Dark/Light Mode

“Ekonomi Sirkular” a la Peternak Kambing di Desa Banyurojo

Selasa, 16 April 2024 21:15 WIB
Anggota kelompok ternak kambing di Desa Banyurojo, Mertoyudan, Magelang, menurunkan rumput yang baru saja dipanen untuk pakan ternak kambing. (Foto: Affandi)
Anggota kelompok ternak kambing di Desa Banyurojo, Mertoyudan, Magelang, menurunkan rumput yang baru saja dipanen untuk pakan ternak kambing. (Foto: Affandi)

“MENANAM rumput untuk pakan kambing, dan kotoran kambingnya digunakan sebagai pupuk untuk rumput dan tanaman lainnya.” Demikian yang dilakukan oleh para peternak kambing di lima dusun di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Usaha peternakan kambing di Desa Banyurojo terbagi menjadi lima kelompok, berdasarkan jumlah dusun yang ada di desa tersebut. Tiap kelompok diketuai atau dikoordinir oleh masing-masing kepala dusun.

Kambing-kambing yang dipelihara berasal dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah desa setempat pada tahun 2020. Kepada tiap dusun, diberikan masing-masing enam ekor kambing, terdiri dari satu jantan dan lima betina. Kambing-kambing tersebut dikelola oleh warga yang bergabung dalam kelompok peternak.

Siapa pun warga berhak untuk ikut memelihara kambing-kambing itu. Syaratnya, mereka harus bersedia mencari dan memberi pakan berupa rumput atau dedaunan, serta ikut membersihkan kandang. Sebagai imbalannya, setiap anak kambing yang lahir akan menjadi milik warga atau anggota kelompok peternak.

Di masa-masa awal pemeliharaan kambing, para peternak sempat mengalami kesulitan dalam mencari rumput untuk pakan kambing, terutama pada saat musim kemarau. Mau tidak mau, mereka tak jarang harus mencari rumput di lokasi yang berjarak cukup jauh dari Desa Banyurojo.  

Baca juga : Kakorlantas Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Di Pelabuhan Merak Saat Mudik Lebaran

“Ketika musim hujan, mencari rumput untuk pakan kambing, bukanlah hal yang sulit. Dimana-mana, rumput tumbuh subur. Permasalahan muncul ketika tiba musim kemarau. Kita harus mencari di desa-desa tetangga, karena bisa dibilang, desa kita ini sudah termasuk daerah perkotaan,” kata Lilik, Kepala Dusun Sekaran, Desa Banyurojo, beberapa waktu lalu.

Desa Banyurojo yang termasuk Kabupaten Magelang, memang berbatasan dengan wilayah Kota Magelang. Wilayah desa ini sudah didominasi oleh perumahan dan permukiman penduduk. Lahan produktif yang berupa sawah dan perkebunan hanya tersisa sedikit saja.  

Berawal dari permasalahan itulah, para kepala dusun kemudian bersepakat untuk memanfaatkan tanah kas desa atau tanah bengkok sebagai lahan penanaman rumput. Untuk diketahui, selain honor bulanan dari Pemerintah Kabupaten Magelang, setiap kepala dusun di Desa Banyurojo juga mendapatkan tanah kas desa selama mereka menjabat. 

Tanah kas desa yang didapat oleh setiap kepala dusun, bukan hanya di satu tempat, melainkan di dua atau tiga lokasi berbeda. Rata-rata tanah kas desa yang dimiliki oleh masing-masing kepala dusun yaitu sekitar 3.000 meter persegi di tiap lokasi. 

Beberapa jenis rumput yang dibudidayakan oleh kelompok-kelompok peternak itu, terutama rumput gajah, rumput raja dan rumput setaria. Rata-rata rumput tersebut memiliki masa produktif antara dua sampai tiga tahun. Para peternak biasanya memanennya kira-kira 1,5 bulan sekali. 

Baca juga : Semeton Amin Siap Raih 40 Persen Suara Di Denpasar

Penanaman bibit rumput tidak dilakukan bersamaaan, dengan maksud agar stok atau persediaan rumput selalu tersedia. Pada umumnya, di tiap lahan dibagi menjadi tiga atau empat bagian, dimana penanaman bibit rumput dilakukan dengan selisih waktu sekitar dua minggu. 

Sebagaimana tanaman lainnya, tanaman rumput untuk pakan ternak juga memerlukan pupuk. Namun, hal ini tentu saja bukan masalah bagi para anggota kelompok ternak kambing di Desa Banyurojo. Kotoran dari kambing-kambing yang mereka pelihara, sudah cukup untuk memupuki rumput-rumput yang ditanam. Sebelum diaplikasikan ke lahan rumput, kotoran kambing itu biasanya terlebih dulu difermentasikan selama sekitar dua minggu.     

Sebenarnya, para peternak kambing di Desa Banyurojo memanfaatkan kotoran kambing sabagi pupuk lebih karena alasan penghematan biaya. Namun demikian, hal itu ternyata juga berdampak positif bagi lingkungan, khususnya tanah atau lahan yang diberi pupuk.

Sebagaimana dijelaskan oleh Sobir, Guru Besar Agronomi dan Hortikultura dari Institut Pertanian Bogor, perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang akibat perubahan iklim, telah menimbulkan efek yang serius terhadap sektor pertanian. Mulai dari kekeringan, hingga penurunan tingkat kesuburan tanah.

Dikutip dari Antara, pemanfaatan pupuk kandang dapat menjadi solusi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang dialami oleh lahan-lahan pertanian. Terdapat setidaknya tiga manfaat pupuk kandang bagi lahan pertanian. 

Baca juga : Jokowi Terima Kunjungan Presiden Tanzania di Istana Bogor

Manfaat pertama, pupuk kandang meningkatkan water holding capacity atau kapasitas penyimpanan air. Pupuk kandang diketahui dapat menyimpan air hingga lima kali lipat dari volumenya, sebagai dampak positif dari keberadaan bahan organik yang terkandung pada pupuk kandang. Pupuk kandang membuat lahan-lahan pertanian yang semula kering, bisa kembali terisi air dan airnya tidak cepat menguap.

Manfaat kedua, pupuk kandang adalah penyedia hara yang baik. Sedangkan manfaat ketiga, pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan biologis tanah. Semakin banyak pupuk kandang yang digunakan di lahan-lahan pertanian, semakin banyak pula mikroorganisme yang bisa membantu tanaman untuk menyerap hara lebih baik dan menjaganya dari kekeringan.

Muhammad Ihsan
Muhammad Ihsan
Muhammad Ihsan, Siswa SMA Negeri 2 Magelang

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.