Dark/Light Mode

Indonesia Belum Perlu Lockdown

Sabtu, 14 Maret 2020 13:33 WIB
Terawan Agus Putranto
Terawan Agus Putranto

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa negara sudah mengumumkan lockdown atau penguncian secara nasional untuk membatasi penyebaran virus corona. Di antaranya, China, Italia, Denmark, Irlandia dan Filipina. 

Menanggapi itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menilai, Indonesia belum perlu melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran penyakit saluran pernapasan yang disebabkan virus corona jenis baru atau COVID-19. 

“Kita tidak perlu lockdown. Tapi yang perlu dilakukan adalah pencegahan preventif, dengan menjaga kebersihan. Jaga imunitas tubuh, termasuk wartawan. Jangan panik dan paranoid,” kata Terawan usai menemani Presiden Jokowi melihat penyemprotan disinfektan di Masjid Istiqlal, Jakarta kemarin. 

Menurut Terawan, sejumlah negara saat ini juga mulai menjaga psikologis warganya agar dapat meningkatkan imunitas, sehingga jauh dari bahaya corona. 

Baca juga : Cegah Corona Meluas, PSR Sarankan Pemerintah Lockdown Bali

Terawan juga mengatakan bahwa Kemenkes bersama TNI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta kementerian lain bersama-sama, berjuang dan bersatu menghadapi pandemi yang dialami dunia. 

“Kita yakin bisa dibebaskan dari wabah ini dengan perjuangan yang keras bersama. Tidak ada yang diuntungkan dari kondisi pandemi ini,” tegas Terawan. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendi Minalet mengatakan, jika pemerintah melakukan lockdown pada daerah yang terdampak wabah corona, akan mengganggu perekonomian. 

Lockdown akan mempengaruhi sektor manufaktur. Ini harus dipertimbangkan,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka. 

Baca juga : Bicara Indonesia 5G, Wawali Tegal Mengagumkan

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menambahkan, jika lockdown diberlakukan pemerintah Indonesia, akan memicu kelangkaan barang kebutuhan pokok. 

“Inflasi dan anjloknya produksi industri sudah pasti terjadi. Masalahnya, kita tak akan sesiap China. Ekonomi Indonesia lebih rapuh dan pasti dampaknya akan sangat besar ke ekonomi dan masyarakat kita,” ujar Bhima. 

Selain itu, kata dia, kasus pasien positif corona paling banyak di Jabodetabek. Artinya, kalaupun pemerintah melakukan lockdown, yang pertama adalah di kawasan Jabodetabek. 

“Ini sama saja dengan melumpuhkan jantung ekonomi Indonesia. Karena lebih dari 50 persen perekonomian Indonesia bertumpu di Jabodetabek,” tegasnya 

Baca juga : Jokowi Tak Tenang

Sebagai informasi, Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah resmi menyatakan COVID19 sebagai pandemi karena telah menjangkiti 134.679 orang di di 119 negara dengan 69.142 orang dinyatakan sembuh dan 4.973 kematian. 

Dalam dua pekan terakhir, terjadi peningkatan jumlah kasus di luar China hingga 13 kali lipat dengan jumlah negara terdampak yang meningkat drastis. Di Italia terdapat 15.113 kasus dan 1.016 kematian, Iran 10.075 kasus dan 429 kematian serta Korea Selatan 7.979 kasus dan 67 kematian. 

Di Indonesia, pemerintah menyatakan 34 orang positif terjangkit COVID-19 sedangkan ada 12 orang masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP). 

Hingga sekarang telah ada 5 orang yang sembuh dari COVID-19 di Indonesia. Di Jepang, 9 WNI dari ABK Dream World dinyatakan sudah sembuh semua. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.