Dark/Light Mode

Longgarkan Kebijakan Moneter

BI Ramal Aliran Modal Asing Ke Indonesia Makin Deras

Senin, 30 September 2019 09:03 WIB
Longgarkan Kebijakan Moneter BI Ramal Aliran Modal Asing Ke Indonesia Makin Deras

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global, aliran modal asing diprediksi semakin deras masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kondisi ini terjadi lantaran negara-negara maju makin melonggarkan kebijakan moneter mereka. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi negara emerging market atau negara yang sedang menuju ekonomi level me nengah, seperti Indonesia. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menggatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia semakin terlihat dengan menurunnya volume dan nilai perdagangan dunia. 

Hal itu juga sebagai imbas perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung usai. Akhirnya, negara maju seperti Amerika Serikat (AS), China dan kawasan Eropa menurunkan kebijakan suku bunga acuannya September ini. Diikuti oleh negara berkembang seperti India, Thailand, Filipina dan Indonesia. 

Baca juga : Kementan Kembangkan Kawasan Bawang Merah di Indonesia Timur

“Dengan kebijakan suku bunga yang probabilitas menurun. Negara-negara emerging market bisa kelimpahan modal asing,” ujar Onny. 

Saat ini, kata Onny, pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) akan kembali turun akhir 2019 dan 2020. Ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam serta tekanan inflasi yang rendah. Karena itu, potensi aliran modal asing ke Indonesia menjadi besar. 

“Saat ini, economic policy uncertainty di AS tinggi, aliran modal asing akan masuk ke emerging markets. Meski dengan volatilitas atau perubahan harga yang sangat tinggi karena dipengaruhi defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia yang besar dan membuat arus modal asing rentan keluar,” paparnya. 

Dalam kondisi saat ini, sambung Onny, sewaktu-waktu aliran likuiditas yang masuk ke Indonesia juga dapat keluar tergantung tingkat imbal hasil yang ditawarkan dan juga iklim investasi di negara yang bersangkutan. 

Baca juga : Pegadaian Genjot Sinergitas Dan Digitalisasi

“Untuk itu, BI akan menjaga agar imbal hasil aset keuangan domestik atau berdenominasi rupiah tetap menarik di tengah merebut limpahan likuiditas,” ujarnya. 

Sebagai informasi, hingga 19 September 2019, BI mencatat aliran modal asing yang masuk mencapai Rp 189,9 triliun. Adapun pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan bisa mencapai 5,1-5,2 persen dan di 2020 menjadi 5,3 persen. 

Untuk pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019, BI meramal hanya sebesar 3,2 persen dan meningkat terbatas menjadi 3,3 persen pada 2020. Sementara itu pertumbuhan ekonomi AS meningkat menjadi 2,3 persen di 2019, kemudian melambat menjadi 2,0 persen di tahun depan. 

Pengamat dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, ke depan masih terbuka potensi pelonggaran moneter negara-negara maju dengan cara menurunkan suku bunga. “Dengan turunnya suku bunga di negara maju, investor akan mencari tempat baru yang menawarkan suku bunga relatif tinggi di negara berkembang seperti Indonesia,” ujar Yusuf kepada Rakyat Merdeka. 

Baca juga : Bamsoet Resmikan Monumen Guru Indonesia di Banjarnegara

Saat ini, aliran modal asing sudah makin deras masuk ke Indonesia. Salah satu indikatornya, meningkatnya kepemilikan asing pada obligasi negara yang sampai September nilainya mencapai Rp 1.082 triliun, atau meningkat dari awal Januari yang mencapai Rp 909 triliun. 

“Secara persentase, tingkat kepemilikan asing di SBN juga meningkat 39 persen, dibandingkan persentase pada awal Januari yang mencapai 36 persen,” sambung Yusuf. 

Namun begitu, kata dia, jika aliran investasi yang masih hanya berupa investasi portofolio, dampaknya tidak akan sebesar investasi langsung atau investasi Foreign Direct Investment (FDI). “Yang lebih dibutuhkan Indonesia saat ini masuknya aliran investasi FDI agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen di tahun depan bisa terjadi,” tegasnya. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.