Dark/Light Mode

Subsidi Energi Dipangkas 12,6 Triliun, Listrik Dan BBM Semoga Tak Naik

Sabtu, 7 September 2019 08:56 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Foto: Ist)
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah memangkas anggaran subsidi energi (BBM, listrik, dan gas elpiji 3 kilogram) pada RAPBN 2020. Jumlahnya fantastis. Rp 12,6 triliun. Subsidi energi sekarang tersisa Rp 124,9 triliun. Rakyat berharap, mudah-mudahan pemangkasan ini tidak membuat tarif listrik, dan BBM serta elpiji tak naik di tahun depan.

Pemerintah dan DPR tengah membahas RAPBN 2020. Hampir tiap hari mereka menggelar rapat untuk mengotak-atik postur anggaran. Rapat kemarin, menghasilkan keputusan baru. Pemerintah sepakat mengurangi anggaran subsidi energi sebesar Rp 12,6 triliun. Rinciannya, subsidi untuk BBM dan elpiji turun turun Rp 5,2 triliun dan subsidi untuk listrik turun Rp 7,4 triliun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani beralasan, pengurangan subsidi ini terjadi karena perkembangan ekonomi global. Misalnya, turunnya asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP). Dari 65 dolar AS menjadi 63 dolar AS per barel. Selain itu, ada pencabutan subsidi listrik yang tidak tepat sasaran bagi pelanggan golongan 900 VA.

Baca juga : APBN Defisit Rp 183,7 Triliun, Sri Mulyani Masih Kalem

Mesti jumlahnya turun, Sri Mulyani memastikan, subsidi kepada masyarakat tetap sama. Pasalnya, anggaran subsidi turun semata-mata bukan karena ada pengurangan jumlah penerima subsidi, namun hanya karena perubahan asumsi makro. “Tidak ada pengurangan dalam ar- tian ada penurunan dan tidak setinggi hitungan di awal. Tapi, ini tidak menurunkan apa-apa, hanya implikasi dari asumsi,” katanya dalam Rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Bisa diartikan, pemangkasan anggaran energi ini belum mengubah kebijakan harga BBM, gas elpiji 3 kilogram, dan tarif listrik. Pengurangan subsidi energi memang konsisten dilakukan pemerintah dari tahun ke tahun. Tujuannya, mengarahkan belanja pemerintah ke belanja yang sifatnya lebih produktif.

Meski begitu, Pimpinan Banggar, Kahar Muzakir melihat, bahwa penurunan subsidi energi ini akan berdampak pada proyeksi pertumbuhan ekonomi. Dia memprediksi, target pertumbuhan 5,3 persen tidak akan tercapai.

Baca juga : Papua Anak Bungsu Bukan Anak Tiri

Anggota Banggar dari Fraksi Gerindra, Sumarjati Arjoso menyayangkan, penurunan subsidi energi tersebut. Dia menduga, penurunan subsidi ini dilakukan untuk menambal utang pemerintah yang semakin tinggi. “Bunga utang kita terus naik mencapai hampir Rp 300 triliun tahun depan. Kita berutang hanya untuk membayar bunga utang,” kritiknya.

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira melihat, penurunan itu jelas bisa membuat tarif listrik dan harga BBM naik. Jika itu terjadi, jelas akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. “Efek ke pertumbuhan ekonomi mungkin melambat ke 4,9 persen,” kata Bhima, kemarin.

Bhima menyebut, dua kebijakan tak populer itu justru akan menggerus daya beli masyarakat. Sebab, uang yang harus dikeluarkan masyarakat untuk tagihan listrik semakin besar. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.