Dark/Light Mode

Gawat, Rupiah Terus Bergerak di Atas 15 Ribu Per Dolar AS

Selasa, 17 Maret 2020 11:02 WIB
Gawat, Rupiah Terus Bergerak di Atas 15 Ribu Per Dolar AS

RM.id  Rakyat Merdeka - Innalilahi! Nilai tukar rupiah menembus level Rp 15 ribu per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini, Selasa (17/3).

Rupiah masih tertekan kekhawatiran pasar yang masih tinggi terkait penyebaran pandemi virus Corona.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,05 persen ke level Rp 14.940 per dolar AS pada pasar spot pagi ini, Selasa (17/3).

Rupiah terus melemah hingga berada di level Rp 15.015 per dolar AS hingga pukul 09.11 WIB. Hampir seluruh mata uang Asia turut melemah terhadap dolar AS pagi ini.

Mengutip Bloomberg, dolar Singapura turun 0,28 persen, dolar Taiwan 0,01 persen, won Korea Selatan 0,45 persen, peso Filipina 0,17 persen, rupee India 0,51 persen, ringgit Malaysia 0,6 persen, dan baht Thailand 0,91 persen. Sedangkan yen Jepang dan yuan Tiongkok, masing-masing menguat 1,21 persen dan 0,05 persen.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut, pelemahan rupiah tidak ada batasnya. Artinya, bisa terus bergerak di atas Rp 15.000 per dolar AS.

Baca juga : 6 Bupati Terima Anugerah Kebudayaan 2020 Di Hari Pers Nasional

"Pelemahan rupiah bisa lebih dari itu. Wabah Corona ini masih belum bisa diperkirakan menuju ke mana," ujar Pieter kepada RMco.id, Selasa (17/3).

Dampak anjloknya rupiah ini akan menaikkan harga barang impor. Tetapi, tidak otomatis menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Melemahnya nilai tukar tidak otomatis menaikkan BBM. Sekarang, ada perang harga minyak. Harga minyak dunia sangat rendah. Barang impor lain bisa naik akibat pelemahan rupiah," tuturnya.

Terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, nyungsepnya nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 15.000 per Dollar AS, sudah dalam tahap membahayakan perekonomian.

"Harus ada langkah antisipasinya," ujar Bhima saat dikontak RMco.id, Selasa (17/3).

Menurut Bhima, Indonesia rentan masuk dalam krisis ekonomi jika melihat beberapa indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan yang cukup tajam, yakni diperkirakan hanya 4,5-4,8 persen di tahun 2020.

Baca juga : Son Pahlawan, Spurs Tembus Babak Kelima Piala FA

Tahun 2008 pada saat krisis subprime mortgage di AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,1 persen. Baru setelahnya, turun tajam ke 4,5 persen.

"Jadi, kondisi saat ini jauh lebih berisiko dibandingkan krisis tahun 2008," imbuhnya.

Kedua, aliran modal keluar persisten terjadi. Bhima menyebut, sepanjang enam bulan terakhir, tercatat investor asing melakukan aksi jual atau nett sells sebesar Rp 16 triliun. IHSG turun 24 persen di periode yang sama.

Sementara itu, kurs rupiah melemah 5,41 persen dalam 6 bulan terakhir, sebagai akibat dari keluarnya dana asing.

Ketiga, Indonesia makin rentan terpapar kepanikan pasar keuangan global. Menurut ADB, sebanyak 38,5 persen surat utang pemerintah Indonesia dipegang oleh investor asing. Lebih tinggi dari negara Asia lainnya.

"Jika terjadi aksi jual secara serentak, tentunya ini berisiko tinggi," wanti-wanti Bhima.

Baca juga : KS Sukses Restrukturisasi Utang 2,2 Miliar Dolar AS

Keempat, defisit APBN cenderung melebar, dengan tax ratio di bawah 10 persen. Penerimaan pajak yang rendah menjadi indikator sektor lesunya lapangan usaha dan konsumsi rumah tangga.

Kelima, Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK terjadi pada hampir semua sektor. Mulai dari industri manufaktur, pariwisata, perbankan, dan startup.

"Akibat virus Corona, perang dagang, dan rendahnya harga komoditas memicu perusahaan melakukan efisiensi karyawan besar-besaran. PHK akan melemahkan daya beli masyarakat," tandasnya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.