Dark/Light Mode

Tantangan dan Peluang Transisi Menuju Energi Terbarukan Pada Lansakap Global

Senin, 15 April 2024 22:58 WIB
Panel surya (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Panel surya (Foto: Dwi Pambudo/RM)

Keharusan untuk beralih ke sumber energi yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak karena dampak dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menjadi semakin nyata. Bahan bakar fosil memang telah menjadi sumber utama produksi energi global selama bertahun-tahun, menyediakan tenaga untuk industri, transportasi, dan tempat tinggal. Namun, kenyatan pahit yang harus dihadapi adalah fakta bahwa hampir 70% emisi gas rumah kaca di seluruh dunia berasal dari sektor energi. Sebagian besar dari pembakaran bahan bakar fosil, menurut Badan Energi Internasional (IEA).

Emisi ini, sebagian besar berupa CO2, CH4, dan N2O, memerangkap panas di atmosfer bumi dan menyebabkan pemanasan global. Perubahan iklim menyebabkan suhu yang lebih tinggi, perubahan pola curah hujan, cuaca ekstrem yang lebih intens, dan dampak ekosistem. Selain itu, polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan 7 juta kematian dini setiap tahunnya. Anak-anak, orang tua, dan kaum urban terkena dampak yang tidak proporsional dari masalah ini.

Masalah lingkungan lainnya muncul dari ekstraksi, transportasi, dan pembakaran bahan bakar fosil. Bencana lingkungan seperti tumpahan minyak Exxon Valdez pada tahun 1989 dan tumpahan minyak Deepwater Horizon pada tahun 2010 telah menghancurkan kota-kota pesisir dan satwa liar. Penambangan batu bara di puncak gunung dapat merusak habitat, merusak kualitas tanah dan air, dan mengubah ekosistem secara permanen. Kecelakaan dan tumpahan dari jaringan pipa, kapal tanker, dan kereta api yang mengangkut bahan bakar fosil dapat membahayakan manusia dan lingkungan.

Dengan latar belakang permasalahan yang semakin meluas, telah terjadi peningkatan kapasitas energi terbarukan dalam skala global. Pada tahun 2022, Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) mencatat tonggak sejarah yang luar biasa di sektor energi terbarukan global. Total kapasitas sumber energi terbarukan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu 2.800 gigawatt (GW), yang mengindikasikan transisi penting menuju opsi energi yang lebih ramah lingkungan. Katalisator yang signifikan untuk ekspansi ini adalah penurunan biaya teknologi energi terbarukan.

Baca juga : Antisipasi Antrean Di Pelabuhan Merak, Menhub Siapkan Kapal Besar

Menurut laporan Lazard Levelized Cost of Energy & Storage, tenaga surya dan angin telah muncul sebagai sumber listrik yang paling hemat biaya di berbagai wilayah di seluruh dunia. Keterjangkauan energi terbarukan telah menyebabkan peningkatan penggunaan dan penerapannya secara luas. Turunnya biaya teknologi energi terbarukan mendorong pertumbuhan ini. Penelitian Lazard Levelized Cost of Energy & Storage menemukan bahwa tenaga surya dan angin merupakan sumber listrik yang paling hemat biaya di seluruh dunia. Energi terbarukan banyak digunakan karena harganya yang terjangkau.

Biaya teknologi energi terbarukan yang lebih rendah disebabkan oleh kemajuan teknologi, produksi yang lebih tinggi, dan peningkatan daya saing industri energi terbarukan. Efisiensi panel surya modern, desain turbin angin, dan perangkat penyimpanan energi telah menurunkan biaya listrik terbarukan secara drastis. Selain itu, insentif, subsidi, dan peraturan pemerintah telah mendorong investasi dalam proyek-proyek energi terbarukan dan mengurangi biaya, sehingga energi terbarukan lebih menarik bagi investor dan konsumen.

Pertumbuhan eksponensial pembangkit energi terbarukan memberikan manfaat bagi lingkungan dan ekonomi. Di daerah pedesaan dan daerah yang terabaikan, proyek-proyek energi terbarukan meningkatkan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi. Energi terbarukan telah menjadi pencipta lapangan kerja global. Pada tahun 2022, IRENA akan memiliki 12,7 juta karyawan di seluruh dunia, yang membuktikan kemampuannya untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) menemukan bahwa ekonomi hijau dapat menciptakan 24 juta pekerjaan pada tahun 2030. Pekerjaan di bidang pembangkit energi terbarukan, konservasi energi, dan transportasi ramah lingkungan mendorong pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Baca juga : Setelah 4 Menteri Bersaksi di MK, Urusan Bansos Clear & Clean

Selain penciptaan lapangan kerja, transisi ke energi hijau meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi ketergantungan pada pasar bahan bakar fosil yang tidak stabil. Tenaga surya, angin, dan listrik tenaga air tersebar secara alami dan dapat digunakan mulai dari sistem tenaga surya di rumah-rumah hingga pembangkit listrik tenaga angin milik perusahaan. Desentralisasi produksi energi akan mendiversifikasi sumber energi dan mengurangi gangguan pasokan, sehingga sistem energi menjadi lebih stabil.

Solusi energi berkelanjutan juga dapat membantu konsumen dan bisnis secara finansial. Energi terbarukan menjadi lebih kompetitif dengan bahan bakar fosil karena biayanya turun. Baru-baru ini, fotovoltaik surya (PV) dan tenaga angin darat memiliki biaya listrik yang lebih rendah (LCOE), menjadikannya sumber listrik yang paling hemat biaya di beberapa tempat, menurut IRENA. Penghematan biaya ini memangkas biaya listrik dan operasional untuk keluarga dan perusahaan, membuat mereka lebih kompetitif secara global.

Selain itu, mendanai pembangunan infrastruktur energi terbarukan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta. Proyek energi terbarukan melibatkan investasi awal yang signifikan dalam hal peralatan, infrastruktur, dan instalasi, sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi lokal. Proyek energi terbarukan juga menghasilkan uang sewa, pajak, dan royalti bagi pemilik lahan, pemerintah kota, dan masyarakat setempat. Uang ini dapat membantu membangun kota, meningkatkan infrastruktur, dan melakukan program kesejahteraan sosial. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Namun, mengintegrasikan sumber energi berkelanjutan ke dalam sistem energi merupakan hal yang sulit, terutama ketika memodernisasi infrastruktur listrik. Badan Energi Internasional (IEA) merekomendasikan investasi besar-besaran pada infrastruktur jaringan listrik untuk menangani lebih banyak energi terbarukan dan menjamin stabilitas dan ketergantungan sistem. Mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang bersifat intermiten membutuhkan modernisasi jaringan listrik, seperti jaringan listrik pintar dan teknologi penyimpanan energi. Energi terbarukan juga membawa tantangan sosial dan ekonomi, seperti redundansi industri yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Baca juga : Hadapi Berbagai Tantangan, Bank DKI Utamakan Transformasi Perbankan

Pertambangan batu bara, pengeboran minyak, dan bisnis bahan bakar fosil lainnya dapat kehilangan pekerjaan ketika permintaan akan sumber energi yang berbahaya bagi lingkungan menurun. Para pekerja membutuhkan pelatihan dan pengembangan keterampilan untuk beralih ke energi terbarukan secara adil. Untuk sistem energi yang adil dan komprehensif, keadilan lingkungan dan daerah-daerah yang kurang beruntung harus diprioritaskan selama masa transisi energi terbarukan.

Pada akhirnya, penggunaan teknologi hijau sangat penting dalam upaya untuk memandu sektor energi global menuju jalur yang lebih berkelanjutan di dunia modern. Perubahan iklim menyebabkan kerusakan yang signifikan pada ekosistem, yang mengarah pada peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem. Selain itu, polusi udara juga berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Namun, di tengah kesulitan-kesulitan ini, ada sedikit tanda optimisme, yaitu perkembangan yang mengesankan dari sumber-sumber energi terbarukan dan sektor teknologi ramah lingkungan yang sedang berkembang.

Melalui pemanfaatan teknik-teknik inovatif, upaya-upaya kerja sama, dan komitmen finansial yang terencana dengan baik, kita memiliki kemampuan untuk tidak hanya mengurangi dampak negatif dari bahan bakar fosil, namun juga membangun masa depan yang lebih ramah lingkungan, lebih sehat, dan lebih sukses secara ekonomi bagi generasi mendatang. Secara kolektif, kita memiliki kemampuan untuk mengubah sistem energi kita, melindungi planet kita, dan membangun masa depan yang lebih menjanjikan bagi umat manusia.

Attarasyah Ridla Kamajati
Attarasyah Ridla Kamajati
Siswa SMA, suka menulis

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.