Dark/Light Mode

Stop Sampah Impor

Nurbaya Dalami Adanya Racun Pada Telur Ayam dan tahu

Selasa, 26 November 2019 08:37 WIB
Tim peneliti KLHK sedang melakukan cek soal isu dioxin pada telur ayam dan tahu dampak sampah limbah plastik impor di Sidoarjo.
Tim peneliti KLHK sedang melakukan cek soal isu dioxin pada telur ayam dan tahu dampak sampah limbah plastik impor di Sidoarjo.

RM.id  Rakyat Merdeka - Isu kontaminasi dioxin pada telur ayam dan tahu sebagai dampak dari penggunaan bahan bakar produksi menggunakan sampah limbah plastik impor bikin was-was masyarakat.

KLHK langsung mengirimkan tim untuk meneliti isu dioxin pada telur ayam dan tahu. Tim yang terdiri dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) bersama para ahli turun langsung ke Desa Bangun, Mojokerto, dan Desa Tropodo, Sidoarjo. 

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)  Fakultas Teknik Kimia ITS, Universitas Airlangga, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo ikut membantu.

Baca juga : MA Pangkas Vonis Irman Gusman

“Saya minta bantuan para ahli untuk melakukan riset di dua desa tersebut, khususnya untuk isu dioxin yang sudah meresahkan masyarakat. Kita lihat nanti kebenarannya dari hasil studi,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, kemarin.

Siti menerangkan, persoalan penggunaan sampah limbah plastik impor sudah berlangsung sejak lama di lokasi tersebut, karena harganya yang lebih murah. Ia berjanji semuanya akan didalami secara akademik.

Saat kunjungan tim ke lokasi, jumlah tumpukan sampah plastik untuk bahan bakar menurutnya, sudah berkurang dibandingkan dengan kondisi pada Juli 2019 lalu. Pasokan sampah ini berkurang karena langkah reekspor, perubahan regulasi, serta pengawasan yang semakin ketat oleh pemerintah.

Baca juga : Pemerintah Beri Penghargaan Pada Teladan Wana Lestari 2019

Pengusaha UMKM juga menyadari bahwa bahan bakar dari sampah plastik tersebut, berdampak pada lingkungan dan masyarakat. Para pelaku usaha bahkan mengaku, siap beralih dari bahan bakar sampah plastik menjadi bahan bakar kayu atau alternatif lainnya, terlebih lagi sudah ada penggunaan insinerator yang teknologinya sudah ramah lingkungan. 

Mantan Sekjen DPD ini mengatakan, pemerintah akan mempelajari hal ini, termasuk bila harus memberikan dukungan fasilitas oleh bagi industri UMKM. Dukungan fasilitas ini bisa dari KLHK, Kementerian Perindustrian, Kemenkop UKM, atau bahkan dari pemerintah daerah.

“Semuanya bisa membantu, yang penting industri masyarakat tetap harus berjalan baik dengan tetap ramah lingkungan,” tuturnya.

Baca juga : Soal Impor Hortikultura, Kementan Hanya Beri Rekomendasi Teknis

Untuk mengatasi masalah sampah yang masih menjadi persoalan di tengah masyarakat, pemerintah terus melakukan pengelolaan, salah satunya dengan menerapkan prinsip 3R (reuse, reduce, dan recycle).

Siti menerangkan sampah impor plastik selama puluhan tahun telah masuk melalui celah impor bahan baku kertas dan scrap plastik untuk industri. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.