Dark/Light Mode

ADB Ingatkan Risiko Suku Bunga Tinggi Di Asia Timur, Debitur Bisa Puyeng

Senin, 11 September 2023 11:11 WIB
Ilustrasi kenaikan suku bunga (Foto: Net)
Ilustrasi kenaikan suku bunga (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Pembangunan Asia (ADB) meminta pemerintah dan bank sentral di kawasan Asia Timur yang sedang berkembang, agar tetap mewaspadai potensi risiko keuangan, terkait suku bunga lebih tinggi.

Dalam laporan Asia Bond Monitor yang dirilis hari ini, Senin (11/9/2023), ADB menyebut, melemahnya inflasi dalam beberapa bulan terakhir, memungkinkan sebagian besar bank sentral kawasan ini untuk tidak menaikkan suku bunga. Beberapa di antaranya, bahkan mulai menurunkan suku bunga, demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, tekanan kenaikan harga, pasar tenaga kerja yang solid, dan kuatnya kinerja perekonomian Amerika Serikat (AS) dapat menyebabkan Bank Sentral AS (US Federal Reserve) kembali menaikkan suku bunga.

"Peralihan baru-baru ini yang tidak lagi menaikkan suku bunga, bersamaan dengan fundamental perekonomian yang lebih baik, membantu menopang kondisi keuangan di sebagian besar pasar kawasan Asia Timur yang sedang berkembang antara 1 Juni sampai 31 Agustus," papar laporan tersebut.

Di luar China, sentimen investasi positif di pasar regional mendukung penurunan premium risiko, kenaikan pasar saham, dan aliran masuk portofolio asing ke pasar obligasi.

Baca juga : Pesan Mendalam Jokowi Saat Membuka KTT Asia Timur Di Jakarta

Di Negeri Tirai Bambu, proyeksi perekonomian yang meredup, menjadi pemberat pasar keuangan domestik. Sementara suku bunga di kawasan ini masih tetap tinggi.

Biaya pinjaman yang lebih tinggi, juga ikut berkontribusi pada tekanan utang dan gagal bayar obligasi di sejumlah pasar Asia, dalam beberapa bulan terakhir.

“Sektor perbankan Asia menunjukkan ketahanannya di tengah gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa baru-baru ini. Tetapi, sejak tahun lalu, kami mendapati sejumlah kerentanan dan gagal bayar di kalangan peminjam, baik publik ataupun swasta,” beber Kepala Ekonom ADB, Albert Park.

“Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat menimbulkan persoalan. Terutama, bagi peminjam dengan tata kelola dan neraca keuangan yang lemah," imbuhnya.

Laporan ADB ini juga menyoroti penurunan inflasi, yang terjadi lebih cepat dibanding perkiraan di sejumlah perekonomian maju. Bersamaan dengan mendinginnya pasar tenaga kerja, dan/atau berkurangnya kekhawatiran mengenai kestabilan keuangan dan pertumbuhan.

Baca juga : Gedung Tinggi Didorong Pasang Water Mist BRIN

ADB meyakini, hal ini dapat mengarah pada postur moneter yang lebih longgar.

Kawasan Asia Timur yang sedang berkembang meliputi perekonomian negara-negara anggota ASEAN, China, Hong Kong, dan Republik Korea.

Jumlah total obligasi yang beredar di kawasan ini dilaporkan naik 2,0 persen dalam waktu tiga bulan sejak Juni 2023, menjadi 23,1 triliun dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 38,99 triliun. 

Pertambahan obligasi dari sektor pemerintah maupun korporat, dilaporkan melambat dibanding kuartal sebelumnya.

Banyak pemerintah yang menumpuk penerbitan obligasi di kuartal pertama tahun ini, ketika obligasi pemerintah dan korporat dalam nilai yang cukup besar, jatuh tempo di hampir semua pasar.

Baca juga : Jokowi Ingin Tingkatkan Kerja Sama Energi Di Tanzania Lewat Pertamina

Obligasi berkelanjutan di ASEAN plus China, Jepang, dan Republik Korea (ASEAN+3) bertambah 5,1 persen dari kuartal sebelumnya, menjadi 694,4 miliar dolar AS. Mencapai porsi 19,1 persen dari nilai obligasi berkelanjutan, yang beredar di seluruh dunia.

ASEAN+3 masih merupakan pasar regional obligasi berkelanjutan kedua terbesar di dunia, setelah pasar Uni Eropa. Meski faktanya, segmen ini hanya mencakup 1,9 persen dari keseluruhan pasar obligasi di ASEAN+3.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem.

ADB yang didirikan pada 1966, beranggotakan 68 negara, sebanyak 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.