Dark/Light Mode

Prof Purnomo Yusgiantoro: Negara Berkembang Penyumbang Emisi Terbanyak

Selasa, 28 November 2023 21:51 WIB
Profesor Purnomo Yusgiantoro dalam seminar internasional di Universitas Indonesia UI, Senin (27/11/2023). (Foto Ecomomix FEB UI)
Profesor Purnomo Yusgiantoro dalam seminar internasional di Universitas Indonesia UI, Senin (27/11/2023). (Foto Ecomomix FEB UI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dahulu pada masa revolusi industri, emisi dihasilkan dari negara-negara maju akibat industrialisasi. Namun, saat ini, negara-negara berkembang lah yang menghasilkan emisi karbon terbanyak.

Hal ini disampaikan Profesor Purnomo Yusgiantoro saat mengisi seminar internasional bertajuk '21st Economix, Global Economic Challenge' di Universitas Indonesia (UI), Senin (27/11/2023). Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral periode 2000-2009 itu, saat ini, Indonesia perlu memahami konsep rantai nilai energi yang terdiri dari hulu, tengah, dan hilir.

"Hulu melibatkan eksplorasi produksi, midstream melibatkan transmisi dan distribusi. Terakhir, sektor hilir melibatkan pengguna akhir di sektor listrik, transportasi, industri, dan rumah tangga. Jadi kita akan fokus pada hilirnya terkait pembahasan hari ini," katanya.

Baca juga : ReJO Pro Gibran: RI Butuh Pemimpin Muda Yang Ngerti Perkembangan Zaman

Sejak 1960an hingga 1990an, Indonesia mempunyai surplus minyak dan gas yang mempunyai peranan besar di negara ini. Produksi minyak dan gas menimbulkan multiplier effect seperti penyerapan tenaga kerja, pendapatan daerah, dan pembangunan daerah. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi maka konsumsi pun meningkat. Karena itu Indonesia berubah menjadi negara importir.

Profesor Purnomo mengatakan, hilirisasi di Indonesia dimulai pada tahun 2009 dengan dibuatnya peraturan mengenai hilirisasi batubara dan mineral (UU No.4/2009). Dalam bisnis batu bara, cadangan batu bara Indonesia cukup untuk 70 tahun dan bisa bertahan hingga 250 tahun. Sayangnya, batu bara merupakan sumber energi utama yang menghasilkan banyak emisi.

"Kita perlu menggunakan teknologi baru untuk mengurangi emisi batubara," ujar Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) itu. 

Baca juga : PLTDG Pesanggaran Pastikan Pasokan Listrik Nataru Aman

Prof Purnomo mengatakan, Indonesia harus memahami kekuatan dan kekurangan upaya hilir untuk menciptakan strategi. Rekomendasinya adalah konsep triple helix terdiri dari Pemerintah, dunia bisnis, dan juga intelektual andil untuk memecahkan permasalahan ini. Selain itu, sebutnya, kemitraan dengan berbagai negara sangatlah penting, karena Indonesia memerlukan teknologi ramah lingkungan dan bersih untuk meminimalkan biaya rantai nilai dan juga meminimalkan emisi.

"Eksplorasi itu penting, di negara berkembang kita tidak bisa langsung beralih ke energi hijau. Oleh karena itu, kita perlu bergerak selangkah demi selangkah," terangnya.

Ia juga membahas subsidi harga perlu diubah menjadi subsidi langsung karena subsidi langsung dapat menyasar masyarakat miskin dan yang membutuhkan.

Baca juga : Muzani: Peran Pondok Pesantren Penting Jaga Kehidupan Berbangsa

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.