Dark/Light Mode

RDF Gantikan Batu Bara: Energi Terbarukan & Atasi Krisis Iklim

Jumat, 19 April 2024 15:04 WIB
Pengolahan Sampah Menjadi RDF (Foto: cilacapkab.go.id)
Pengolahan Sampah Menjadi RDF (Foto: cilacapkab.go.id)

Gas rumah kaca (GRK) merupakan komponen alami atmosfer Bumi yang berperan dalam menjaga suhu . Namun, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Dengan meningkatnya GRK mengakibatkan efek rumah kaca yang berlebihan sehingga menyebabkan pemanasan global. 

Pemanasan global mengakibatkan adanya anomali suhu, di mana suhu pada beberapa wilayah menjadi lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Dalam beberapa tahun terakhir, anomali suhu menunjukkan adanya peningkatan. Di mana pada tahun 2023 , suhu global meningkat sekitar 1,48 C lebih hangat dibanding rata-rata suhu era pra-industri tahun 1850-1900. Sedangkan di Indonesia, tahun 2023 merupakan tahun terpanas ke-2 setalah tahun 2016 dengan anomali sebesar 0,5 C. Pemanasan global inilah yang menjadi pemicu utama perubahan iklim ekstrem.

Perubahan iklim ekstrem dapat berupa gelombang panas yang berkepanjangan, kekeringan, banjir, badai dahsyat dan naiknya permukaan laut. Fenomena-fenomena ini telah terjadi di berbagai wilayah termasuk di Indonesia dan menimbulkan dampak yang devastating bagi manusia. Sehingga   krisis iklim menjadi ancaman serius bagi masa depan planet bumi.

Pada tahun 2022, Global Carbon Project mencatat bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 negara yang menghasilkan karbon dioksida terbanyak dengan total 729 juta ton CO2. Jika berdasarkan Pusat Data dan Teknologi Informasi ESDM pada tahun 2018, emisi gas rumah kaca sektor energi di Indonesia mencapai 595.957 Gg Co2e. Dengan kategori penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut yaitu industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%) industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,635%). Pada sektor energi, jenis GRK yang sangat dominan adalah CO2 dengan pangsa sebesar 96,22% atau 573,415 Gg CO2e, untuk GRK lainnya yaitu N2O sebesar 4,245 Gg CO2e dan CH4 sebesar 18,299 Gg CO2e. Sedangkan Emisi yang dihasilkan oleh kategori industri produsen energi pada Tahun 2018 sebanyak 276.241 Gg CO2e yang berasal dari tiga subkategori, yaitu pembangkit listrik, kilang minyak, dan pengolahan batubara. 

 

Baca juga : Pastikan Pesawat Laik Terbang, Pelita Air Lakukan Ramp Check

Grafik Emisi GRK Berdasarkan Sumbernya

(Sumber : Pusat Daya dan Teknologi Informasi ESDM, 2018 https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-energi-tahun-2019.pdf )

Penggunaan batu bara dalam pembangkitan listrik terutama di PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap) batu bara adalah penghasil emisi terbesar di sektor ketenagalistrikan. Rata-rata faktor emisi CO2 PLTU di Indonesia dengan bahan bakar batu bara adalah sekitar 1,14 kg/kWh dan untuk membangkitkan energi listrik sebesar 1776 MWyr akan dihasilkan emisi CO2 sebesar 16,309 kTon CO2. Sedangkan konsumsi bahan bakar batu bara untuk kategori industri manufaktur dan kontruksi adalah 36,27 % dari 277 juta BOE pada tahun 2018.

Grafik Konsumsi Bahan Bakar Pada Katagori Industri Manufaktur dan Kontruksi 
(Sumber : Pusat Daya dan Teknologi Informasi ESDM, 2018 https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-inventarisasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-energi-tahun-2019.pdf )

Selain dari beberapa sektor yang telah disebutkan sebelumnya, sampah juga menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan. Sampah organik yang membusuk di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat daripada CO2. Selain itu, pembakaran sampah secara langsung juga dapat menyumbang emisi gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, dan gas berbahaya lainnya. Bahkan air limbah dari TPA dapat menghasilkan gas N2O, yang merupakan gas rumah kaca dengan 298 kali lebih kuat daripada CO2.  Di tengah situasi ini, diperlukan upaya kolektif untuk beralih ke energi terbarukan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satu solusi potensial adalah dengan memanfaatkan sampah menjadi sumber energi ramah lingkungan dengan metode Reufuse Drived Fuel (RDF) untuk menghasilkan briket pengganti batu bara. 

Baca juga : KPK Tetapkan Bupati Meranti M Adil Tersangka Gratifikasi Dan TPPU

Refuse Derived Fuel atau RDF adalah bahan bakar padat yang diperoleh dari pengolahan sampah. Proses pengolahannya diawali dengan pemilahan sampah untuk memisahkan material yang mudah terbakar seperti plastik, kertas, kain dan karet. Material tersebut kemudian dicacah, dikeringkan, dan di padatkan menjadi bentuk pelet atau briket. Pengolahan sampah menjadi RDF bertujuan untuk mengurangi volume sampah dan meningkatkan nilai kalornya sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar. RDF memiliki nilai kalor yang tinggi dan mirip dengan batu bara, berbentuk padat serta mudah disimpan atau diangkut. Sehingga RDF dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga batubara, industri semen dan pabrik pengolahan kertas untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Gambar Refuse Derived Fuel (RDF)

(Sumber : https://www.greeners.co/berita/rdf-berantas-masalah-tpa/ )

Nilai Kalor RDF bervariasi tergantung pada komposisi sampah yang digunakan dalam pembuatannya. Dengan komposisi bervariasi antara 30% organik dan 70% anorganik, RDF dapat memiliki nilai kalor sebesar 5.456.179 kal/g. Sedangkan batubara memiliki kadar kalori antara 2.600.000 cal/kg hingga 8.000.000 cal/kg. Hal ini menunjukkan bahwa RDF mampu menggantikan peran batu bara dalam menghasilkan energi panas tanpa mengurangi kinerjanya. 

Namun, keunggulan RDF tidak hanya berhenti pada nilai kalorinya. Dibandingkan dengan batu bara, RDF memiliki emisi gas rumah kaca jauh lebih rendah. Di mana per ton RDF dapat menghasilkan sebesar 0,003648 ton C02. Sedangkan batu bara dapat menghasilkan 74,3834 kali lebih besar yaitu sekitar 2,7135 ton CO2. Hal ini berarti penggunaan RDF dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global.

Baca juga : Hadir di Zona Jakarta Barat, Electronic City Buka Gerai Terbaru di Puri Indah Mall

Bahan bakar fosil seperti batubara merupakan sumber daya alam yang terbatas dan akan habis siring waktu. Proses pembentukannya membutuhkan waktu geologis yang sangat lama, dan cadangannya semakin menipis akibat eksploitasi yang terus menerus. Sehingga akan menyebabkan ketidakpastian energi dan fluktuasi harga yang tinggi. Sedangkan RDF memanfaatkan sampah yang terus menerus dihasilkan oleh aktivitas sehari-hari menjadi sumber daya. Di mana jumlah sampah akan terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan gaya hidup modern. Oleh karena itu, RDF memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sumber energi terbarukan dan berkelanjutan.

Di samping itu, pemanfaatan RDF juga dapat mengurangi penumpukan sampah serta meminimalisir emisi metana di TPA . Hal tersebut dikarenakan RDF mengubah sampah yang sulit maupun mudah terurai menjadi bahan bakar, sehingga  volume sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang secara signifikan. Ini tidak hanya menghemat ruang di TPA, tetapi meminimalisir pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh timbulan sampah yang menumpuk. Dan pengolahan sampah dengan metode RDF mampu mengolah sampah organik yang merupakan penghasil gas metana, sehingga dapat mengurangi emisi metana di TPA.

Dengan mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif, RDF mengurangi ketergantungan pada batubara atau bahan bakar fosil lainnya yang berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Pembakaran RDF yang terkontrol menghasilkan energi yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembangkit listrik, industri, dan bahkan pemanasan rumah. 

Penerapan RDF secara menyeluruh dapat mentransformasikan timbulan sampah menjadi sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju krisis iklim. Dengan demikian RDF tak hanya berperan dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi bumi dan generasi mendatang. 

Raihan, M.B
Raihan, M.B
Raihan, M.B

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.