Dark/Light Mode

Perkuat Sinergi Industri Satelit, Konferensi Apsat Kembali Digelar

Selasa, 4 Juni 2024 21:35 WIB
Ketua Umum Assosiasi Satelit Indonesia Anggoro Kurnianto Widiawan (tengah) di acara Asia Pacific Satelite Communication System (APSAT) International Conference di Jakarta, Selasa (4/6/2024). (Foto: Merry Apriyani/RM)
Ketua Umum Assosiasi Satelit Indonesia Anggoro Kurnianto Widiawan (tengah) di acara Asia Pacific Satelite Communication System (APSAT) International Conference di Jakarta, Selasa (4/6/2024). (Foto: Merry Apriyani/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sinergi dalam ekosistem industri satelit menjadi hal yang terus menerus diupayakan, mengingat persaingan yang dinamis di industri ini.

Untuk meningkatkan sinergi tersebut digelar Asia Pacific Satelite Communication System (APSAT) International Conference ke-20 pada 4-5 Juni 2024. Acara ini dihadiri beragam operator satelit dari berbagai negara bertujuan memperkuat sinergi di tengah diversifikasi dan menambah value satelit.

“Persaingan layanan dari waktu ke waktu itu sesungguhnya tidak hanya pada dimensi konektivitas, tetapi juga values yang melekat di dalamnya juga bisa dikembangkan menjadi bisnis yang semakin unik, untuk pasar yang juga punya karakteristik khusus," ungkap Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia, Anggoro Kurnianto Widiawan di Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Peluang konvergensi antara layanan satelit dan seluler, menurut Anggoro, menjadi peluang yang terbuka untuk dikembangkan bersama-sama sehingga masing-masing pelaku industri telekomunikasi memiliki value yang unik, yang pada akhirnya ekosistem satelit dapat sustain.

Baca juga : Pembatasan Impor Kerek Kinerja Industri Tekstil, Alas Kaki Dan Sepatu

Misalnya perluasan ekosistem satelit, terutama dengan munculnya layanan NGSO layanan NGSO, membutuhkan sistem darat yang kuat untuk mendukung berbagai aplikasi dan layanan. Seiring dengan diversifikasi layanan, infrastruktur darat dan jaringan harus memenuhi tuntutan yang terus berkembang. Diversifikasi ini menuntut produsen untuk terus berinovasi agar tetap menjadi yang terdepan di industri ini.

Pasalnya, Asian Development Bank (ADB) memperkirakan kebutuhan kapasitas satelit di Asia Pasific untuk tahun 2024 mencapai lebih dari 400 Gbps. Sementara menurut NSR, kebutuhan kapasitas HTS baik HTS GSO maupun HTS NGSO pada tahun 2024 lebih dari 340 Gbps.

Meningkatnya ketersediaan layanan-layanan HTS yang menggunakan orbit Geostasioner (GSO) dan Non-Geostasioner baik itu orbit rendah (LEO) maupun orbit menengah (MEO) memberikan pilihan jenis layanan yang lebih bervariasi yang juga semakin meramaikan bisnis satelit di Indonesia.

Anggoro mengingatkan, masa depan bisnis konektivitas satelit masih menyimpan potensi yang sangat besar. Dia mencontohkan sektor maritim di Indonesia, dengan keberadaan 17.000 pulau dan letak geografis yang unik akan menjadi tantangan tersendiri bagi jaringan terestrial tradisional.

Baca juga : KBRI Gelar Turnamen Golf Ke-2 Di Ethiopia Sambut 69 Tahun Konferensi Asia Afrika

Dengan demikian, komunikasi satelit akan menjadi solusi penting untuk memastikan konektivitas yang baik di seluruh wilayah maritim terpencil. Namun, lanjut Anggoro, persebaran layanan satelit di sektor maritim saat ini masih terkendala beberapa hal, yaitu biaya operasional yang tinggi dan kebutuhan peralatan yang menyesuaikan dengan wilayah laut.

“Oleh sebab itu, semangat saling membantu mencari solusi, baik terkait penyesuaian teknologi, juga regulasi yang mungkin saja bisa menjadi jalan tengah bagi keberlangsungan ekosistem bisnis satelit secara menyeluruh,” tegas dia lagi.

Menurut Anggoro, kehadiran APSAT menjadi wadah yang penting bukan saja terkait sinergi saja, tetapi juga adanya kesadaran bahwa setiap industri memiliki keunikan yang bisa mengisi kebutuhan pasar ke depan yang juga semakin beragam dan unik.

Kapasitas Satelit Meningkat

Baca juga : Pemerintah Siapkan Aturan Untuk Mudahkan Diaspora Indonesia Kembali ke Tanah Air

Para operator satelit di Indonesia telah menyiapkan kapasitas satelit yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini di antaranya juga didorong oleh perkembangan teknologi satelit baik HTS maupun konstelasi NGSO. Dengan bervariasinya layanan satelit tersebut, memberikan kesempatan bagi para customer untuk memilih sesuai preferensinya.

Telkomsat, misalnya, pada 2024 ini akan memiliki total 45 Gbps kapasitas satelit GSO (Satelit Merah Putih, HTS-113BT, Apstar-5D, Mysat-1) dan 180 Gbps kapasitas satelit NGSO (Starlink). Kapasitas tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan beberapa sektor yang meliputi ISP, pemerintah, banking & enterprise, sekolah, rumah sakit, serta wholesale kepada operator telekomunikasi lainnya.

Sementara PSN melihat broadband market masih sebagai salah satu pasar yang menjanjikan bagi operator satelit. Sebagai strategi dalam memenuhi kebutuhan pasar tersebut, PSN akan menyediakan 165 Gbps kapasitas satelit GSO (Nusantara-1 dan Satria-1) serta rencana peluncuran satelit NUSANTARA-5 dengan kapasitas satelit sebesar 165 Gbps untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Sementara itu, ada pula operator yang juga telah merencanakan beberapa terobosan, misalnya melakukan roll-out untuk layanan sistem NGSO-nya, dan bersiap masuk ke dalam pasar enterprise, government, dan military, termasuk telah melakukan trial untuk beberapa pengguna, seperti cellular backhaul, ERP system, mobility and emergency response, maritime, dan IoT.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.