Dark/Light Mode

Sisi Lain Keindahan Kembang Api: Gunakan Kembang Api Ramah Lingkungan

Kamis, 18 April 2024 21:38 WIB
Kembang api (Sumber: Science Focus)
Kembang api (Sumber: Science Focus)

Kembang api dianggap dapat menambah kemeriahan suatu peristiwa atau perayaan tertentu karena dapat menghasilkan ledakan yang luar biasa dan cahaya yang indah. Namun, kemeriahan dan keindahan kembang api yang dapat berlangsung secara intens dan dalam waktu singkat ini membawa berbagai dampak negatif bagi lingkungan, manusia, hewan, dan tumbuhan. 

Visualisasi dampak kembang api bagi lingkungan, manusia, hewan, dan tumbuhan (Visual: Neng Ani)

Dampak Kembang Api bagi Lingkungan dan Tumbuhan

Keindahan kembang api yang biasa disaksikan pada berbagai perayaan spesial ini melepaskan sejumlah kontaminan, seperti karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen, sulfur dioksida, dan materi partikulat yang mempengaruhi kualitas udara, bahkan berkontribusi terhadap perubahan iklim (Han, 2023). Perayaan Festival Diwali di India yang dilengkapi dengan penyalaan kembang api menyebabkan peningkatan tingkat polusi udara, bahkan pasca perayaan Diwali, muncul respon gangguan pernapasan dan alergi dari warga, seperti batuk, pilek, dan iritasi mata (Dangi & Bhise, 2020). 

Selain itu, kembang api juga mengeluarkan berbagai logam berat yang dilepaskan dalam volume yang signifikan ke air dan tanah. Perklorat merupakan suatu senyawa kimia yang sering ditambahkan ke kembang api. Bahan kimia ini bertahan di lingkungan dalam jangka waktu lama dan mudah diserap oleh flora di sekitarnya serta jika terkumpul dan sampai di badan air (waterbodies) dapat mempengaruhi perkembangan ikan (Han, 2023). Tidak hanya itu, kembang api juga meninggalkan banyak sampah kertas dan tabung karton (Jia et al., 2020). 

Dampak Kembang Api bagi Manusia

Baca juga : Ini Tanggapan Keluarga Lettu Agam Soal Dugaan Perselingkuhan

Dampak negatif kembang api bagi manusia tidak hanya menyebabkan luka kecacatan atau kematian saja, tetapi juga bisa menyebabkan kerusakan pendengaran atau trauma akustik (Kukulski et al., 2018). Polusi suara yang dihasilkan oleh kembang api bisa melebihi 85 desibel, tingkat yang membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan pada gendang telinga manusia (Wallace, 2022). Selain itu, kebisingan impulsif dan polusi suara dari kembang api ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan yang mempengaruhi manusia secara fisik dan psikologis, seperti depresi, kecemasan, hipertensi, infark miokard (serangan jantung), dan gangguan pendengaran lainnya (Lokhande, 2022). 

Dampak Kembang Api bagi Hewan

Kembang api juga menyebabkan dampak negatif bagi hewan, baik itu satwa liar maupun hewan domestik. Kebisingan dapat menghasilan hormon stres pada hewan (Shannon et al., 2016). Dalam sebuah survei dari Selandia Baru, pemilik hewan melaporkan bahwa 74,4% hewan pendamping, seperti kuda, anjing, dan mamalia kecil, menunjukkan respons ketakutan terhadap kembang api (Gates et al., 2019). Sama halnya yang terjadi di kebun binatang di Jerman, spesies burung dan beberapa mamalia mengalami peningkatan kegugupan dan juga membuat hewan tetap ada di dalam ruangan sebelum, selama, dan sesudahnya pertunjukan kembang api  (Rodewald et al., 2014).

Dampak negatif kembang api bagi hewan juga dapat menyebabkan hewan mengalami gangguan reproduksi. Hal ini terjadi di Danau Zurich yang berada di Swiss. Kembang api yang dinyalakan di tahun baru menyebabkan 26-35% penurunan jumlah angsa dan bebek dalam semalam (Weggler, 2015). 

Biaya yang Dihabiskan pada Perayaan Kembang Api

Penggunaan kembang api dalam perayaan atau acara penting lainnya bisa menghabiskan banyak uang, misalnya pesta kembang api di Kuta ketika perayaan acara tahun baru 2023, menghabiskan biaya hingga Rp1,8 miliar (Putra, 2023). Selain itu, kecelakaan di industri kembang api sering terjadi, misalnya ledakan pabrik kembang api di Thailand pada tahun 2024 (Reditya, 2024). Hal ini tidak hanya memakan korban jiwa, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. 

Regulasi Penggunaan Kembang Api

Regulasi mengenai penggunaan kembang api diatur dalam Undang-Undang Bunga Api 1932, dan Peraturan Kepala Kepolisian Negera Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 tentang Perizinan, Pengamanan, Pengawasan, dan Pengendalian Bahan Peledak Komersial. Berdasarkan regulasi-regulasi tersebut, kembang api masih diperbolehkan untuk digunakan dengan beberapa syarat dan harus melakukan perizinan terlebih dahulu. 

Baca juga : BTN Raih Top 3 Perusahaan Pengembangan Karier Versi Linkedin 2024

Namun, sayangnya kebijakan tersebut belum menetapkan aturan perlindungan bagi lingkungan. Sementara itu, di kota-kota yang ada di negera lain, seperti pemerintah Galapagos melarang penjualan dan penggunaan kembang api untuk melindungi fauna (BBC, 2018). Selain itu, di kota dan negara bagian lain, seperti Portland, Oregon, San Jos, California, Detroit, Michigan, King County, dan Washington memilih untuk melarang penggunaan kembang api (Animal Legal Defense Fund, 2022).

Penggunaan Kembang Api Bertekonologi Tinggi: Drone, Laser, dan Tampilan Virtual

Beragam dampak negatif kembang api yang menimpa lingkungan, manusia, hewan, dan tumbuhan harus menjadi urgensi diperlukannya suatu alternatif. Pada zaman yang semakin maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang maka penggunaan kembang api juga dapat digantikan dengan kembang api berteknologi tinggi, seperti menggunakan drone, laser, dan tampilan virtual. Kembang api berteknologi tinggi ini lebih ramah lingkungan karena dapat digunakan kembali, tidak memiliki emisi, dapat menampilkan visual yang menarik, dan tidak menimbulkan kebisingan (Daukantas, 2010). Beberapa kota di Amerika Serikat memilih menggunakan drone daripada kembang api untuk perayaan Fourth of July (Roppolo, 2023).

Sumber: CBS

Alternatif lain yang dapat diimplementasikan yakni dengan menggunakan laser. Laser dapat memancarkan visual menarik yang dapat disusun sesuai kehendak dengan menggunakan perangkat lunak grafis. Lalu, terdapat program khusus yang dapat menerjemahkan gambar yang telah disusun menjadi perintah untuk menggerakan sinar laser. 

Kegiatan pembukaan Asian Games 2023 di Cina menggunakan kembang api virtual. Kembang api virtual atau digital ini dibuat dengan animasi 3D dan teknologi Augmented Reality (AR). Alasan penggunaan kembang api virtual ini untuk tujuan perlindungan lingkungan (Zhe, 2023). Tidak hanya untuk perayaan besar saja, perayaan sederhana juga dapat dirayakan dengan menggunakan kembang api virtual yang dapat diakses dengan menggunakan aplikasi khusus dan dapat pula menyaksikan tayangan penyalaan kembang api dari Youtube.

Baca juga : Polri: Korban dan Kendaraan Kecelakaan KM 58 Tol Japek Sudah Dievakuasi

Biaya yang perlu dikeluarkan untuk menerapkan kembang api berteknologi tinggi tersebut memang cukup besar, tetapi teknologi tersebut dapat digunakan kembali sehingga dapat menghemat biaya jangka panjang karena dapat mengurangi kebutuhan untuk membeli produk kembang api secara berulang-ulang.

Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memfasilitasi drone, laser, dan tampilan virtual sebagai pengganti kembang api. Pemerintah juga dapat menciptakan suatu area khusus tempat penayangan visual yang dihasilkan oleh drone, laser, dan tampilan virtual. Hal ini diperlukan supaya terhindar dari kemungkinan negatif yang ditimbulkan, misalnya penayangan drone yang bisa mengganggu burung-burung yang terbang atau satwa liar.

Kembang Api Ramah Lingkungan untuk Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)

Urgensi pentingnya penggunaan kembang api yang ramah lingkungan sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 12 yakni menjamin pola konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan adanya teknologi alternatif yang ramah lingkungan sebagai pengganti kembang api dan implementasikan oleh pemerintah dan masyarakat, diharapkan dapat mengurangi limbah dan polusi yang dilepaskan ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Selain itu, dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dapat mendukung penggunaan sumber daya alam dengan lebih efisien. 

Penutup

Banyak riset yang menunjuukan bahwa kembang api ini sangat berbahaya bagi lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan yang mengatur penggunaan kembang api yang ramah lingkungan. Selain itu, upaya ini mendukung pencapaian SDGs poin ke-12.

Neng Ani
Neng Ani
Neng Ani

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.