Dark/Light Mode

Revolusi Energi: Aksi Pembaharuan Lewat Atap Negeri

Jumat, 19 April 2024 22:53 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (Foto: bumntrack.co.id)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (Foto: bumntrack.co.id)

Ketika berbicara mengenai masalah krisis iklim, energi baru terbarukan (EBT) menjadi topik utama yang ramai dibicarakan sebagai solusi atas kenaikan suhu muka bumi akibat krisis iklim. Peningkatan suhu muka bumi, curah hujan yang tidak teratur, dan peningkatan volume air laut menjadi ancaman nyata kepada masyarakat dan lingkungan hidup di dalamnya.

Permasalahan mengenai krisis iklim kemudian dibahas pada kesepakatan antara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Conference of Parties (COP) ke-21 tahun 2015 di Paris, yang melahirkan Paris Agreement. Oleh karenanya, disepakati oleh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk bersama-sama mencegah peningkatan suhu permukaan bumi.

Krisis iklim disebabkan oleh berbagai faktor seperti gas rumah kaca, penipisan lapisan ozon di atmosfer, alih fungsi hutan, dan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Secara historis, jauh sebelum manusia beraktivitas, krisis iklim terjadi akibat efek erupsi vulkanik gunung berapi, maupun variasi aktivitas matahari. Zaman pun berkembang, berbagai penelitian dan studi menunjukkan setidaknya 97% ilmuwan di dunia setuju bahwa pemanasan global yang sedang terjadi memang akibat tingkah laku manusia (United of Concern Scientist UCS. United States, 2021). 

Sejalan dengan latar tersebut, pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional menargetkan pertumbuhan pangsa energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2025 dan 2050 masing masing sebesar 23% dan 30% dari total kebutuhan energi nasional (sedang dilakukan revisi target agar lebih relevan dengan kondisi saat ini). Akan tetapi, menurut laporan Kementerian ESDM, bauran EBT dalam energi primer di Indonesia baru mencapai 13,1% dari target yang telah ditetapkan sebesar 17,87% pada 2023.

Penting diketahui bahwa energi baru terbarukan (EBT) sama sekali tidak menghasilkan emisi dan gas rumah kaca yang dapat memicu perubahan iklim. Di Indonesia sendiri, energi matahari sangat prospektif dan mudah untuk diaplikasikan secara  masif. Mengapa energi matahari sangat prospektif di Indonesia? Hal ini karena wilayah Indonesia terletak di daratan garis khatulistiwa yang terpapar sinar matahari sepanjang tahunnya.

Dalam satu jam, lapisan atmosfer bumi menerima cukup sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan listrik setiap manusia di bumi selama satu tahun (National Geographic, 2024). Sangat disayangkan, bauran energi matahari di Indonesia hanya sebesar 2,48% dari total pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) tahun 2022. Berdasarkan Analisis Elrika Hamdi, seorang analis keuangan IEEFA, menjelaskan bahwa masalah proyek PLTS berskala besar di Indonesia bermuara pada masalah kebijakan dan regulasi, serta lokasi yang tidak sesuai dengan keinginan investor.

Berangkat dari permasalahan diatas, sebagai solusi implementasi energi terbarukan dan kelestarian lingkungan, maka diusulkan gerakan “Revolusi lewat Atap Negeri“. Program ini membangun kemandirian energi memanfaatkan PLTS Atap (panel surya) melalui distribusi kepada masyarakat. Selain menyalurkan energi, program ini bertujuan memberikan edukasi serta mendorong rumah tangga, industri, dan pemilik bisnis untuk membudayakan penggunaan energi matahari sebagai investasi dalam energi juga lingkungan tempat tinggal. Kemudian, juga memprioritaskan daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) menghadirkan sumber energi alternatif yang murah dan mudah.

Secara singkat, program ini bertujuan membangun kehidupan masyarakat modern dengan adopsi energi  yang ramah lingkungan. Maka, kebutuhan inovasi dan tenaga ahli energi matahari menjadi sangat penting. Sebagai contoh, solusi yang ditawarkan Andri Haris Setiawan dan timnya yang mengembangkan ide Bawean Innovatice Ice Maker for Economist Fish Cooling System (BIM-Fish) alat yang memungkinkan bagi nelayan untuk produksi es batu sendiri, dan menjaga kesegaran hasil laut dengan bantuan panel surya.

Dengan pendekatan ekologis, gerakan ini memprioritaskan distribusi energi lewat pemasangan PLTS Atap. Dengan harapan, PLTS Atap akan jadi standar desain dari bangunan baru sebagai hasil program “Revolusi Lewat Atap Negeri“. Selanjutnya, diterapkan pemanfaatan energi matahari secara natural yang dilakukan dengan model Green Roof pada atap bangunan. Green Roof merupakan suatu konsep konstruksi pada atap dengan menambahkan material yang memungkinkan untuk ditanami vegetasi sebagai upaya mengurangi tingkat emisi (Rahayu, 2020). Mengutip Halim Sari Wardana, mantan Sekretaris Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa 20% saja dari luas atap bangunan yang dimanfaatkan sebagai PLTS Atap sudah berkontribusi dalam mengurangi polusi.

Tentu saja, pemasangan PLTS Atap memerlukan kriteria bangunan yang sesuai, kemampuan finansial yang cukup, kesediaan oleh masyarakat, serta regulasi yang mendukung. Menurut studi yang dilakukan oleh IESR (2022), dilakukan perhitungan berdasarkan kemampuan finansial rumah tangga di Indonesia, didapatkan hanya sekitar 17.8% potensi aplikasi PLTS Atap yang dapat diaplikasikan. Oleh karena itu, gerakan ini bergantung pada dukungan dari pemerintah, industri swasta, penggiat renewable energy, green society, serta industri PLTS Atap dalam negeri.

Di negara berkembang seperti Indonesia, sumber energi baru terbarukan (EBT) tergolong sektor industri yang baru. Melihat hal ini, maka pemanfaatan EBT secara optimal akan membuka lapangan kerja baru serta menarik banyak sektor berinvestasi. Tentu ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara dan partisipasi masyarakat menangani krisis iklim. Dengan gerakan ini, terwujud poin ke-7, 8 dan 13  tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Seiring perkembangan zaman, manusia sudah harus memikirkan efek perbuatannya pada lingkungan. Mengabaikan perubahan iklim sebaiknya terasa seperti berbuat dosa. Masa sekarang dan yang akan datang, memerlukan revolusi dan tindakan nyata untuk menciptakan sumber daya energi baru terbarukan dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Mari menjadi agen perubahan untuk masa depan yang lebih baik.

Apakah kamu tertarik menggunakan sumber energi matahari? Untuk keperluan apa kamu menggunakan EBT matahari? Kapan kamu akan menjadi bagian dari Revolusi Energi?

Muhammad Al Fatih
Muhammad Al Fatih
Mahasiswa IPB University

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.