Dark/Light Mode

Jaga Daya Beli Masyarakat

Keputusan Pemerintah Tahan Harga BBM Diacungi Jempol

Kamis, 7 Maret 2024 07:05 WIB
Suasana pengisian Bahan Bakar Minyak bbm di SPBU Kawasan Fatmawati, Jakarta, Senin 11/2.
Suasana pengisian Bahan Bakar Minyak bbm di SPBU Kawasan Fatmawati, Jakarta, Senin 11/2.

RM.id  Rakyat Merdeka - Langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung Pemerintah untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, mendapat acungan jempol. Keputusan itu dinilai tepat untuk menjaga daya beli masyarakat.

Pengamat Energi dari Univer­sitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, naik turunnya harga BBM sangat erat kaitannya dengan harga minyak dunia.

Ia menuturkan, dalam beberapa bulan, harga minyak dunia cenderung turun, yakni dikisaran harga 70 sampai 80-an dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 1,09 juta per barel.

Sebagai gambaran, dikutip dari CNBC, Rabu (6/3/2024), har­ga minyak dunia West Texas In­termediate (WTI) untuk kontrak bulan April, turun 59 sen atau 0,75 persen menjadi 78,15 dolar AS (setara Rp 1,22 juta) per barel.

Baca juga : Otorita IKN Pede Serap Investasi Rp 100 Triliun

Sementara harga minyak Brent berjangka, turun 76 sen atau 0,92 persen menjadi 82,04 dolar AS (setara Rp 1,28 juta) per barel.

Menurutnya, meskipun OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan se­kutunya, OPEC+, sepakat un­tuk memperpanjang pengurangan produksi minyak mentah sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua, namun sejumlah negara-negara lain. Seperti Rusia dan Eropa tetap men-supply minyaknya ke pasar global, sehingga naik turun harga minyak dunia cenderung stabil.

“Masuk akal kalau Pemerintah, tetap menahan harga BBM agar tak naik sampai Juni mendatang. Karena tidak ada alasan untuk menaikkannya. Khususnya, untuk BBM bersub­sidi,” ujar Fahmy kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Fahmy menekankan, harga BBM subsidi tetap harus dijaga agar tidak menimbulkan dampak ekonomi, seperti kenaikan inflasi.

Baca juga : Akibat Sumur Resapan Lenyap, Banyak Jalan Kebanjiran

Berbeda dengan BBM non sub­sidi, yang mekanismenya telah diserahkan ke pasar. Artinya, bila harga minyak dunia naik, maka perlu ada penyesuaian harga. Sehingga persaingan harga BBM di pasar domestik pun tetap sehat.

“Nanti setelah Juni, dilihat lagi kondisinya. Yang penting subsidi BBM tidak memberatkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), tetapi daya beli masyarakat bisa tetap dijaga,” tegasnya.

Terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir ikut memastikan, bahwa BBM tidak akan mengalami ke­naikan harga dalam waktu dekat.

Hal ini bertujuan untuk men­jaga keseimbangan perekono­mian dalam negeri, sekaligus berupaya untuk tidak menambah beban masyarakat. Apalagi, ada kenaikan harga beras dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga : AC Milan Vs Slavia Praha, Momen Lanjutkan Tren Kemenangan

Ditegaskan Erick, Pemerintah tengah fokus untuk menekan harga beras agar kembali stabil, baik di pasar modern maupun ritel.

Karena itu, Pemerintah me­mutuskan untuk tidak mengerek harga BBM.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.