Dark/Light Mode

Bank Dunia Pangkas Prediksi

Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh Lebih Dari 5 Persen

Kamis, 12 Desember 2019 05:24 WIB
Bank Dunia Pangkas Prediksi Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh Lebih Dari 5 Persen

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua lembaga internasional memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit naik dari angka 5 persen.

Dua lembaga itu adalah Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB). Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini hanya mencapai 5 persen dan tahun depan sebesar 5,1 persen. 

Ramalan tersebut, lebih rendah dari proyeksi apalagi target yang dipatok pemerintah. Pemerintah dalam APBN 2019 dan 2020 mematok target pertumbuhan ekonomi sama sebesar 5,3 persen. 

Kepala Ekonom World Bank untuk Indonesia Frederico Gil Sander menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan lebih lambat dibanding tahun lalu yang mencapai 5,17 persen. 

Konsumsi secara total melambat, terutama akibat perlambatan konsumsi pemerintah. Sementara investasi dan ekspor melemah.“Tahun ini sebenarnya tahun sulit karena ada penurunan dari pertumbuhan ekonomi dunia,” ujarnya di Jakarta kemarin. 

Baca juga : Bamsoet: Stabilitas Politik Kunci Indonesia Tidak Terjerumus ke Jurang Resesi

Frederico memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan tumbuh tipis, yakni mencapai 5,1 persen, seiring perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang mereda. 

Selain kondisi global, iklim politik di Tanah Air pada tahun depan juga sudah mereda.“Tahun depan bisa mencapai 5,1 persen karena ada peningkatan investasi dari 4,5 persen jadi 5 persen,” ungkapnya. 

Namun, risiko penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tetap tinggi pada tahun depan. Sebab, dipengaruhi progres hubungan dagang antara ASChina dan harga komiditas. 

Di sisi lain, Bank Dunia memproyeksi konsumsi swasta pada tahun depan sedikit menurun akibat inflasi yang diperkirakan lebih tinggi. Inflasi diperkirakan meningkat seiring kebijakan pemerintah menghapus subsidi listrik 900 VA rumah tangga mampu. 

Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga diproyeksi tak bakal tinggi lantaran pe nerimaan yang diperkirakan rendah.“Karena harga komoditas yang melemah dan nilai impor yang kurang bagus, meskipun reformasi pajak sedang berlangsung,” ujarnya. 

Baca juga : Dunia Penerbangan Indonesia Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Sementara, ekspor dan impor diperkirakan masih cukup lemah pada tahun depan. Bank Dunia juga memperkirakan Current Account Deficit (CAD) atau Defisit Transaksi Berjalan pada tahun depan juga akan turun dari proyeksi tahun ini sebesar 2,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,6 persen terhadap PDB. 

Sementara, Asian Development Bank (ADB) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019, yaitu di 5,1 persen. Adapun pada tahun depan, pertumbuhan diperkirakan berada pada 5,2 persen. 

Ekonom ADB Yasuyuki Sawada menilai, banyak faktor baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. “Meskipun tingkat pertumbuhan di kawasan Asia yang sedang berkembang masih terbilang solid, ketegangan perdagangan yang terus berlangsung menyulitkan kawasan ini dan masih menjadi risiko terbesar terhadap proyeksi ekonomi dalam jangka yang lebih panjang,” tuturnya. 

Sementara Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menuturkan, ketidakpastian ekonomi global telah memaksa hampir semua lembaga dunia terus mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2019. Artinya, semua pihak juga merasakan ketidakpastian yang terjadi. 

“Ketidakpastian ini jelas berpengaruh terhadap ke giatan ekonomi dan kebijakan ekonomi. Untuk 2019 sebelumnya, semua memprediksi tahun ini akan jadi tahun paling cemerlang setelah krisis ekonomi global 2008,” ujar Sri Mulyani, kemarin. 

Baca juga : Dukung Bulutangkis, Daihatsu Sponsori Indonesia Masters 2020

Meski sedikit menyalahkan keadaan, Sri Mulyani menilai, kondisi ekonomi Indonesia terbilang cukup tangguh. Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh stabil di 5 persen, di tengah turunnya pertumbuhan ekonomi negara lain yang cukup dalam. 

“Komposisi pertumbuhan misalnya masih dipengaruhi pelemahan global. Tapi di saat yang sama kami memberikan respons dengan kebijakan,” ucapnya. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.