Dark/Light Mode

Optimalisasi PLTB untuk Mendukung Transmisi Tenaga Listrik yang Ramah Lingkungan

Selasa, 16 April 2024 22:47 WIB
PLTB Sidrap (Foto: Katasulsel.com)
PLTB Sidrap (Foto: Katasulsel.com)

PLTU sebagai sumber listrik utama di Indonesia

Pemakaian listrik di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam laporan Kementerian ESDM, konsumsi listrik perkapita Indonesia mencapai 1.173 kWh/kapita di tahun 2022. Tingkat konsumsi tersebut meningkat sekitar 4% jika dibandingkan dengan tahun 2021 (year-on-year/yoy), angka tersebut juga menjadi rekor tertinggi selama lima dekade terakhir (Databoks, 2023). Selama ini, kebutuhan listrik yang masif di Indonesia disediakan oleh pembangkit listrik, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan bahwa kapasitas terpasangnya pembangkit listrik di Indonesia menyentuh 66.514,31 megawatt (mw) pada tahun 2021. Dari angka tersebut, sebesar 66% atau setara dengan 33.092 mw adalah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Hal tersebut menjadikan PLTU sebagai sumber listrik utama bagi Indonesia. 

Dalam operasionalnya, PLTU memerlukan dorongan bahan bakar. Mayoritas PLTU di Indonesia menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Menurut laporan dari Greenpeace, pembakaran batubara pada PLTU mengeluarkan polutan berbahaya, seperti NOx dan belerangan oksida (SOx) yang dapat memicu terjadinya hujan asam. Selain itu, PLTU Batubara menyebabkan pencemaran udara oleh bahan kimia, seperti merkuri, timbal, arsen, dan partikel halus beracun lainnya yang membahayakan manusia.

Laporan yang dikeluarkan oleh Greenpeace dan Harvard University mengungkapkan bahwa perkiraan kematian dini sebagai dampak PLTU Batubara yang telah beroperasi mencapai sekitar 6.500 jiwa/tahun di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, PLTU Batubara memiliki dampak yang sangat buruk. Oleh karena itu, penggunaan PLTU Batubara perlu dibatasi sebelum menimbulkan lebih banyak kerugian. Perlu adanya transformasi pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan dalam mencukupi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat.

PLTB sebagai harapan pengembangan energi terbarukan di Indonesia

Saat ini, perkembangan teknologi memberi banyak opsi dalam pemanfaatan energi untuk operasional pembangkit listrik. Sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan mulai dipilih sebagai bahan pengganti batubara untuk operasional pembangkit listrik. Hal itu didasari oleh timbulnya kesadaran akan bahaya polusi yang tercipta oleh PLTU Batubara. Salah satu contoh energi terbarukan yang saat ini mulai digunakan adalah energi angin melalui Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). 

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) menggunakan hembusan angin sebagai energi gerak sehingga dapat menghasilkan listrik tanpa adanya emisi gas buangan. Dalam hal ini, kecepatan angin menjadi variabel yang cukup berpengaruh. Terdapat 12 tingkatan kecepatan angin yang dapat memutar turbin milik PLTB. Tingkatan terendah memiliki kecepatan angin 0,3 sampai 1,5 meter tiap detik, sedangkan tingkatan tertinggi memiliki kecepatan sampai dengan 32 meter tiap detik (Hamdi, 2016).  Oleh karena itu, banyak wilayah di Indonesia yang cocok untuk dijadikan tempat operasional PLTB, salah satunya adalah Sulawesi Selatan.

Pemerintah mulai mengembangkan PLTB skala besar di Provinsi Sulawesi Selatan melalui pembangunan PLTB Sidrap, di Desa Mattirotasi. PLTB Sidrap didorong angin berkecepatan 7 meter per detik, serta beroperasi menggunakan 30 kincir angin dengan panjang baling-baling 57 meter dan tinggi tiap menaranya mencapai 80 meter. Setiap kincir memiliki kapasitas 2,5 MW sehingga PLTB Sidrap memiliki total kapasitas 75 MW.  Dengan model seperti itu, sebanyak 70.000 pelanggan listrik dapat dialiri listrik berkekuatan 900 Volt Ampere (VA).

Kehadiran PLTB Sidrap menjadi angin segar dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, terutama dalam bidang Pembangkit Listrik. Indonesia memiliki energi angin yang cukup untuk digunakan dalam operasional PLTB. Oleh karena itu, PLTB harus dikembangkan secara masif sebagai salah satu langkah mengurangi emisi gas karbon dan implementasi komitmen pemerintah mencapai zero net emission di tahun 2060.

Potensi energi angin di Indonesia

Potensi angin di Indonesia bisa dilihat dari peta persebaran kecepatan angin di bawah ini: 

Baca juga : Transisi Energi Melalui Koperasi Hijau Peluang Serap Pekerjaan Ramah Lingkungan

(Source : https://p3tkebt.esdm.go.id/pilot-plan-project/energi_angin/potensi-energi-angin-indonesia-2020)

Peta ini memberikan gambaran kecepatan angin di wilayah Indonesia, seperti gambaran rata-rata dan batas maksimum atau minimum kecepatan angin. Peta ini dapat dijadikan dasar dalam membuat peta rapat daya  (Wind Power Density/WPD) dan peta energi tahunan  (Annual Energy Production/AEP) yang berfungsi untuk menentukan lokasi dan pemilihan teknologi turbin yang tepat. 

Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Kecepatan angin yang cukup tinggi di wilayah onshore terjadi di pesisir selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku dan NTT yang memiliki kecepatan angin rata-rata 6-8 m/s, WPD sekitar 400-500 watt/m2, dan AEP yang diperkirakan dapat menghasilkan 4-5 GWh/year. Sementara itu, di wilayah offshore Banten, Sukabumi, Kupang, Pulau Wetar, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Tanimbar memperlihatkan angka pergerakkan angin lebih dari 8 m/s, WPD kelas excellent, yaitu 500 - 600 watt/m2,dan AEP sekitar 5-6 GWh/year. (Berdasarkan data Kementerian ESDM, 2020).

Potensi pembangunan PLTB di wilayah Indonesia

Berdasarkan data-data tersebut, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan energ angin. Tentunya, tidak semua daerah memiliki potensi angin. Akan tetapi, kita dapat mengoptimalkan wilayah-wilayah temuan di atas sebagai motor penggerak untuk mengatasi ketergantungan terhadap PLTU. 

Pembangunan PLTB untuk skala besar perlu dilakukan di wilayah lainnya. Hal itu sangat mungkin dilakukan mengingat wilayah Indonesia memiliki potensi angin yang cukup besar. Wilayah tersebut seperti pesisir selatan pulau Jawa, NTT, dan Maluku yang memiliki kecepatan angin rata-rata 6-8 m/s. Kecepatan angin yang dapat memutar turbin berkisar 0,3 m/s sampai 32m/s sehingga angin di wilayah tersebut sangat berpotensial untuk memutar turbin pembangkit listrik dengan skala besar. Jika dibandingkan dengan kecepatan angin di PLTB Sidrap, maka kecepatan angin di wilayah pesisir selatan pulau Jawa, NTT, dan Maluku tidak jauh berbeda. Kondisi dan perbandingan tersebut dapat menjadi dasar bagi pengembangan PLTB di wilayah baru yang memiliki potensi angin serupa seperti di Sidrap, dengan syarat didukung oleh faktor-faktor lainnya.

Pembangunan PLTB sangat membawa dampak positif, terutama bagi lingkungan. PLTB sebagai proyek yang sustainable karena menggunakan energi yang tidak akan habis. Pengoperasian PLTB juga tidak menghasilkan emisi karbon sehingga membantu mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, perubahan iklim, dan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Akan tetap, PLTB juga memiliki kekurangan, seperti energi angin yang kadang tidak menentu. Jika tidak ada angin/kecepatan angin terlalu rendah, maka turbin tidak bisa beroperasi sehingga tidak ada listrik yang dihasilkan. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka PLTB dapat dilengkapi teknologi penyimpanan energi agar suplai listrik tetap berjalan saat tidak ada angin.     

Penutup

Transformasi penggunaan PLTU yang bersumber dari batubara menuju PLTB yang memanfaatkan energi angin menjadi penting untuk dilakukan. Hal itu dikarenakan PLTU menyumbang emisi gas karbon yang berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. PLTB dapat dijadikan opsi mengingat potensi energi angin yang cukup tinggi di Indonesia. Selain itu, PLTB juga bukan merupakan energi yang baru dikembangkan di Indonesia. Indonesia sudah mengembangkan PLTB skala besar melalui PLTB Sidrap yang berhasil menyediakan listrik bagi puluhan ribu penduduk. Oleh karena itu, transisi menuju pembangkit listrik yang menggunakan energi angin adalah hal yang sangat mungkin dilakukan untuk mendukung zero-net emission di Indonesia.

Rico
Rico
Rico Lim

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.