Dark/Light Mode

Unlocking Agricultural Residue Bioenergy for Renewable Energy Advancement

Senin, 15 April 2024 16:15 WIB
Pabrik biogas dan peternakan di ladang hijau, di Republik Ceko dan Uni Eropa. (Foto: www.stock.adobe.com)
Pabrik biogas dan peternakan di ladang hijau, di Republik Ceko dan Uni Eropa. (Foto: www.stock.adobe.com)

ABSTRAK

Perubahan iklim yang terjadi pada tahun ini menyebabkan dampak yang serius, termasuk kenaikan suhu rata-rata global, seringnya kejadian cuaca tidak normal, naiknya permukaan air laut, dan perubahan pola curah hujan. Suhu global diperkirakan akan mencapai titik tertinggi pada tahun 2023, melampaui rekor sebelumnya yang tercatat pada tahun 2016, dan tahun 2024 diperkirakan akan menjadi tahun yang lebih panas lagi. Fenomena gelombang panas terjadi pada paruh kedua tahun lalu. Pola curah hujan yang terjadi belakangan juga tidak menentu.

Pemanasan global disebabkan oleh berbagai faktor kompleks yang terjadi di bumi. Salah satu penyebab utamanya adalah emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O) yang dilepaskan ke atmosfer akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan peningkatan efek rumah kaca, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global.

Bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas) merupakan kontributor terbesar terhadap perubahan iklim global, menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca global dan hampir 90% dari seluruh emisi karbon dioksida. Saat emisi gas rumah kaca menyelimuti bumi, panas matahari terperangkap. Hal ini menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Kata kunci: pemanasan global, iklim, emisi gas rumah kaca, pelepasan dan penyerapan karbon

PENDAHULUAN

Perubahan iklim mempunyai dampak yang signifikan terhadap sektor pertanian. Meningkatnya suhu global, perubahan curah hujan yang tidak menentu, dan fenomena cuaca ekstrem telah sangat mengganggu proses pertanian. Hal ini menyebabkan berkurangnya hasil panen, kerusakan tanaman akibat kekeringan atau banjir, dan penyebaran penyakit dan hama yang merusak tanaman. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan krisis airdan mengancam kelestarian sumber daya alam yang penting bagi pertanian. Untuk menjawab tantangan ini, sumber energi terbarukan seperti bioenergi dari limbah pertanian menjadi solusi penting.

Baca juga : Efesiensi Energi, Shan Hai Map Gelar Renewable Energy Investment Summit 2023

Bioenergi dapat dihasilkan dari limbah pertanian seperti jerami padi, tandan kosong kelapa sawit atau limbah tanaman lainnya. Penggunaan bioenergi dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk produksi energi. Selain itu, dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber energi juga membantu pengelolaan limbah pertanian yang dapat mencemari lingkungan.

Oleh karena itu, pengembangan sumber energi terbarukan seperti bioenergi dari limbah pertanian dapat menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Biomassa limbah pertanian menyediakan peluang penting dalam memerangi krisis iklim, tetapi juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan dan pengolahan limbah secara efisien dan berkelanjutan (Daioglou et al., 2016).

Limbah pertanian seperti jerami, kotoran sapi, dan sisa tanaman bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi biomassa, namun memerlukan infrastruktur dan teknologi yang tepat. Pengembangan biomassa dari limbah pertanian membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menciptakan lapangan kerja baru di industri energi terbarukan. Meskipun menimbulkan tantangan, potensi manfaatnya besar dalam mempercepat transisi ke energi ramah lingkungan dan mengatasi krisis.

LITERATUR REVIEW

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami padi, tandan kosong kelapa sawit dan limbah pertanian lainnya sebagai bahan baku produksi bioenergi memiliki potensi yang cukup besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi bioenergi dari limbah pertanian dapat memberikan kontribusi yang berharga terhadap keberlanjutan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca (Prastowo, 2007). Dengan demikian, produksi bioenergi dari limbah pertanian mempunyai potensi besar untuk menjadi sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di masa depan.

INOVASI BIOENERGI RESIDU PERTANIAN

Di sektor bioenergi, limbah umumnya mengacu pada produk sampingan dari produksi dan pengolahan pangan atau pakan serta dari industri kehutanan. Oleh karena itu, ketika menganalisis potensi bioenergi residu, penting untuk mempertimbangkan perkiraan ketersediaan di masa depan berdasarkan faktor pendorong dan kendala terkait. Dalam kerangka ini, pendekatan kami menerapkan proyeksi produksi dan intensitas aktivitas di sektor pertanian dan kehutanan yang eksplisit secara spasial, sehingga memungkinkan identifikasi dan penilaian yang lebih tepat terhadap potensi serta kemungkinan keterbatasan terkait dengan penggunaan residu ini sebagai sumber limbah.

Baca juga : PT Shan Hai Map Bakal Gelar Indonesia Renewable Energy Investment Summit

Inovasi teknologi bioenergi dari residu pertanian telah menghasilkan strategi baru dalam memanfaatkan sisa-sisa pertanian yang sebelumnya dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Dengan menerapkan teknologi seperti pirolisis, fermentasi, dan gasifikasi, berbagai jenis residu pertanian, seperti jerami, tandan kosong kelapa sawit, dan limbah pertanian lainnya, dapat diubah menjadi sumber energi yang berkelanjutan. Teknologi ini menghasilkan bioenergi dalam bentuk bioetanol, biogas, dan biochar.

Bioetanol berfungsi sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, biogas dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan sistem pemanas, sedangkan biochar dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Melalui penerapan inovasi teknologi bioenergi dari residu pertanian, kita dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Gambar 1 Pemandangan udara pabrik biogas dan peternakan di ladang hijau, sumber energi terbarukan dari biomassa. Pertanian modern di Republik Ceko dan Uni Eropa. (sumber: www.stock.adobe.com)

Inovasi teknologi bioenergi dari residu pertanian memberikan dampak positif yang signifikan, termasuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengelola limbah pertanian secara efisien, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Hal ini terutama disebabkan oleh dua faktor utama yakni, kesadaran akan pentingnya pengurangan emisi karbon dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, serta kemajuan teknologi yang memungkinkan ekstraksi energi secara efisien dari limbah pertanian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengembangan bioenergi dari limbah pertanian tidak hanya menjadi solusi berkelanjutan terhadap permasalahan energi namun juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Sebagai contoh, sebuah studi tahun 2023 yang dilakukan di wilayah agraris menunjukkan bahwa konversi jerami dan limbah pertanian lainnya menjadi bioenergi telah mengurangi emisi karbon sebanyak 30% dalam dua tahun terakhir, sementara juga memberikan sumber energi yang dapat diperbaharui dan berkelanjutan untuk masyarakat setempat.

KESIMPULAN

Baca juga : Airlangga Dorong Akselerasi Green Economy Dan Sustainable Forest Management

Perubahan iklim berdampak besar pada sektor pertanian, menurunkan hasil panen dan menyebabkan krisis air. Bioenergi dari limbah pertanian merupakan solusi penting untuk mengatasi tantangan ini dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, mengelola limbah secara efektif, dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan. Inovasi teknologi telah mengubah limbah pertanian menjadi sumber energi berkelanjutan, sehingga menawarkan potensi besar untuk mempercepat transisi menuju energi ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Daioglou, V., Stehfest, E., Wicke, B., Faaij, A., & van Vuuren, D. P. (2016). Projections of the availability and cost of residues from agriculture and forestry. GCB Bioenergy, 8(2), 456–470. https://doi.org/10.1111/gcbb.12285

Prastowo, B. (2007). Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan. 6(2), 85–93.

Bagus Maulana Rizki
Bagus Maulana Rizki
Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Pos-el penulis: bagusmaulanarizkibagusgmail.com

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.