Dark/Light Mode

Kinerja BTN Diproyeksi Terus Positif Hingga Akhir Tahun 2023

Selasa, 7 November 2023 15:19 WIB
Jelang akhir tahun 2023, Bank Tabungan Negara Persero diproyeksikan mampu mencapai target. (Ilustasi BTN)
Jelang akhir tahun 2023, Bank Tabungan Negara Persero diproyeksikan mampu mencapai target. (Ilustasi BTN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jelang akhir tahun 2023, para analis memproyeksikan kinerja PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mampu mencapai target atau mencapai laba bersih senilai Rp 3,2 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg per Senin (6/11), konsensus analis memproyeksikan laba bersih BBTN dapat mencapai Rp 3,2 triliun ditopang Net Interest Margin (NIM) yang mencapai 4,0 persen.

“ROE (Return on Equity) diperkirakan menyentuh angka 11,7 persen pada akhir 2023,” demikian dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/11/2023).

Dengan proyeksi tersebut, sebanyak 21 analis juga merekomendasikan beli untuk BBTN dengan rata-rata target price pada 12 bulan ke depan senilai Rp 1.730 per lembang.

Saat ini, saham BBTN diperdagangkan pada 0,5X PBV untuk tahun 2023/24F.

Baca juga : Kementerian BUMN Dorong UMKM Surabaya Tembus Pasar Global

Sementara itu, Analis Yuanta Sekuritas Indonesia Yap Swie Cu mengatakan, kinerja BTN diyakini masih on track. Salah satu penyumbangnya, yaitu strategi kredit high-yield.

“Kami menjaga rekomendasi beli untuk BTN,” jelas Yap dalam risetnya.

Senada, Head of Research Sucor Sekuritas Edward Lowis memproyeksikan BTN masih akan mencatatkan laba bersih di level Rp 3 triliun pada akhir 2023.

Salah satu penopang proyeksi tersebut yakni peningkatan kredit yang masih akan berlanjut di tahun ini dan mencapai pertumbuhan sebesar 10 persen.

“Kami masih mempertahankan rekomendasi beli,” imbau Edward.

Baca juga : Bank Mandiri Proyeksi Kredit Mikro Tumbuh Double Digit di 2023

Sebelumnya, manajemen BTN juga menilai hingga akhir tahun ini dapat menjaga pertumbuhan kredit di level double digit.

Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) menjadi penyumbang kinerja positif perseroan.

Direktur Finance BTN Nofry Rony Poetra mengatakan, lebih dari 90 persen portofolio KPR BTN masih didominasi oleh rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar, termasuk di dalamnya yakni segmen rumah murah.

“Selain fokus menyalurkan KPR Subsidi, BTN juga intens menyasar KPR Non-Subsidi yang membidik segmen emerging affluent. Strategi tersebut dieksekusi dengan membuka tiga Sales Center di BSD, Kelapa Gading, dan Surabaya,” katanya.

Insentif selanjutnya yaitu pemberian Bantuan Biaya Administrasi (BBA) sebesar Rp 4 juta bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) saat membeli rumah subsidi.

Baca juga : Rupiah Masih Berpeluang Menguat Hingga Akhir Tahun

Pemerintah juga menaikkan batas harga rumah yang bisa dibeli MBR dan memperoleh pembebasan PPN menjadi Rp 350 juta, baik rumah tapak maupun rumah susun.

Menurut Nofry, hal ini akan menguntungkan BTN, yang merupakan kontributor utama dalam pembiayaan perumahan, khususnya KPR Subsidi dengan market share yang mencapai 83 persen untuk penyaluran KPR Subsidi.

“Dengan adanya insentif BBA ini akan meningkatkan potensi realisasi KPR Subsidi lebih banyak lagi ke depannya,” ujar Nofry.

Hingga Agustus 2023, BTN mencatatkan portfolio KPR baik Subsidi maupun Non-Subsidi tumbuh double digit di atas 10 persen.

“Dengan ada insentif tersebut, kami optimistis tren pertumbuhan KPR masih berlanjut hingga akhir 2024,” pungkasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.