Dark/Light Mode

Eksklusif Dengan Presiden Direktur PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin

Pasca Freeport di Pangkuan Indonesia, What’s Next...

Rabu, 6 Februari 2019 09:53 WIB
Presiden Direktur PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero atau Inalum), Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Khairizal Anwar/Rakyat Merdeka).
Presiden Direktur PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero atau Inalum), Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Khairizal Anwar/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - Cita-cita Pemerintah Jokowi mengembalikan Freeport ke pangkuan Ibu Pertiwi, sudah tercapai. Itu bukanlah pekerjaan mudah. Di permukaan tidak kelihatan, padahal prosesnya sangat sulit, rumit dan berliku. Setelah sukses mengambil alih Freeport, bagaimana rencana selanjutnya... what’s next?

Presiden Direktur PT Inalum Budi Gunadi Sadikin menceritakan detail lika liku divestasi PT Freeport Indonesia. Ibarat hendak mengambil alih kebun, dia menyisir semua pemilik lahannya dulu. Dari tengah, yang terbesar, hingga ke sudut, pemilik lahan yang terkecil. Apalagi pemilik Freeport bukan satu orang. Banyak perusahaan publik internasional yang ikut memiliki di dalamnya. 

Baca juga : Bahan Mentah Olah Di Sini Untuk Kebutuhan Kita

Selain proses lobi dengan menemui banyak pihak tak henti-henti, dia juga banyak menerima tantangan dan keraguan orang-orang akan kemampuannya. Tapi, Budi berhasil menyelesaikannya. Kendala memang berat.

Tapi, dengan pemimpin yang sungguh-sungguh dan sikap menteri terkait yang amat profesional, kata Budi, semuanya bisa berjalan mulus dan berhasil. Budi menyebutnya, hasil ini sebagai rezeki untuk pemimpin yang soleh, yang bekerja demi rakyatnya.
 
Freeport itu sumpah mati ya, nggak banyak yang percaya bakal bisa diambil alih. Susah banget. Temen saya yang nasionalis dan pemberani bilang ke saya, soal itu sudah beberapa kali presiden pun nggak pernah jadi. Tapi, akhirnya bisa.

Baca juga : Waskita Beton Pede Kantongi Rp 1,31 T

Saya bilang, divestasi ini is not only getting the company and getting the assets. Ini adalah tambang yang paling complicated, sophisticated dan paling dalam di dunia. Tambang Copper (tembaga) itu, makin jarang ditemukan yang di atas permukaan tanah. Di Siberia, Mongolia itu ada 1.000-1.500 meter di bawah tanah. Di Australia juga di dalam tanah. Sehingga, teknologi tambang bawah tanah itu makin lama akan makin dibutuhkan. 

Jadi, mumpung tambang Freeport itu ada di sini, ya kita harus menset kapabilitasnya juga. Jangan hanya membangun bisnisnya saja. Dengan tambang yang complicated seperti itu, maka ini kesempatan kita untuk membangun kapabilitas SDM. 

Baca juga : REI Siapkan Konsep Hunian Mirip Apartemen

Untuk itu, kita membentuk Mining and Mineral Industry Institute, dengan tugas ada tiga. Pertama, melakukan technical research untuk mining technic and mineral processing. Kedua, policy research. Untuk membuat formula kebijakan. Ini dilakukan agar ada referensi bagi pembuatan regulasi di bidang pertambangan.

Dan ketiga, global platform. Tugasnya, membawa perspektif Indonesia untuk mempengaruhi pertambangan di dunia. Kita akan bangun citra yang baik dengan lobi-lobi di tingkat global, dan masuk ke forum-forum pertambangan dunia. Agar ketika pertambangan kita menjadi besar, dampaknya juga baik bagi Indonesia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.