Dark/Light Mode

Menjaga Jantung dan Paru-Paru Bisnis E-Commerce Tanah Air

Rabu, 6 Maret 2024 22:44 WIB
Ilustrasi (Sumber:  Pribadi)
Ilustrasi (Sumber: Pribadi)

Selalu terdapat cerita menarik dari kawasan Asia. Benua terbesar di dunia dengan luas sekitar 44,6 juta kilometer persegi ini memiliki kepadatan penduduk sekitar 87 jiwa per kilometer persegi atau 4.641.054.775 jiwa pada tahun 2020, menurut World Population Data Sheet (WPDS). Kepadatan penduduk ini selalu diikuti oleh potensi ekonomi yang besar.

Baik sumber daya alam yang dapat dikelola, seperti yang tersebar di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand, maupun sumber daya manusia dengan tingkat produktivitas tinggi, meskipun memiliki sumber daya alam yang terbatas, seperti halnya Singapura.

Potensi yang sangat besar ini diikuti oleh perkembangan teknologi digital yang sangat masif setelah pandemi Covid-19 pertama kali muncul tiga tahun lalu. Pandemi ini memberikan dampak serius pada ekonomi kawasan Asia Pasifik. Asian Development Outlook (ADO) 2020, sebuah publikasi ekonomi tahunan terkemuka dari Asian Development Bank (ADB), mencatat pertumbuhan ekonomi kawasan Asia pada tahun 2020 sebesar 2,2 persen.

Baru pada tahun 2022, ekonomi Asia mulai membaik, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara di kawasan seperti Indonesia, China, dan India. Indonesia sendiri, misalnya, mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen pada tahun 2022, menurut data Kemenko Perekonomian. Hal ini tidak terlepas dari pergeseran ekonomi konvensional ke ekonomi digital.

Negara-negara Asia memang sangat cepat dalam beradaptasi dengan teknologi, baik dalam bidang industri manufaktur maupun digital. Data IMF mencatat penggunaan sistem robotisasi di negara-negara Asia melampaui Amerika dan Eropa. China, sebagai pengguna robot terbesar tunggal, menyumbang sekitar 30 persen dari pasar yang ada.

Tidak hanya dalam adaptasi teknologi manufaktur, kawasan Asia juga menjadi ladang subur bagi perkembangan ekonomi digital. Raksasa-raksasa e-Commerce seperti Rakuten dari Jepang, Alibaba dari China, dan Goto dari Indonesia telah bermunculan di kawasan ini.

Baca juga : PetroChina Jabung Bantu Korban Bencana Banjir di Tanjabtim, Jambi

Dari ketiga negara yang melahirkan raksasa perusahaan e-commerce, Indonesia menduduki posisi pertama di dunia sebagai negara yang sangat aktif dalam transaksi e-Commerce. Menurut data IMF, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan e-commerce tertinggi, hampir mencapai 60 persen, melampaui India.

Posisi pertama Indonesia bukan tanpa alasan. Sebagai negara yang menduduki posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi pertumbuhan bisnis e-commerce. Penggunaan gadget yang sangat masif di masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan bisnis berbasis teknologi digital.

Seperti yang dijelaskan oleh Brad Stone, seorang jurnalis Amerika yang mengulas perjalanan bisnis Amazon dalam bukunya 'The Everything Store', banyak bisnis ritel tradisional tengah menghadapi tantangan signifikan seiring pergeseran perilaku konsumen dari berbelanja di toko fisik menuju belanja online. Dua elemen utama untuk pertumbuhan bisnis yang cepat adalah teknologi yang mumpuni dan pendanaan yang memadai.

Infrastruktur Teknologi E-commerce sebagai Jantung

Pada tahun 2021, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menegaskan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2020–2024, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan mendorong percepatan transformasi digital nasional. Beberapa proyek infrastruktur, seperti Project Palapa Ring Integrasi dan pengembangan jaringan broadband, menjadi langkah strategis untuk meningkatkan konektivitas digital antar wilayah dan memperluas akses internet ke seluruh wilayah Indonesia, mendukung ekosistem bisnis e-commerce. Proyek-proyek strategis tersebut perlu dijaga dan terus diperbaharui.

Marc Benioff, CEO Salesforce, salah satu perusahaan cloud terbesar di Amerika, dalam bukunya 'Trailblazer: The Power of Business as the Greatest Platform for Change', menjelaskan bahwa perusahaan adalah agen perubahan positif dalam masyarakat, dan teknologi sering kali menjadi alat utama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, teknologi perlu selalu diperhatikan sebagai bagian penting dalam bisnis berbasis digital.

Baca juga : BPJS Kesehatan Percepat Pengadaan Digital E-commerce Mitra Toko Daring LKPP

Pemerintah Indonesia dan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem ini perlu menjalankan harmonisasi yang baik. Teknologi digital adalah jantung bagi bisnis e-Commerce. Seperti halnya kehidupan manusia, ketika jantung berhenti memompa dan mensuplai oksigen ke seluruh tubuh, bisnis ini akan mati atau tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Selain teknologi digitalisasi yang menjadi jantung, pendanaan juga merupakan faktor paling penting bagi bisnis, terutama bisnis e-commerce. Pendanaan dapat diibaratkan sebagai paru-paru dalam tubuh manusia, yang berfungsi membawa udara dari atmosfer dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, sehingga proses pernapasan dapat berjalan dengan baik.

Pendanaan Bisnis Sebagai Paru-paru

Menggunakan istilah populer dalam bisnis teknologi, 'nafas' bagi bisnis haruslah panjang. Pengembangan teknologi membutuhkan pendanaan yang sangat besar. Meskipun pelaku bisnis e-commerce, terutama pelaku UMKM, tidak perlu mengembangkan teknologi, pendanaan tetap menjadi nafas bagi kelangsungan usaha. Apakah pemerintah Indonesia telah mengambil langkah konkret dan tepat dalam hal ini?

Langkah konkret yang diambil oleh pemerintah adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Realisasi penyaluran KUR hingga bulan Oktober tahun 2023 mencapai Rp199,88 triliun. Selain pendanaan,pemerintah juga mencanangkan program pendampingan bagi UMKM. Salah satu program terintegrasi yang dicanangkan oleh pemerintah adalah program UMKM Kemenkeu satu 2023. Program ini, menjadi prioritas di tahun 2023, mencakup seluruh program pemberdayaan UMKM yang membantu UMKM tumbuh melalui digitalisasi dan globalisasi.

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), pada tahun 2021 akan ada 64,2 juta perusahaan UMKM di Indonesia. Namun, hanya sekitar 22 juta atau 33,6 persen UMKM yang telah beralih ke dunia digital, menurut data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang disampaikan oleh Eisha Maghfiruha, seorang peneliti. Angka ini masih berpotensi untuk bertambah. Penambahan di masa depan diharapkan tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas.

Baca juga : Pemenang Pileg, Banteng dan Garuda Selisih Tipis

Kualitas yang dimaksud di sini adalah bagaimana UMKM dapat mengelola sumber daya keuangan secara baik. Hasanudin, dalam Journal of Economics and Business tahun 2023, menyatakan bahwa mengelola keuangan UMKM dengan baik melibatkan strategi kunci. Pemilik bisnis perlu memperkirakan biaya awal, membuat keputusan investasi, dan pembiayaan dengan cermat. Dengan merinci anggaran, UMKM dapat mencapai tujuan manajemen keuangan dan meningkatkan kinerja bisnis. Selain itu, kebijakan manajemen keuangan yang bijak, seperti membatasi utang untuk mencegah risiko pembayaran, membantu UMKM tetap berkelanjutan dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Langkah-langkah yang telah dijelaskan perlu diintegrasikan dalam kerangka sinergi yang baik antara pemangku kepentingan. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi dapat diukur dan menunjukkan hasil yang optimal bagi kelangsungan industri digital, khususnya bisnis e-Commerce di Tanah Air.

Seperti tubuh manusia yang membutuhkan organ inti seperti jantung dan paru-paru agar dapat berfungsi dengan baik sebagaimana yang ditekankan oleh Aristoteles dalam karyanya “Nicomachean Ethics” yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan tubuh manusia agar tetap sehat dan bermanfaat bagi orang lain, demikian pula pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan pendanaan dalam dunia bisnis digital.

Sebagai sebuah bangsa, kita selalu memiliki harapan di setiap peradaban. Saat ini, bangsa Indonesia berada dalam peradaban yang mengalami perubahan fase dengan sangat cepat dan masif. Semoga bangsa kita tidak hanya mampu bertahan di tengah arus peradaban, tetapi juga mampu berselancar dalam arus tersebut dengan akrobatik terbaiknya.

Muhammad Faisal Saihitua
Muhammad Faisal Saihitua
Pengamat Industri Digital/Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.