Dark/Light Mode

AgroCircle Griya: Solusi Sirkular Limbah Pertanian dan Pertanian Berkelanjutan

Senin, 22 April 2024 21:58 WIB
Limbah pertanian (Foto: Antara)
Limbah pertanian (Foto: Antara)

PENDAHULUAN 

Limbah Pertanian & Pengelolaan Limbah Pertanian di Indonesia 
Berdasarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Puslitbangtan), produksi limbah pertanian Indonesia mencapai 51,546 juta ton bahan kering per tahun, atau setara dengan 23,151 juta ton. Terdiri dari jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan jerami ubi jalar. Namun, sebagian besar limbah pertanian tidak dikelola secara tepat dan terintegrasi. Limbah pertanian umumnya akan langsung dibakar dan abu hasil pembakaran akan di taburkan di lahan yang akan ditanami. Selain itu, sebagian petani memanfaatkan limbah pertanian untuk dijadikan pakan ternak. 

Kebutuhan Pupuk dan Ketersediaan Pupuk di Indonesia 

Aktivitas pertanian dan perkebunan membutuhkan pasokan pupuk dalam jumlah besar. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), konsumsi pupuk Indonesia mencapai 2,82 juta ton pada semester I-2023, dan 4,47 juta ton pada semester I-2023. Jumlah di semester I/2023 itu telah mencapai 44,93% dari total konsumsi pupuk nasional sepanjang tahun 2022. Bersamaan dengan itu, ketersediaan pupuk tiap tahunnya mengalami kelangkaan pupuk subsidi yang menyebabkan petani kesulitan memenuhi kebutuhan pupuk dan terpaksa memasok pupuk yang berasal dari luar daerah dengan harga yang lebih tinggi. Kusnadi Daeng Lewa, seorang petani di Kabupaten Gowa, mengalami kelangkaan pupuk dan kelangkaan itu menurutnya, selalu berulang setiap tahun, terutama di puncak masa tanam sekitar bulan November (BBC News Indonesia, 2009). 

ISI

Baca juga : Antisipasi Krisis Pangan, Erwin Aksa Dorong Pembangunan Pertanian Modern

Pengolahan Limbah Pertanian dan Kendala yang Dihadapi 

Limbah pertanian mampu diolah menjadi pupuk organik yang mengandung mineral yang baik untuk menyuburkan tanah dan penggunaan pupuk organik mengurangi pencemaran tanah akibat pupuk kimia yang penggunaannya berdampak mengurangi kesuburan lahan pertanian (Ganti dkk., 2023). Namun, ketersediaan pupuk organik tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Dikarenakan penggunaan pupuk organik tidak bisa digunakan dalam jumlah sedikit dan memerlukan jumlah yang besar. Komoditas pertanian yang mendapat pupuk dalam jumlah yang minim, akan berimbas pada menurunnya produktivitas hasil pertanian, peningkatan kematian tanaman akibat penyakit dan hama. Petani melakukan pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik, namun proses ini membutuhkan waktu dan prosedur yang cermat. Sayangnya, kurangnya pusat pengolahan terintegrasi menjadi tantangan tersendiri dalam hal ini. 

AgroCircle Griya: Solusi Sirkular Limbah Pertanian dan Pertanian Berkelanjutan

Menanggapi persoalan pengolahan limbah pertanian dan ketersediaan pupuk, saya menghadirkan solusi pusat pengolahan limbah pertanian Agrocircle Griya. Agrocircle Griya merupakan pusat pengolahan limbah pertanian terintegrasi di tingkat daerah untuk mengolah limbah pertanian di daerah menjadi pupuk. Agrocircle Griya bertugas mengumpulkan limbah hasil kegiatan pertanian dalam satu penampungan. Limbah pertanian akan diproses untuk dijadikan pupuk dengan alat dan prosedur yang tepat sehingga meningkatkan efisiensi produksi pupuk dari segi waktu dan kualitas. Pupuk yang dihasilkan akan didistribusikan kepada petani di daerah. 

Tata Kelola Operasional Agrocircle Griya dan Kemitraan yang Terlibat

Baca juga : Tinjau Longsor Tol Bocimi, Basuki: Penanganan Permanen Setelah Libur Lebaran

“Dari petani, oleh petani dan untuk petani” merupakan slogan yang menggambarkan bahwa Agrocircle Griya beroperasi dengan mengandalkan kolaborasi dan kemitraan yang berkelanjutan dengan petani, pelaku usaha perkebunan dan pemerintah daerah. Agrocircle Griya bekerjasama bersama petani dan pelaku usaha perkebunan untuk menghimpun limbah pertanian dan dihitung total limbah yang terkumpul. Setelah itu, pihak Agrocircle Griya akan membeli tergantung jumlah limbah yang terkumpul dengan harga yang disepakati. Selanjutnya limbah didistribusikan di proses untuk menjadi pupuk dengan menggunakan alat dan prosedur yang memadai. Setelah proses pengolahan menjadi pupuk selesai, pupuk akan didistribusikan lagi kepada petani di daerah yang menjalin kemitraan. Untuk menjaga ketersediaan pupuk yang konsisten, perlu kerjasama dengan pemilik lahan pertanian dan perkebunan yang lebih luas untuk menjaga ketersediaan bahan baku pembuatan pupuk. Dengan kemitraan yang berkelanjutan dapat menjaga ketersediaan jumlah pupuk tidak mengalami deficit capacity. Keterlibatan pemerintah daerah dalam menyediakan dukungan akan meningkatkan produktivitas operasional Agrocircle Griya. 

Peran Agrocircle Griya dalam Perputaran Ekonomi Sirkular Daerah dan Petani 

Menilai dari investasi jangka panjang, Agrocircle Griya berpotensi memberikan profit yang sustainable dan konsisten secara jangka panjang. Dikarenakan Agrocircle Griya merupakan usaha di tingkat daerah, Agrocircle Griya hanya memberikan profit yang tidak terlalu besar. Namun, apabila Agrocircle Griya didirikan dengan cabang yang tersebar ke berbagai daerah dalam jumlah besar, mampu menumbuhkan profit yang lebih besar dan pertumbuhan keuntungan yang konsisten. Agrocircle Griya beroperasi sebagai pusat pengolahan limbah yang berprinsip pada 3R (Reuse, Recycle, Reduce).

Agrocircle Griya memproses limbah pertanian menjadi produk bernilai jual, mendorong pemanfaatan limbah, dan ketersediaan pupuk serta kemitraan yang berkelanjutan antara petani, pemerintah daerah dan pelaku usaha produksi limbah. Agrocircle Griya berperan untuk menjaga ketersediaan pupuk untuk pertanian daerah serta memberikan keuntungan kepada pelaku usaha pertanian dengan membeli limbah pertanian. Keberadaan Agrocircle Griya di daerah mampu memberikan keuntungan finansial kepada pemerintah daerah setempat. Keuntungan yang diterima pemerintah daerah dapat berasal dari pajak, biaya jasa layanan yang disetorkan kepada pemerintah daerah serta memberikan kontribusi sosial dan lingkungan di daerah. 

Agrocircle Griya dan Sustainable Development Goals 

Baca juga : 100 Peserta Jalur Undangan Dan 3.000 Peserta Jalur Free Access Siap Bersaing

Ketersediaan pupuk yang sering mengalami kelangkaan menjadi faktor yang menyebabkan produktivitas hasil pertanian terganggu. Jumlah ketersediaan pupuk yang menurun menyebabkan harga pupuk melonjak dan menjadi beban keuangan bagi petani dan pemilik usaha perkebunan. Keberadaan Agrocircle Griya memberi dukungan dalam menjaga ketersediaan pupuk di daerah dan memberi kontribusi ekonomi. Agrocircle Griya bertujuan menjaga ketersediaan pupuk sekaligus mengolah limbah pertanian yang dianggap kurang bernilai secara efektif. Oleh sebab itu, Agrocircle Griya secara langsung mendukung poin Sustainable Development Goals khususnya pada poin ke-8, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Agrocircle Griya secara langsung terlibat pada poin SDG ke-17, kemitraan untuk mencapai tujuan. Dengan dukungan dan kolaborasi yang saling menguntungkan dengan berbagai mitra, Agrocircle Griya dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta produktivitas pertanian yang berkelanjutan. 

PENUTUP 

Agrocircle Griya merupakan pusat pengolahan limbah pertanian yang bertujuan untuk mengolah limbah pertanian menjadi pupuk. Slogan “Dari petani, oleh petani dan untuk petani” merupakan prinsip Agrocircle Griya yang mendorong kerjasama yang menguntungkan dengan pihak terkait. Tujuan Agrocircle Griya pada dasarnya membantu mengolah limbah pertanian dengan lebih efektif, bernilai ekonomis dan berkelanjutan, sehingga mendukung berkurangnya emisi kegiatan pertanian dan perkebunan. Disamping itu, Agrocircle Griya berkontribusi pada ketersediaan pupuk bagi petani dan menjaga kestabilan jumlah pupuk di daerah, terutama pada daerah terluar, terjauh, terdepan. Agrocircle Griya beroperasi dengan berkomitmen langsung untuk mendukung poin Sustainable Development Goals pada poin ke-8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta poin ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. 

DAFTAR PUSTAKA 

Ganti, N. W. S. L. S., Ginting, S., & Leomo, S. (2023). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Masam dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Berkala Penelitian Agronomi, 11(1), 24-34. 

Muhammad Nur Fitriansyah
Muhammad Nur Fitriansyah
Muhammad Nur Fitriansyah

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.