Dark/Light Mode

Per Agustus Tembus Rp 5.567 Triliun

Utang Luar Negeri Tumbuh Melambat, Strukturnya Sehat

Selasa, 15 Oktober 2019 13:48 WIB
Gedung Bank Indonesia. (Foto: BI)
Gedung Bank Indonesia. (Foto: BI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Agustus 2019 mencapai 393,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.567 triliun. Jumlah tersebut tumbuh melambat dengan struktur yang sehat.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko mengatakan, jumlah utang luar negeri terdiri dari utang publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar 196,3 miliar dolar AS atau Rp 2.778 triliun. Sedangkan utang swasta termasuk BUMN sebesar 197,2 miliar dolar AS atau Rp 2.791 triliun.

“Utang luar negeri tumbuh 8,8 persen (year on year/yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,9 persen (yoy). Ini dipengaruhi oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri,” ujarnya di Jakarta, Selasa (15/10).

Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut disebabkan oleh menurunnya posisi utang publik dan swasta dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya. Utang luar negeri pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

Baca juga : Capai Rp 5.377 T, Utang Luar Negeri Mei Tumbuh Melambat

Menurut dia, utang luar negeri pemerintah pada Agustus 2019 tumbuh 8,6 persen (yoy) menjadi sebesar 193,5 miliar dolar AS atau Rp 2.738 triliun atau melambat dari Juli 2019 yang tumbuh 9,7 persen (yoy). Selain tumbuh melambat, posisi utang luar negeri pemerintah tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya karena berkurangnya posisi Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh investor asing.

“Hal ini dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian di pasar keuangan global seiring dengan ketegangan perdagangan yang masih berlanjut dan risiko geopolitik yang meningkat,” sambungnya.

Pengelolaan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (18,9 persen), sektor konstruksi (16,4 persen), sektor jasa pendidikan (15,9 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,2 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,9 persen).

Sedangkan utang luar negeri swasta tumbuh lebih rendah dari bulan sebelumnya. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir Agustus 2019 tumbuh 9,3 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 12,6 persen (yoy).

Baca juga : April 2019, Uang Beredar Tumbuh Melambat

“Pelunasan utang dagang korporasi bukan lembaga keuangan mendorong penurunan posisi utang luar negeri swasta sebesar 2,6 miliar dolar AS menjadi 197,2 miliar dolar AS,” ujarnya.

Secara sektoral, utang luas negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 75,6 persen.

Struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Agustus 2019 sebesar 36,1 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

Selain itu, kata Onny, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang berjangka panjang dengan pangsa 88,1 persdn dari total utang luar negeri. Dalam rangka menjaga struktur utang luar negeri tetap sehat, BI dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan utang luar negeri didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Baca juga : Tembus Rp 5.609 T, BI: Utang Luar Negeri Masih Terkendali

“Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” katanya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.