2021 masih rendah dalam level 41,2 persen pada PDB (Produk Domestik Bruto), sementara itu yang lebih tinggi Filipina sebesar 77,7 persen, Malaysia 122,6 persen dan Thailand 135,6 persen.

“Pendalaman pasar keuangan ini perlu terus ditingkatkan supaya peran pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan semakin tinggi. Dan tidak tergantung terhadap dana asing dalam pembangunan nasional,” imbaunya.

Baca juga : Industri Nikel Berpotensi Topang Ekonomi Di Tengah Ancaman Resesi

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengatakan, dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, ia telah menyiapkan empat strategi jitu.

Pertama, BRI akan melakukan selective growth yang akan berfokus pada pinjaman Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor tertentu. Khususnya kredit mikro melalui strategi ‘business follow stimulus’, dan mengoptimalkan kredit Ultra Mikro (UMi) sebagai mesin pertumbuhan baru.

Dalam situasi seperti ini, stimulus Pemerintah masih diperlukan. Dan, BRI melakukan strategi business to follow stimulus. Hal ini, menurutnya, memang tidak gampang dilakukan, karena stimulus baru efektif jika empat hal dipenuhi.Yakni, adanya dana, data yang benar, sistem yang reliabel, dan ada yang mengkomunikasikan secara clear program-program stimulus itu.

Baca juga : SKI Luncurkan Saksi Demokrasi 

“Dari empat syarat itu, BRI menyediakan tiga hal yaitu data, sistem yang reliabel, dan komunikator melalui mantri-mantri BRI,” beber mantan bos Pegadaian ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.