Dark/Light Mode

Minta Pelaku Keuangan Jangan Curang

Wapres Wanti-wanti Ekonomi Bisa Rontok

Selasa, 20 Juni 2023 06:45 WIB
Wakil Presiden Maruf Amin memberikan sambutan pada pencatatan perdana EBAS-SP SMF-BRIS01 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (19/6/2023). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww)
Wakil Presiden Maruf Amin memberikan sambutan pada pencatatan perdana EBAS-SP SMF-BRIS01 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (19/6/2023). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sektor keuangan memiliki peranan vital di dalam perekonomian negara. Untuk itu, para pelakunya dituntut bisa bekerja dengan profesional dan mampu menjaga kepercayaan publik. Jika tidak, risikonya tidak main-main, bisa membuat ekonomi nasional rontok.

Pesan moral itu disampai­kan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin.

“Kecurangan di sektor keuangan bukan hanya dapat meruntuh­kan kepercayaan masyarakat, tapi juga berpotensi meruntuhkan per­ekonomian sebuah negara,” kata Ma’ruf dalam acara Peresmian Pencatatan Perdana Efek Beragun Aset Syariah Berbentuk Surat Partisipasi Sarana Multigriya Fi­nansial -Bank Syariah Indonesia, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, kemarin.

Dia menuturkan, sektor keuangan harus memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Pelaku usaha, regulator dan pengawas harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar dan prosedur yang ada.

Baca juga : Sejalan Dengan Visi Jokowi, Ganjar Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular Di Jateng

“Keamanan data, sistem dan investasi nasabah harus betul-betul terlindungi,” pintanya.

Wapres juga mendorong prin­sip kehati-hatian dalam pengelo­laan sektor keuangan. Menurut­nya, dalam mengelola sektor keuangan perlu menghindari instrumen atau produk-produk dengan risiko tinggi yang dapat menimbulkan gagal bayar.

“Seperti pada kasus kredit perumahan di Amerika Serikat yang memicu krisis ekonomi global tahun 2008,” katanya.

Selain itu, Ma’ruf meminta, para pelaku sektor keuangan untuk mengembangkan inovasi instrumen keuangan, termasuk instrumen keuangan syariah. Karena, produk keuangan syariah akan mengakselerasi pertumbuhan sektor keuangan nasional.

Baca juga : Halte BRT Transjakarta Perkuat Fungsi Kemayoran Sebagai Pusat Ekonomi Dan Bisnis

Mantan Anggota Dewan Per­timbangan Presiden (Wantim­pres) ini menekankan penting­nya memberikan edukasi produk keuangan syariah, keterbukaan informasi dan profil risiko produk kepada masyarakat. Hal ini untuk mencegah timbulnya masalah di kemudian hari.

Sebelumnya, Wakil Men­teri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, sektor keuangan di Indonesia saat ini masih dangkal dan belum seimbang. Hal ini terjadi akibat rendahnya literasi keuangan dan ketim­pangan akses jasa keuangan. Serta akibat masih tingginya biaya transaksi di sektor keuan­gan dan terbatasnya instrumen keuangan.

Ke depan, lanjutnya, sektor keuangan Indonesia masih akan menemui tantangan seperti dis­rupsi teknologi yang semakin masif dan dampak perubahan iklim ke sektor keuangan.

“Karena itu, reformasi pengembangan dan penguatan sek­tor keuangan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan akses dan jasa keuangan, memperluas sumber pembiayaan jangka panjang dan meningkatkan daya saing serta ekonomi,” ujarnya.

Baca juga : DPR Minta Kemlu Turun Tangan Atasi Turis Asing Nyambi Kerja Di Bali

Menurut Suahasil, dibutuhkan pengembangan instrumen dan penguatan mitigasi risiko serta peningkatan perlindungan inves­tor dan konsumen.

“Dengan adanya reformasi ini, sektor keuangan yang inovatif efisien, inklusif dapat dipercaya, kuat dan stabil,” kata Suahasil.

Dia menambahkan, saat ini sek­tor keuangan berkembang sangat cepat dan drastis.

“Ditambah lagi Indonesia tak berkembang sendirian, tapi berkembang bersama seluruh konteks global di seluruh dunia,” pungkasnya. ■  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.