Dark/Light Mode

Pasar Menjanjikan, Kementan Dorong Ekspor Anggrek

Senin, 10 Februari 2020 13:40 WIB
Dirjen Hortikultura Kementan Anton Prihasto (tengah) didampingi Direktur Florikultura dan Buah Ditjen Hortikultura Liferdi (kiri) saat mengunjungi kebun pembibitan anggrek di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (9/2). (Foto: Humas Kementan)
Dirjen Hortikultura Kementan Anton Prihasto (tengah) didampingi Direktur Florikultura dan Buah Ditjen Hortikultura Liferdi (kiri) saat mengunjungi kebun pembibitan anggrek di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (9/2). (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pangsa pasar anggrek baik di dalam negeri maupun mancanegara semakin terbuka. Tren peningkatan permintaan anggrek untuk segmen pasar tradisional maupun premium mendorong para pelaku bisnis antusias terjun di bisnis estetik ini. Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki kekayaan sumber plasma genetik anggrek, berpeluang menjadi produsen anggrek yang diperhitungkan di pasar dunia. 

Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pelaku bisnis anggrek untuk memperluas segmen pasarnya terutama ekspor. "Bisnis anggrek ini memang unik dan spesifik mulai dari aspek produksi hingga pemasarannya. Pangsa pasarnya lebih ke kebutuhan estetika, sehingga nilai jualnya bisa tinggi. Nah, negeri kita punya plasma nutfah anggrek yang besar. Indonesia bisa menjadi pemasok anggrek yang diperhitungkan di pasar dunia," ujar Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat mengunjungi Kebun Pembibitan Anggrek PT Ekakarya Graha Flora, di Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (9/2). Perusahaan tersebut dikenal sebagai produsen anggrek bulan (phalaenopsis), dan anggrek dendrobium dalam bentuk tanaman dan benih.         

Selama kunjungan, Dirjen Hortikultura yang didampingi Direktur Buah dan Florikultura meninjau langsung kebun dan fasilitas produksi anggrek terbesar di Indonesia tersebut. Kapasitas produksi anggrek di PT Ekakarya kini mencapai 1 juta anggrek per tahun. Sistem produksinya sudah cukup modern, lengkap dengan fasilitas penangkaran benihnya. Luas kebun screenhouse untuk produksi anggrek dendrobium mencapai 12 hektar, sedangkan untuk anggrek bulan seluas 5 hektar. Proses pembungaan selanjutnya dilakukan di kebun Warungkondang Sukabumi.         

Baca juga : Wabah Corona Hambat Ekspor Manggis ke China, Kementan Alihkan ke AS dan Rusia

"Untuk memproduksi anggrek dari benih hingga berbunga butuh waktu setidaknya 3 tahun. Untuk menentukan anggrek terbaik perlu waktu setidaknya 8 tahun. Ini tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis anggrek untuk bisa mengatur penjadwalan produksi. Bisnis anggrek butuh ketekunan dan ketelitian ekstra," terang pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.        

Kementan saat ini gencar memacu ekspor produk pertanian yang dikemas melalui Gerakan Tiga Kali lipat Ekspor (GraTieks). Anton berkomitmen memberikan fasilitas kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk melakukan ekspor. "Mulai dari panduan SOP budidaya, perijinan ekspor, registrasi kebun atau lahan, promosi hingga diplomasi perdagangan terus kami lakukan untuk mendukung ekspor," tandasnya. 

Anggrek dan jenis tanaman florikultura menarik perhatiannya karena nilai ekonomisnya sangat tinggi dibanding produk hortikultura lainnya. "Bisnis ini sifatnya sangat fashion. Harganya bisa tinggi ketika mampu memenuhi selera pasar. Kita akan bantu semaksimal mungkin para pelaku usaha agar bisa ekspor. Prinsipnya, kalau bisa dipermudah ngapain dibikin sulit," ucap Anton.        

Baca juga : 2023, RI Stop Ekspor Gas Ke Singapura

Direktur Marketing PT Ekakarya Graha Flora, Joko As'ad, sangat berminat mengisi ceruk pasar ekspor anggrek dunia. Produsen anggrek yang berdiri sejak 1997 ini telah mengekspor anggreknya ke sejumlah negara diantaranya Amerika Serikat, Belanda, Australia, Jepang dan Singapore. Namun, saat ini baru Jepang dan Singapura yang berlangganan rutin anggrek idari perusahaannya.         

Upaya penjajagan pasar baru ke Uni Emirat Arab telah dilakukan melalui trial shipment. Saat ini anggrek banyak dipasarkan dalam berbagai bentuk, diantaranya botolan, kompot, tanaman pot remaja dan tanaman bunga. Untuk pasar ekspor difokuskan pada produk tanaman pot remaja dan tanaman yang sudah berbunga.

Jack, sapaan akrab Pak Joko, mengaku, tahun lalu mampu menjual sekitar 600 ribu anggrek untuk pasar domestik dan 100 ribu anggrek untuk pasar ekspor. Diakuinya harga anggrek di dalam negeri terbilang menggiurkan sehingga porsinya lebih besar dibanding ekspor.         

Baca juga : Sentra Kelautan Mimika Dongkrak Ekspor Kepiting

"Harga anggrek di pasar dalam negeri bisa mencapai Rp 150 ribu per tanaman. Pasar luar negeri memang cukup menjanjikan. Namun masih belum maksimal kita isi karena terkendala mahalnya ongkos angkutan kargo. Ini yang menyebabkan anggrek Indonesia masih kalah bersaing dari sisi harga dengan negara lain seperti Taiwan. Sebagai contoh, biaya kargo dari Indonesia ke Dubai mencapai 3,2 per dolar AS per kkilogram. Sedangkan dari Taiwan hanya 1,5 dolar AS. Kami berharap Kementerian BUMN bisa memfasilitasi kargo pesawar garuda dengan harga murah untuk produk-produk ekspor asal Indonesia," kata Jack. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.