Dark/Light Mode

Ekspor Talas Beku Tembu ke Jepang, Sulsel Terus Tingkatkan Produksi

Minggu, 11 Agustus 2019 17:11 WIB
Kawasan perkebunan talas beku tembu di Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Humas Kementan)
Kawasan perkebunan talas beku tembu di Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Talas Indonesia ternyata disukai warga Jepang. Salah satunya talas yang dibudidayakan petani di Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah menembus pasar Jepang. Varietasnya colocasia esculenta var antiquorum atau lebih dikenal Talas Jepang Satoimo atau Taro Potato. 

"Bahan pangan yang satu ini sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang yang dianggap terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, di Bogor, Minggu (11/8). 

Suwandi menjelaskan, komoditi ini menjadi ngetrend setelah adanya berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah. "Jadi talas ini aman dikonsumsi oleh penderita atau mereka yang berpotensi diabetes," imbuhnya.

Menurutnya, pangsa pasar talas di Jepang masih terbuka lebar. Hal ini didukung dari semakin menyempitnya lahan pertanian di Jepang, sehingga hanya bisa memenuhi 250.000 ton pertahun, atau 65,7 persen dari total kebutuhan per tahun sebesar 380.000 ton.

Baca juga : SBY Masih Berkabung, Demokrat Belum Tentukan Langkah Politik

"Kekurangan sebesar 130.000 ton per tahun sebagian dipasok dari China jadi sampai saat ini, China hanya mampu mensuplai 60.000 ton per tahun, imbuhnya. Makanya Jepang mulai melirik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sisanya 70.000 ton per tahun," terangnya.

Melihat peluang ini, Suwandi menyebutkan pemerintah Sulawesi Selatan sangat jeli melihat peluang ekspor komoditi umbi-umbian ini dan menggalakan penanamannya di beberapa daerah. Tercatat, sampai dengan tahun 2018, total Talas Beku (frozen taro) dari Kabupaten Bantaeng dan Makasar yang sudah diekspor ke Jepang sebanyak 50 ton dengan nilai sekitar Rp 1,06 miliar.

"Untuk meningkatkan volume ekspor talas, mereka menambah luasan tanam talas di 10 Kabupaten, yakni Gowa, Sopeng, Maros, Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Bone, Janeponto, Takalar dan Wajo dengan total luasan 178 hektar," sebutnya.

Konsep Ekspor

Baca juga : Dirjen Tanaman Pangan Beri Jurus Tingkatkan Kapasitas Produksi ke Petani Garut

Suwandi menilai, konsep perdagangan ekspor talas dari Sulsel ke Jepang ini sudah sangat terintegrasi. Semua pihak turut mengambil peran masing-masing dan saling bekerjasama, baik itu instansi pemerintah, petani, maupun importir dan eksportirnya. "Saya kira ini bisa menjadi contoh inspirasi bagi yang ingin mengembangkan komoditasnya sebagai produk ekspor," bebernya.

Di tempat terpisah, perwakilan importir Jepang yang berkantor di Indonesia, Affandi, mengatakan talas yang akan dieskpor ke Jepang harus memenuhi persyaratan batas maksimum residu pestisida, bebas dari kontaminasi bakteri, memiliki tekstur, rasa, penampilan, warna dan ukuran sesuai permintaan buyer. Pasalnya, Jepang merupakan negara tujuan ekspor yang sangat memperhatikan food safety (keamanan pangan) disamping food quality (mutu pangan) sehingga traceability (ketertelusuran) untuk setiap pangan yang diedarkan menjadi sebuah persyaratan yang harus dipenuhi.

"Untuk memastikan penerapan SOP ditingkat petani talas, Pemerintah Provinsi Sulsel pun membentuk Tim Pendamping. Tim ini terdiri atas unsur Dinas Pertanian Sulawesi Selatan, importir (Jepang) di Indonesia, Unit Pengolahan Tepung Talas di Makasar dan Perguruan Tinggi," cetus dia.

Untuk memastikan pasar, Affandi menyebutkan Pemerintah Provinsi Sulsel menggandeng PT Tridanawa Perkasa Indonesia, yakni eksportir Talas Beku dari Makasar sebagai off taker. Terkait budidaya talas, tanaman ini akan tumbuh bagus pada tanah yang cukup gembur. 

Baca juga : Kepala BNPB: Penting, Simulasi Bencana Sampai ke Tingkat Keluarga

"Dari hasil pengamatan kami, populasi per hektar mencapai 20.000 pohon dan dapat dipanen setelah umur 4 bulan. Setiap pohon dapat menghasilkan umbi talas paling sedikit 1 kilogram artinya provitas talas dapat mencapai 20.000 kilogram per hektar atau 20 ton per hektar. Terkait dengan harga, yang saya tahu untuk umbi talas di Sulsel di tingkat petani berkisar Rp 2.000 hingga 2.500 per kilogram," pintanya.

Lebih lanjut Afandi mengungkapkan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan Talas Jepang. Setelah melakukan uji coba penanaman di Bali, Yogyakarta dan Aceh, perwakilan Buyer Jepang di Indonesia tersebut akhirnya memilih Sulsel untuk pengembangan lebih luas. "Sulsel menjadi produsen talas yang budidayanya diperluas. Di Sulsel talas tumbuh dengan bagus dan kualitasnya tinggi," ungkapnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.