Dark/Light Mode

Harga Karet Loyo, Indonesia Bakal Gandeng Vietnam

Senin, 9 Desember 2019 06:39 WIB
Pemerintah terus berupaya tingkatkan ekspor karet.
Pemerintah terus berupaya tingkatkan ekspor karet.

RM.id  Rakyat Merdeka - Selain Malaysia dan Thailand, Indonesia akan menggandeng Vietnam dalam peningkatan kerja sama International Tripartite Rubber Council (ITRC). 

Hal ini untuk meningkatkan efektivitas harga karet internasional. Karena, harga karet terus menurun. “Kita perlu menggandeng negara produsen karet lain,” ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Antonius Yudi Triantoro katanya di Jakarta kemarin. 

ITRC sebelumnya, diisi tiga negara produsen karet. Antara lain Indonesia, Thailand, dan Malaysia sebagai salah satu negara produsen karet terbesar dunia. 

Sementara terdapat negara lain yang juga menjadi negara produsen karet besar yaitu Vietnam.Menurutnya, harga karet yang rendah membuat petani menurunkan kualitas perawatan tanamannya dengan mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida. 

Baca juga : Lagi, Atlet Renang Indonesia Sumbang 3 Medali SEA Games

Sehingga, mengakibatkan daun karet di Indonesia, Malaysia, dan Thailand terkena serangan penyakit pestalotipsis.Hal tersebut, membuat penyakit ini terus berkembang dan semakin mengurangi produksi karet alam. 

Antonius menilai, untuk itu kerja sama antar produsen karet dengan saling bergan dengan akan menjaga posisi harga. Selain menggandeng negara produsen lain di ASEAN, ITRC juga perlu bekerja sama dengan organisasi lain. 

“Organisasi karet lainnya seperti The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) untuk bersinergi dalam mengatasi berbagai masalah yang ada,” katanya. 

Selain memperluas kerja sama, negara ITRC juga sepakat untuk menjaga pasokan karet. Ada tiga skema yang akan digunakan oleh ITRC. Pertama, skema pengelolaan pasokan sehingga tidak membuat kelebihan pasok. 

Baca juga : Messi Hattrick, Barcelona-El Real Bersaing Ketat

Kedua, skema pembatasan ekspor yang juga telah dilakukan tahun ini sebesar 240 ribu ton selama, April hingga Juli 2019 lalu.Ketiga, skema promosi permintaan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan permintaan terhadap karet alam seperti untuk campuran aspal serta inovasi lainnya. 

Penjagaan harga karet dinilai, menjadi hal penting. Hal itu untuk menjamin kesejahteraan petani karet di Indonesia. 

“Pertemuan ini membahas agar situasi pasar karet alam global dan menyusun upaya konkrit dalam mengatasi persoalan rendahnya harga karet alam yang berdampak langsung bagi kesejahteraan petani karet,” jelasnya. 

Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo menilai, rendahnya harga karet telah berdampak pada kesejahteraan petani dan tingkat produksi yang berpotensi menurun. 

Baca juga : Indonesia Hajar Myanmar 4-2, Garuda Lolos ke Final

Moenardji menjelaskan, rendahnya harga karet telah membuat petani dalam negeri kesulitan merawat tanamannya. Hal ini terlihat dari sebaran penyakit gugur daun karet yang telah berdampak pada lahan seluas 380 ribu hektare (ha) di sejumlah sentra produksi. 

“Produksi berpotensi turun 500 ribu ha akibat gugur daun karet. Dari laporan International Rubber Board, di sejumlah negara produsen seperti Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka pun sudah terdampak,” ungkapnya. 

Untuk diketahui, Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Pada 2018, Indonesia memproduksi 3,63 juta ton dari lahan perkebunan karet seluas 3,67 juta hektare. 

Indonesia mengekspor 83 persendari total produksi karet alam atau sebanyak 2,95 juta ton dengan nilai 4,16 miliar dolar AS. Sisanya, sebesar 17 persen digunakan untuk konsumsi pasar domestik. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.