Dark/Light Mode

Luhut: Tom Harus Ngerti, Kalau Harga Nikel Terlalu Tinggi, Sangat Berbahaya

Kamis, 25 Januari 2024 12:35 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Instagram)
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membantah pernyataan mantan Menteri Perdagangan yang juga eks Kepala BKPM Tom Lembong, soal penurunan harga nikel.

Dalam sebuah tayangan podcast pada 11 Januari 2024, Tom menyebut, harga nikel di seluruh dunia diperkirakan turun 30 persen dalam 12 bulan terakhir. Tahun depan, diramal terjadi surplus stok nikel dunia, terbesar sepanjang sejarah. Hal ini antara lain dipicu oleh keputusan Indonesia membangun banyak smelter.

Baca juga : Prabowo Tegaskan Akan Terus Kerja Keras: Allah SWT Sudah Terlalu Baik Sama Saya

"Anda (Tom Lembong) perlu melihat data panjang 10 tahun. Kan Anda pebisnis juga. Siklus komoditi itu kan naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah, atau emas. Apa saja. Kalau kita melihat data 10 tahun terakhir, Harga nikel dunia itu ya 15 ribu dolar AS. Bahkan, pada periode 2014-2019, saat hilirisasi mulai dilakukan, harga rata-rata nikel hanya 12 ribu dolar AS," papar a Luhut lewat keterangan video yang di posting via Instagram. 

Luhut mengaku tak mengerti, bagaimana Tom Lembong bisa menyampaikan statement seperti itu.

Baca juga : Tahun Baru, Pertamina Turunkan Harga Pertamax Cs, Ini Daftarnya

"Tom harus ngerti, kalau harga nikel terlalu tinggi, sangat berbahaya. Kita belajar dari kasus cobalt. Tiga tahun lalu, harganya begitu tinggi. Akhirnya, orang lalu mencari bentuk baterai lain. Itu menjadi salah satu pemicu lahirnya baterai lithium ferro posphate (LFP). Jadi, kalau kita membikin harga itu ketinggian, orang juga akan mencari alternatif lain," lanjutnya.

Mengingat teknologi berkembang dengan sangat cepat, Luhut mengingatkan penting mencari keseimbangan dengan benar. Supaya nikel Indonesia betul-betul bisa dibutuhkan, sampai berapa belas tahun yang akan datang.

Baca juga : Libur Nataru, Jasa Marga Ramal Lalu Lintas Di Tol Naik 14 Persen

Pada kesempatan yang sama, Luhut juga menuturkan, baterai lithium bisa di-recycling atau didaur ulang. Sementara LFP, sampai hari ini belum bisa. "Tapi ya itu tadi, teknologi kan juga terus berkembang," ujarnya.

"Kita bersyukur, baterai LFP kita kembangkan dengan China. Begitu juga baterai lithium. Selain dengan China, kita kembangkan juga dengan lainnya," pungkas Luhut.
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.